Part 6

56 7 0
                                    

Dua hari Setelah insiden Arga datang menjemputnya di rumah, Raya tidak lagi berurusan dengannya kembali. Saat jam istirahat pun mereka berdua sibuk bercengkrama dengan teman masing-masing. Walau jujur di dalam hati Raya, ia masih mempertanyakan mengapa pagi itu Arga menjemputnya. Pertanyaan itu trus berputar di kepalanya tapi sejak hari itu Raya sendiri merasa Arga tidak ingin menemuinya. Lagipula menurut Raya, tidak ada alasan untuk Arga menemuinya.

Pelajaran olahraga kelas Raya berlangsung pada jam 9 siang. Disaat teman-teman sekelasnya lebih dulu berganti pakaian, Raya lebih memilih untuk menghabiskan bekalnya terlebih dahulu. Gita sendiri sudah berada di lapangan, tidak heran secara Gita merupakan salah satu atlet bulu tangkis andalan sekolahnya.

Setelah menyelesaikan urusan perutnya, Raya berniat untuk mengganti pakaiannya. Matanya melebar, tangannya trus mencari atasan pakaian olahraganya. Ia sendiri yakin jika sudah menaruh baju olahraganya di dalam tasnya.

Raya berlari cepat menuju tata usaha. Ia berniat untuk membeli atasan baju olahraganya.

"Bu Puji mau beli baju olahraga bu" pintanya.

"Yah atuh si eneng lagi abis neng belum datang lagi stocknya paling adanya baju muslim aja" jawab ibu dengan logat sundanya.

Raya panik "Yah bu masa sih gaada satupun boleh tolong dicari ga bu" pintanya dengan muka melas. Raya tidak bisa membayangkan jika ia tetap nekat memakai baju muslimnya saat pelajaran olahraga, bisa-bisa ia akan dihukum lari 10 putaran oleh Pak Jembatan yang terkenal akan disiplinnya.

Mendengar suara putus asa Raya, Bu Puji pun mencari kembali di dalam gudang penyimpanan "sok sebentar ya"

"Ngapain disini?"

Raya menoleh ke kanannya, dilihat Arga sendiri berdiri di kanannya.

"Beli baju olahraga" jawabnya cepat.

"Bu Puji kertas ulangan 5 ya bu" bukannnya malah menjawab, Arga langsung saja teriak ke dalam ruangan.

"Neng maaf banget gaada ternyata di dalem gudang, udah ibu cari di ujung-ujung" ucap Bu Puji seraya keluar dari gudang penyimpanan.

"Yah gimana dong ya bu saya mau olahraga sekarang." Curhat Raya sambil menghembuskan napasnya berat.

"Pake baju gue" tawar Arga. "Gw lagi males olahraga"

"Hah? Gak gak nanti bau basah gitu. Nanti yang ada lo yg dihukum sama Pak Jembatan" tolak Raya.

Arga menarik paksa tangan Raya. "Udah ayo ikut gw"

Baru beberapa langkah, kepala Arga menoleh "nanti saya balik lagi ya bu sebentar"

"Ih gausah pegang-pegang diliatin Bu Puji tau!" Ucap Raya dengan usaha melepaskan genggaman Arga. Dengan sekuat usaha, Raya nenyembuyikan kegugupannya.

Permintaan Raya tidak ditanggapi, dengan langkah besar Arga menarik tangan Raya ke depan kelasnya. Ia memberikan perintah untuk tunggu disini, sedangkan Arga masuk ke dalam kelasnya.

"Nih" Arga menyodorkan baju olahraganya.

Raya menatapnya ragu. "Udah ambil aja, gw juga gasuka pelajaran olahraga" paksa Arga dengan menaruh baju olahraganya ke dalam pelukan Raya.

"Hm.. makasi?? Yaudah gue duluan ya" ucap Raya buru-buru. Raya sendiri tidak melihat pemilik baju olahraga tersebut saat kembali ke kelasnya, ia tidak bisa menutupi jika jantungnya berdetak lebih cepat. Bukan, bukan karena ia dipinjami baju olahraga oleh Arga. Melainkan karena genggaman Arga saat mereka berdua berjalan menelusuri lorong.

Melihat Raya yang langsung berlari tanpa melihatnya, Arga tersenyum tipis. Entah belum pernah sebaik ini perlakuannya terhadap orang lain. Tapi Raya, bukan dengan perhatian atau penampilannya yang dapat menarik di mata Arga tapi melainkan karena perlakuan apa adanya. Arga sadar, sudah terlalu banyak orang-orang disekitarnya bukan menjadi diri sendiri ketika ia berada, tapi cuma Raya yang bertingkah apa adanya bahkan sepertinya perempuan itu tidak mau jika ada ia di sekitarnya.

RayaWhere stories live. Discover now