Chapter - 26. Controlled by Feelings

3.6K 299 15
                                    

HAI, GENGS! KEUWUAN INI AKAN SEMAKIN MEMBARA 🤣 CANDA. Menunggu keuwuan Jay dan si bocil memang lama karena biar ada proses di mana mereka bisa saling merasakan dulu lalu beradegan yang uwu-uwu 🤣

HAPPY READING 📖

----------------------------------------

"Jangan melihatnya tanpa berkedip!" Jay menutup kedua mata Zoe menggunakan telapak tangan kirinya. Mereka berada tepat di belakang kru pembuatan film sembari memperhatikan akting-akting sekaligus alur yang tengah berlangsung. Ia sengaja menutup mata Zoe karena gadis itu tak berkedip memperhatikan Aiden yang sibuk memerankan tokoh dari kekasih Chloe. Ia tidak suka gadis ini melihat takjub aktor tampan yang tengah berperan di sana. Sejak kejadian kemarin, ia menyadari bahwa ia melihat Zoe bukan lagi sosok yang seperti pertama kali ia jumpa. Melainkan sosok berbeda yang ia pun tidak tahu perbedaannya. Ada segelintir perasaan untuk menjaga bocah ini, ada segelintir perasaan untuk peduli. Ia tidak tahu apa yang terjadi hingga bukan sekadar peduli, namun terselip perasaan lain yang tak bisa dijabarkan.

"Kenapa menutup mataku, Jay?" Zoe memegang pergelangan tangan Jay untuk menjauhkan tangan itu dari matanya. Sayang kalau penampakan itu harus dilewatkan.

"Kau masih anak kecil." Jay tidak membiarkan Zoe melihat itu terlalu lama. Wajahnya menjadi tak sedap untuk dipandang ketika Zoe masih bersikeras untuk melihat.

"Biarkan, Jay! Tolong jauhkan tanganmu. Please, aku ingin melihatnya. Kau sangat jahat!" Jay tak menggubris dan tetap menutup mata Zoe. Ketika pengambilan adegan telah selesai, baru ia melepaskannya dan di saat itu, desahan kecewa terdengar.

"Ah, adegannya sudah selesai! Kau sangat jahat, Jay. Pasti tadi dia sangat hot memerankannya! Kau ini! Dia bisa menjadi sumber inspirasiku, kau tahu!" cerocosnya tanpa henti. Ia kesal Jay seenaknya menutup mata hanya karena masalah sepele. Hanya karena ia bertubuh kecil, Jay memandanganya seenak jidat. Bahkan anak di bawah usianya saja melihat hal yang lebih parah. "Kau benar-benar jahat! Kenapa menutup mataku? Tutup saja matamu!"

"Sudah selesai. Percuma kau mengomel panjang-lebar. Dia akan beradegan lagi dan kau bisa puas melihatnya, bocah! Adegan ini saja dia sudah selesai!" ketus Jay. Ia mendelik tajam sembari bersedekap dada.

"Berarti masih ada adegan lagi?" tanyanya antusias.

Bodohnya Jay malah mengangguk hingga pria itu ingin mengutuk diri. Coba saja ia tidak mengangguk, Zoe pasti tidak akan banyak bertanya.

"Yeay! Kapan lagi adegannya?"

"Bersamaku."

"Dia akan mengambil adegan bersamamu?" Jay mengangguk malas. Benar-benar malas hingga rasanya ingin melempar gadis ini keluar gedung karena berbicara omong kosong.

"Waw! Mataku pasti sangat-sangat bersih dan terkontaminasi yang namanya kuman! Melihat kalian berdua beradegan di sana, for God sake, aku beruntung!" Jay memutar bola mata. Malas mendengar ocehan tak jelas. Walau tak dipungkiri ia kurang menyukai kehadiran Aiden di antara mereka. Sialnya menjadi lawan mainnya. Otomatis gadis cerewet ini pasti akan memusatkan perhatiannya pada Aiden, bukan padanya. Sial! Kenapa ia seperti pria pencemburu? No, ini bodoh. Biarkan saja gadis itu ingin melihat siapa. Apa pedulinya?

"Tenang saja. Selama kau di sana, aku hanya melihatmu. Ya walaupun sedikit-sedikit aku mengintip melirik aktor seksi itu."

"Terserah kau." Suasana hatinya menurun drastis. Ia tahu itu hanya sekadar bualan. Gadis ini pandai merayu. Tak heran banyak pria yang jatuh dalam pesonanya karena pandai membual yang tidak-tidak.

Assistant For A Year ✅Where stories live. Discover now