7. Waktunya Beranjak

216 5 67
                                    

Sabtu yang cerah kembali menghampiri, artinya sudah 3 hari sejak kejadian Robby meninggalkanku sendiri di meja kelas. Aku sudah mulai mencoba untuk biasa saja. Walau sebagian hatiku masih belum terima. Bisa dibayangkan, baru juga suka dua minggu, tiba-tiba sudah harus dipaksa untuk move on.

Rasanya seperti akan diajak terbang, namun tiba-tiba didorong jatuh ke dalam jurang.


"Guys, jangan langsung pulang, yuk! Main dulu lah, kemana kek gitu," teriak Ridwan, ketua kelasku.

Ini baru jam 10 pagi dan ujian Post Test kami sudah selesai. Sebenarnya sudah boleh untuk pulang, namun aku dan teman-teman sekelas masih santai duduk-duduk di taman gedung pelatihan hingga Ridwan tiba-tiba saja mendapat ide.

"Boleh juga tuh, pada gabut kan?"

"Eh ayook, biar makin akrab lagi kita!"

"Nonton aja, yuk!"

"Gasss!"

Teman-teman lainnya menanggapi.


Tak perlu menunggu lama, kami langsung bergegas menuju mall terdekat dari tempat pelatihan kami, Mall Kemang Village. Tak jauh jaraknya, bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Namun karena film yang hendak kami tonton baru akan mulai sekitar jam 12 siang, maka kami memutuskan untuk menunggu dan bersantai dulu di area outdoor mall tersebut.

Mall Kemang Village memang terkenal dengan area outdoor-nya. Areanya luas, terhampar banyak sofa warna-warni yang nyaman untuk siapapun yang ingin sejenak bersantai. Dari area ini, kita dapat melihat arsitektur balkon mall dengan desain lekukannya yang khas. Tak hanya itu, area outdoor ini juga dilengkapi dengan hiasan langit-langit berbentuk bintang-bintang yang unik. Benar-benar cocok untuk tempat foto-foto. Biasanya di sini akan sangat ramai saat weekend, namun karena hari masih pagi maka belum banyak orang yang datang.

Aku mendaratkan diri pada salah satu sofa berwarna oranye. Sambil menikmati sejuknya udara pagi, kuarahkan kamera handphone-ku ke atas, tentu saja untuk mengabadikan langit-langit area ini yang unik. Jepret!


"Lisa, sini foto dulu kita," ujar Juan tiba-tiba.

Iya, Juan salah satu teman sekelasku juga. Anaknya sangat heboh dan entah kenapa, dia suka sekali berfoto. Seperti saat ini, entah dari mana arahnya dia mengajak Lisa berfoto.

"Di mana?" sahut Lisa.

"Sini, sini, duduk," Juan mengajak Lisa ke salah satu meja bundar kecil agak tinggi yang dilengkapi kursi-kursi tinggi juga, seperti di café-café estetik.

"Di sini?" tanya Lisa.

"Iya. Lu di sana, gue di sini," lanjut Juan, mengarahkan Lisa untuk duduk berhadapan dengannya, kemudian meminta tolong anak lainnya untuk mengambil foto mereka.

Belum sempat Lisa dan Juan berfoto, tiba-tiba Robby beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri mereka.

"Aku ikutan lah!" ujar Robby seraya setengah berlari dan mengambil posisi duduk tepat di sebelah Lisa.

Jujur, aku sedikit kaget. Kalau Juan, memang sangat suka berfoto. Dia sering berfoto dengan teman-teman lainnya, ia juga sering meminta untuk difotokan di tiap sudut yang estetik menurutnya. Tapi Robby?

— Hahaha... Kenapa Robby? Kamu nggak membiarkan Lisa foto berdua dengan cowok lain ya?


Mataku semakin terbuka, ternyata Robby memang sedang mendekati Lisa.

Kemudian mereka bertiga berfoto ala candid, seakan sedang tertawa bersama; dengan posisi Juan berhadapan dengan Robby dan Lisa yang bersebelahan.

Senandika RenataWhere stories live. Discover now