Prolog; Forget Me, Cause i'm not Forget Me Not

8.9K 852 100
                                    

Kita pernah duduk berdua hingga senja tiba. Kamu berbicara banyak hal, sedang aku adalah telinga paling setia bagi setiap kata yang kamu ucap. Hingga bunga berwana biru secerah angkasa menarik perhatian kita.

"Cantik." Satu kata darimu mampu meloloskan senyumku.

"Aku atau bunganya?"

Kamu hanya tertawa dan aku kembali fokus pada si biru. Jemariku terulur, menyentuh kelopak yang tak lebih besar dari ujung jariku, membelai pelan benda ringkih itu. "Ini bunga apa, ya? Aku suka."

Sejauh kita bersama, rasa penasaranmu memang selalu seluas samudra. Namun aku tak pernah menyangka bahwa kamu juga belajar tentang bunga.

"Forget Me Not," katamu.

Aku masih ingat bagaimana matahari terpantul dari wajahmu sore itu, saat kamu bercerita tentang sebuah legenda. Tentang bagaimana galaksi dan isinya tercipta. Saat Tuhan mulai memberi nama pada semesta dan melupakan sang bunga biru secerah angkasa.

Katamu, bunga ini berduka, merasa tak adil saat bunga wangi tapi penuh duri itu diberi nama Mawar, merasa iri saat bunga dengan kelopak besar itu mendapat nama Lili, merasa kecewa saat Melati mendapat nama bahkan dengan kelopaknya yang pucat pasi.

Bunga kecil yang malang, bunga kecil yang terlupakan.

Hingga akhirnya dia berteriak dan Tuhan mendengarkan. "Forget Me Not!"

Katamu saat itu Tuhan lantas tersenyum. Ia menjawab, "Then shall it be your name."

Ujung bibirku tertarik, mengingat jelas makna dari kisah yang kamu ceritakan. Menanamkan bahwa kamu dan bunga itu sama. Selalu ada, tak akan terlupa. Sejenak kamu diam, sebelum akhirnya menentang.

"Kalau nanti aku pergi, satu hal yang paling aku benci adalah diingat, jadi ... can you just forget me?"

"Kenapa?" tanyaku yang saat itu tak paham dengan pola pikirmu.

Namun kamu hanya tersenyum lagi dan memainkan anak rambutku. Aku bisa melihat matahari terbenam dari matamu yang menyipit di hadapanku, dan entah mengapa aku sedih, seperti detik akan merenggutmu. Langit mulai menggelap saat kamu membuka suara, satu kalimat yang akan aku ingat selamanya.

"Karena aku bukan bunga, karena aku bukan Forget Me Not."

Dan perlu puluhan malam agar aku paham apa yang kamu katakan. Bahwa kamu ketakutan.

Maka sekarang, izinkan aku mengenang ... karena jejak-jejak kita tak juga mampu kutinggalkan.

 karena jejak-jejak kita tak juga mampu kutinggalkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Forget MeWhere stories live. Discover now