11. Resmi Berteman

87 3 14
                                    

Sudah hampir sebulan sejak hari pertamaku di tempat pelatihan. Lebih tepatnya, sebulan kurang dua hari sejak aku dan Robby saling melambaikan tangan di depan gerbang. Baru satu bulan, tapi ia sudah berhasil membolak-balik perasaanku.

Sekarang, sepertinya kami sudah resmi menjadi teman. Seperti biasa, hari ini pun kami duduk satu meja. Seandainya perasaan itu masih menggebu-gebu, pastilah aku tidak akan berani sedekat ini dengannya.


Aku tak tahu kemana dirimu yang dulu bisa membuat jantungku berdebar tak menentu

Oh bukan, dirimu masih sama

Hanya perasaan itu yang sudah kuredam sangat dalam


"Sabtu ini jam 10.30 ya, berangkatnya?" tanya Juan setibanya kami kembali ke kelas setelah selesai makan siang.

"Iya. Pokoknya abis selesai Post Test pagi, langsung berangkat," jawabku.

"Berangkat apa sih?" tanya Aryo polos.

"Table Manner. Itu lhoo cek di grup kelas, Yo. Barusan Ridwan udah share jadwalnya," sahut Mila.

"Ooh, ini..." jawab Aryo sambil memeriksa layar handphone-nya.

Masih dalam rangkaian training MTP, salah satu programnya adalah Table Manner Trainig. Dalam sesi ini, kami peserta training akan diberi kesempatan untuk menikmati fasilitas di sebuah hotel bintang lima selama 2 hari 1 malam.

Di sana, kami akan diajarkan banyak hal, terutama terkait etika dalam acara jamuan makan formal, seperti bagaimana cara duduk, cara menggunakan peralatan makan, serta aturan lainnya yang diterapkan ketika makan. Rasanya, sesi training ini adalah momen yang paling ditunggu-tunggu oleh semua peserta. Kapan lagi kan, jalan-jalan dan menikmati fasilitas hotel mewah?


"Kalian udah ada jas hitam?" tanya Juan lagi. Pada Table Manner Trainig nanti, memang akan ada sesi gala dinner, dan dress code untuk peserta adalah pakaian formal berwarna hitam. Untuk wanita menggunakan dress atau baju atasan dengan rok; dan laki-laki menggunakan kemeja dan jas.

"Ada, aman," jawab Aryo.

"Masih di laundry. Nanti sore lah aku ambil," sahut Robby.

"Ehiyaa Beb, kamu udah ada dress code hitam? Nyari bareng yuk, Beb? Aku baru rok hitam adanya, mau nyari atasannya," tanya Mila, mengajakku pergi mencari baju untuk acara Table Manner.

"Kok nyari atasan? Biasanya atasan yang nyari bawahan," Juan menimpali.

"Apa sih, Ju. Beda lhoh itu. Lagi serius aku ini," sahut Mila.

"Aku ada sih Beb, di rumah. Tapi boleh deh, kalo kau mau nyari bareng. Siapa tau aku nemu lagi yang lebih bagus. Hehehe..." jawabku.

"Yuk Beb, nanti sore pulang kelas. Di mall deket-deket sini aja Beb,"

"Oke, Beb. Gass!"


***


17.30 WIB

Aku dan Mila sudah berada di Mall Pejaten Village. Menurut rekomandasi dari beberapa teman, di mall ini banyak pilihan pakaian yang bagus dengan harga yang masih masuk akal.

Kami mengitari setiap toko baju di mall itu mulai dari lantai dasar.

"Yang ini bagus, Beb."

"Ini lucuu... Tapi harganya juga lucu."

"Liat toko lain dulu kali, ya?"

Begitulah percakapan kami dari toko ke toko. Sampai kami akhirnya singgah di Matahari Department Store, lantai 2. Kami bergantian mencoba beberapa baju atasan, dress, atau rok berwarna hitam.

Setelah 30 menit berkeliling dan mencoba beberapa baju, masih belum ada yang kurasa cocok untukku. Hingga tiba-tiba saja mataku tertuju pada dress hitam yang berjejer tergantung rapi di salah satu rak.

Hanya dress hitam polos lengan pendek dengan potongan rok selutut. Sederhana, tidak ada motif apapun yang menghiasinya. Namun sepertinya aku menyukainya.

"Beb, kayaknya aku mau coba yang ini," ujarku pada Mila.

"Boleh Beb, coba coba."

Segera saja aku ambil salah satu dress berukuran M dan menuju ke ruang ganti. Mila mengikutiku, sambil membawa sepotong baju atasan hitam yang juga ingin ia coba.


"Gimana, Beb?" tanyaku sambil membuka pintu ruang ganti, mengenakan dress yang tadi kupilih.

"Bagus, Beb. Cantiiiikk," jawab Mila yang sejak tadi menungguku di luar.

Kutatap lagi diriku di cermin sambil membolak-balik badanku ke kanan dan kiri, untuk melihatnya dari berbagai sudut.

"Beli ini aja kali ya, Beb?"

"Iya, Beb. Pas banget bajunya di kamu. Robby pasti terpesona," ujar Mila.

Aku tahu, Mila asal saja mengatakannya. Namun seketika senyumku mengembang.

"Kok Robby sih, Beb?" tanyaku.

"Ya gapapa... Pokoknya cantik Beb, yang ini aja."


Rasanya aku jadi tak sabar menanti hari Sabtu.


— Robby, membuatmu tertawa dan dibuat tertawa olehmu sudah tak terhitung lagi banyaknya.

Biarlah siapapun yang kau cintai nantinya.

Persetan dengan perasaan dan kisah cinta yang kudambakan.

Lupakan.

Menjadi temanmu seperti ini saja rasanya sudah cukup bagiku.


— Jakarta, 25 April 2019

R.


***


Hai Bestie! Apa kabar? Kangen bangettt nih, Bestie❤️Buat kalian yang puasa, gimana puasanya hari ini? Semoga lancar, ya!

Di part kali ini, Renata lagi persiapan mau training sekaligus jalan-jalan ke hotel bintang lima. Ada yang bisa tebak, mau ke hotel apa?

Ikutin terus ya, Bestie. See you in the next part! 😊

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 07 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Senandika RenataWhere stories live. Discover now