20

692 27 0
                                    

Di kelas lain, Risti menjadi sosok yang pendiam. Teman satu gengnya pun tak mau lagi berteman dengannya. Namun Risti tak ambil pusing semua itu, ia masih punya Dara dan Rifky yang mau berteman dengannya.

"Eh gais liat deh ada anak broken home nih disini," ucap Putri.

Yang lain tertawa mendengar ejekan Putri. Risti hanya diam acuh. Tiba tiba ada sang ketua kelas angkat bicara.

"Put kok lo tega banget sih sama temen lo sendiri," ucap Farhan, si ketua kelas.

"Siapa? Dia, dih sorry ya dia bukan lagi temen gue. Ogah gue punya temen yang broken home gitu," sinis Putri.

"Udah Han, gak usah diladenin. Gue gak papa," lerai Risti.

"Tuh dengerin orangnya aja biasa aja, kenapa lo yang sewot. Oh atau jangan jangan lo suka lagi sama Risti," tebak Putri.

"Kalo gue suka sama Risti emang kenapa? Gak masalah kan buat lo? Gak ngabisin beras di rumah lo juga kan?" ucap Farhan.

Risti terkejut dengan pengakuan Farhan tersebut, lantas pergi keluar.

"Noh tuan putri lo keluar, kejar sono," ucap Putri.

Tanpa Risti tau Farhan mengikutinya. Sampainya di rooftop, Risti menangis dalam diamnya. Melihat seluruh penjuru sekolah dari atas.

Tiba tiba Farhan ikut duduk disampingnya. Risti yang terkejut dengan kedatangan Farhan, langsung menghapus air matanya.

"Udah gak papa, kalo emang dengan nangis bisa buat lo lebih tenang, bahu gue juga  bisa lo pake buat sandaran," ucap Farhan sambil terkekeh.

"Apaan sih, basi tau nggak. Lo ngapain ngikutin gue?"

"Ya sebagai ketua kelas yang baik, gue gak mau ada anggota kelas yang lagi sedih terus tiba tiba mutusin buat bunuh diri disini,"

"Dish gue masih sayang sama nyawa gue," Risti memukul lengan Farhan.

"Kalo sama gue sayang gak?" Farhan menaik turunkan sebelah alisnya.

"Apaan sih,"

"Gue turut prihatin sama lo dan keluarga lo,"

"Kok lo bisa tau?"

"Apa sih yang gue gak tau tentang lo, bahkan lo gak tau kan kalo kita ini tetanggaan?"

"Hah seriusan kita tetanggaan, kok gue gak tau ya?"

"Itu sih lo aja yang gak mau kumpul sama anak komplek, tetangga sendiri gak hapal,"

"Iya sih, gue emang jarang ikut kumpul sama anak komplek,"

Tanpa mereka sadari telah melewatkan 2 mata pelajaran sekaligus. Bel istirahat juga sudah berbunyi. Risti dan Farhan pergi ke kantin bersama.

***

Kantin kini tampak penuh dengan anak kelas sepuluh, kelas sebelas, maupun kelas duabelas. Risti dan Farhan bingung mencari tempat duduk. Hingga Risti menemukan sosok Dara yang juga melambaikan tangan kearahnya.

"Kesana yuk," ajak Risti.

"Kemana? Ikutan Dara sama yang lain? Gue saranin jangan deh, gue gak mau kalo lo berantem terus sama mereka,"

"Apaan sih siapa juga yang mau berantem sama mereka, udah ayo," Risti menarik Farhan ke arah Dara dan teman-temannya.

"Hai kita boleh gabung kan?" tanya Risti.

"Boleh kok, wih udah ada perkembangan bang," ucap Rifky disertai kekehan.

"Emang kenapa sama si Farhan?" tanya Dara bingung.

"Gak ada apa apa kok," potong Farhan, ia takut Rifky akan memberitahukan semuanya.

Rifky dan Farhan itu satu ekskul karate, karena Farhan sudah kelas duabelas jadi jarang ikut ekskul lagi. Rifky tersenyum misterius sambil menatap Farhan dan Risti. Ternyara Farhan sudah mulai berani mendekati Risti terang terangan, pikir Rifky.

Dara melihat Rifky dengan senyuman aneh diwajahnya, ingin bertanya namun ia urungkan, mungkin nanti saja saat pulang. Itupun jika ia masih ingat.

Mereka semua memakan makanan pesanan masing-masing. Disertai guyonan garing dari Dino dan Yoga.

***

Hari ini Dara menunggu Rifky yang sedang ekskul karate. Dia tak sendiri melainkan bersama Risti. Sedangkan Mella dan Arin sudah pulang lebih dulu.
Dara dan Risti menghampiri Rifky dan Farhan yang sedang duduk beristirahat.

"Nih minumnya," Dara menyerahkan sebotol air mineral dingin pada Rifky.

"Yang punya pacar, sama yang jomblo mah beda ya," gurau Farhan.

"Oh iya nih Han buat lo," Risti memberikan minuman juga pada Farhan.

"Uhuyy...kayaknya sih gak lama lagi bakan dapet traktiran yang," ucap Rifky sambil menyenggol Dara.

"Siapa? Dino atau Yoga? Kok gitu sih merekakan udah ada Arin sama Mella. Duh awas aja ya itu curut sama bikin sohib aku sakit hati, gak bakal lama hidupnya," ucap Dara ngawur tak paham yang dimaksud Rifky kan Farhan dan Risti.

Rifky menepuk jidatnya pelan.

"Bukan mereka sayangku, tapi tu yang disamping kita, paham?" jelas Rifky.

"Oh kak Risti sama bang Farhan," Dara paham sekarang.

"Eh kenapa gue dibawa bawa?" tanya Risti.

"Gak papa kok, lo pulang bareng siapa Ris?" tanga Farhan.

"Oh gue bareng mereka," Risti menunjuk arah Dara dan Rifky.

"Gas terus bang, pepet terus jangan sampe kendor," tawa Rifky peceh seketika.

"Oh yaudah deh, kapan kapan pulanh bareng gue ya?" canda Farhan.
Merekapun pulang, berjalan bersama menuju parkiran.

***
Tbc....

Te Mea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang