Part 37

438 60 55
                                    


❄[ ARC : DIMENSI KEMATIAN ] ❄

===============================

"... Hyung-nim?" 

Ravael yang merasa Afryel tidak lagi mengikutinya itu lalu menoleh. Melihat Afryel tak berkedip memandangi seseorang, manik merah Ravael pun ikut bergulir mengikuti arah pandangan Afryel. Namun tidak ada siapa-siapa di sana.

"Afryel?"

"A-eh iya." Afryel buru-buru menghampiri Ravael dan berjalan di sampingnya. Dia terdiam, agaknya dia keheranan begitu sadar dengan apa yang ia gumamkan tadi. Kenapa dia merasa mengenali laki-laki tampan itu? Apalagi melihat laki-laki itu tersenyum kepadanya tiba-tiba saja hati dia menjadi sangat sakit, seakan merasa kesedihan yang luar biasa.

Dan yang membuatnya semakin heran adalah, dia memanggil laki-laki itu "hyung-nim". Apa yang salah dengan dirinya?

"Kau sampai terpana seperti itu. Apa yang kau lihat?" Tanya Ravael yang membuyarkan lamunannya. Afryel menoleh ke arah Ravael sejenak, agak mendekatinya.

"Siapa laki-laki putih yang tinggal di istana ini?" Bisik Afryel sembari samar-samar menunjuk ke istana di samping mereka. Tiba-tiba Ravael menghentikan langkahnya, lalu menatap Afryel dengan tatapan horror.

"Afryel ... kau bisa melihat nya?" Ravael balas tanya, membuat Afryel kebingungan.

"H-ha? Apa maksudmu? Tentu sa ..." Afryel tidak meneruskan ucapannya, namun kini pikirannya malah menangkap hal lain dari pertanyaan Ravael. Seketika wajahnya berubah ketakutan.

"APA MAKSUDMU AKU BARU SAJA MELIHAT HANTU, RAVAEL??" Afryel langsung panik hingga teriak, membuat Ravael bergegas membekap mulutnya.

"Semua yang berada di sini memang hantu, bodoh!!" Sela Ravael. Tapi itu memang benar, secara kasar makhluk agung yang berada di dimensi ini adalah hantu, mengingat mereka telah meninggal dunia.

Ravael lalu menarik tangan Afryel, mengajaknya berlari menuju aula utama istana.

"Ayo! Kita harus segera bertemu Kepala Keluarga!"

                             ❄•❄•❄

Aula utama Istana Ahgase.

Ruangan itu bercat biru bening, dengan lantai pualam yang khas. Corak-corak yang melambangkan kaum bangsawan yang terhormat menghiasi ruangan yang menjadi tempat santai sang kepala keluarga Ahgase itu, Aaric Ahgase.

Saat ini dia sedang duduk bersila di meja kerjanya yang berada di tempat agak tinggi, tangannya sibuk membaca gulungan-gulungan kertas yang tertumpuk di depannya. Avriel dan Alena yang sudah berada di sana segera tersenyum menyambut Afryel dan Ravael.

Afryel yang baru saja sampai dan melihat kepala keluarganya itu mengernyitkan dahinya. "Apa orang ini masih bekerja bahkan setelah tertidur selamanya?" Ucapnya dalam hati.

"Kepala keluarga." Ravael memberi hormat, seraya memaksa Afryel untuk ikut memberi hormat juga.

Mendengar suara cucunya itu, Aaric menoleh. Perhatiannya kini teralih kepada gadis yang berdiri di samping Ravael. Alisnya terangkat, menatap Afryel dengan teliti.

"Kemarilah." Aaric mengayunkan tangannya, memberi isyarat untuk Ravael dan Afryel agar mendekat.

Mereka berdua lalu berdiri di samping Alena dan Avriel.

Aaric mengakhiri kegiatannya, dia membenarkan jubahnya, lalu turun dari tempat duduknya. Meski usianya sudah mencapai ribuan tahun, namun kepala keluarga ini masih tampak seperti berusia 30 tahun. Wajahnya yang putih bersih, surainya yang terawat terlihat berkilauan di terpa cahaya. Tidak bisa Afryel pungkiri, kepala keluarganya ini cukup tampan. Meski baginya yang paling tampan hanyalah Tuan Lazark seorang.

Noblesse : Snowflake [End✔]Where stories live. Discover now