8. Tas yang malang

18 2 0
                                    

Here i am
Udah Bab 8 aje.
Yukk dimulaii

****

Mobil BMW berwarna silver itu bertengger manis di parkiran khusus petinggi kantor, berjalan dengan penuh percaya diri selalu tampil sempurna membuat sosok Dewa Putra Wicaksono tampil bak seorang dewa. Bah, bukannya dia adalah dewa jadi pantas saja pesona dirinya menarik perhatian terutama kaum hawa.

Sebagian kaum hawa yang ada di loby kantor tanpa malu- malu memandang atasan mereka sesekali terlihat dari sudut mata dewa ekspresi memuji, berdecak kagum karna pesonanya, tidak sedikit dari mereka terkadang meminta perhatian kecil dari dewa. Tapi dewa tetaplah dewa ia tidak ambil pusing tetap memasang wajah dingin, dan hanya sesekali menarik sudut bibirnya tersenyum.

“pagi pak” sapa sari receptionist yang sejak melihat dewa sudah memoleskan kembali lipstiknya yang berwarna merah menjadi semakin merah pas sekali dengan warna baju seragamnya hari ini.

Dewa menggerakkan kepalanya sambil tersenyum sedikit, lalu berjalann ke arah lift.

“jam sepuluh bapak ada meeting dengan PT Prima Jaya, membahas tentang design interior untuk apartemen yang sudah siap di bangun” ratna mulai membacakan agenda dewa.

“Cuma satu?” telunjuk kanannya memencet tombol power di laptop.

“iya pak, nanti bapak kan mau ke pasar induk lagi, jadi jadwal hari ini itu aja pak, soalnya kalo bapak sudah di pasar induk suka lama kayak ibu saya, muter-muter pasar mau beli pakek nawarnya lama banget, eh ujung-ujungnya balik lagi…”

Dewa sudah memutar badannya kini badannya menghadap ke sang sekretaris anehnya ini, menaikkan alis kirinya, gerakan kecil itu membuat sang sekretaris langsung sadar diri

“hehe, maaff pak saya keceplosan” ratna menggaruk pelipisnya menahan rasa tidak enak.

Melipat kedua tangan, menaruh di atas meja seperti anak sekolahan yang siap dengan jam pelajaran.

"Jadi kira-kira barang apa yang mesti saya beli tanpa harus menawar? " dewa bertanya dengan tatapan dingin sang guru pada murid karena ketahuan nyontek pada saat ujian.

Ratna membungkukkan sedikit badannya “kalo begitu saya permisi dulu pak” pamit buru-buru dan dengan perasaan yang tidak enak karena di tatap datar oleh atasannya.

Dewa sama sekali tidak menanggapinya.

Dasar sekretaris durhaka

Dua jam sudah dewa meeting dengan perusahaan interior yang bekerjasama dengan perusahaan dewa, mereka membahas design interior untuk apartemen mewah siap huni yang akan di launching penjualannya sekitar empat atau lima bulan lagi, sebenarnya pekerjaannya sudah dilakukan menggunakan konsep yang sudah disetujui pembahasan kali ini adalah tentang sudah berapa persen siap, apakah akan siap empat bulan lagi karena mereka juga akan segera membuat iklan jika apartement mewah itu sudah siap huni dan siap di pasarkan ke publik.

“lo jadi kepasar induk? Zahid membuka obrolan di sela jam makan siang mereka

Menganggukkan kepala mulutnya masih mengunyah spageti bolognese

“gue nggak ikut ya, ada data yang mesti gue cek, kayaknya ada yang nggak beres”

Ketelitian zahid terhadap sesuatu hal cukup di acungin jempol karena zahid tidak ada bedanya dengan detective conan yang jika menemukan kejanggalan sedikitpun dari data yang ada di hadapannya maka jangan harap data itu bisa lolos dari mejanya.

“okeh, tenang aja. Bukan masalah besar, gue kesana Cuma melihat tempat lapak sementara para pedagang aja" kembali mengambil air mineral lalu meneguknya dengan tiga kali tegukan "mau menyakinkan mereka kalo perusahaan kita itu nggak ingkar sama janji” sambil mengambil tisu dan membersihkan sisa minyak yang melekat di bibirnya, lalu memanggil pelayan di restoran sambil memberikan kode meminta bill.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 12, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dewa NirmalaWhere stories live. Discover now