Tujuh

1K 249 66
                                    

Play MulMed🎶

Dika duduk berhadapan dengan Kaila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dika duduk berhadapan dengan Kaila. Ia memperhatikan setiap pergerakan wanita itu mulai dari Dika menjemputnya tadi pagi.

Kaila lebih banyak senyum palsu hari ini pada semua orang--kecuali pada Dika, dan juga banyak bengongnya. Dika yakin ada sesuatu yang dipikirkan bersangkutan dengan memar-memar itu.

"Kamu mikirin masalah kemarin ya?" Tanya Dika sambil menyuap makanannya.

Mereka sedang makan siang bersama di salah satu rumah makan padang favorit Kaila. Wanita itu hanya sibuk makan, dan bengong sesekali. Jika Dika mengajaknya bicara, Kaila akan senyum tipis lebih dulu sebelum membalasnya.

"Kamu mending mikirin aku dari pada mikirin sesuatu hal yang bikin kamu stress."

Untuk pertama kalinya Dika melihat Kaila terkekeh dengan gurauannya kali ini, padahal jika sungguhan memikirkannya lebih bagus lagi.

"Gitu dong! Senyumnya natural 'kan cakep, jangan dipaksa senyumnya kayak tadi."

Kaila mengangkat kedua alisnya lalu mengerjapkan matanya. "Emangnya aku tadi kayak gitu?" Dan langsung dianggukki oleh Dika sebagai jawaban.

"Mungkin ini terdengar lancang, tapi aku siap bantu kamu selagi aku sanggup dan pasti aku usahakan. Itu pun kalau kamu mau berbagi cerita sama aku, aku nggak akan maksa kalau kamu merasa itu sangat privasi buat kamu."

'..aku siap bantu..' Kata-kata itu membuat Kaila mulai berpikir untuk meminjam uang 200jt itu pada Dika. Sejauh ini Dika terlihat layaknya pria pada umumnya yang mendekati seorang janda seperti Kaila. Tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan akan melakukan sesuatu yang buruk padanya.

Tapi tidak mungkin Kaila langsung mengatakan meminjam uang sebesar 200--ah ia lupa bunganya yang Kaila yakini hutang itu sudah mencapai 250jt--langsung pada Dika. Tentunya itu sangat tidak sopan, bahkan mereka baru kenal yang hanya sebatas pemilik kost dan si penyewa kamar.

"Mungkin.. nanti." Ucap Kaila ragu dan itu terdengar jelas oleh Dika.

Dika mengangguk paham lalu mengambil selembar tisu untuk mengusap nasi yang menempel pada sudut bibir Kaila.

Kadang hal-hal kecil seperti ini membuat Kaila salah tingkah karenanya. Mustahil jika Kaila tidak goyah dengan prilaku lembut atau perhatian kecil dari pria seperti Dika.

"Kalau ada apa-apa hubungi aku saja." Jedanya. "Oh iya, kamu mau ikut nggak makan malam di rumah?"

Kaila menatap Dika tanpa sepengetahuan pria itu yang sedang melahap nasi. Kaila mulai berpikir untuk mengakrabkan diri dengan Dika agar ia bisa meminjam uang itu.

"Kapan?"

Dika langsung menatap Kaila terkejut. "Kamu mau? Aku kira bakal bujuk kamu dulu." Dika terkekeh dengan senyum yang merekah. "Lusa, soalnya Kak Chandra weekend baru bisa menginap di rumah."

HimoyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang