#Kisah Penulis: Lolos SNMPTN

729 73 8
                                    

Aku bersekolah di SMA terfavorit di kotaku. Sekolah yang berisi siswa siswi penuh ambisi untuk mencetak nilai....
Ya, nilai. Bukan prestasi.

Sebenarnya aku cukup pintar. Selama SD hingga SMP, aku selalu menduduki peringkat sepuluh besar bahkan 5 besar di kelas. Tapi ternyata di atas langit masih ada langit. Ketika duduk di bangku SMA, banyak yang lebih pintar dariku. Dan mereka menjadi yang paling penuh ambisi untuk mencetak butir-butir angka.

Simplenya, kamu nggak akan bisa hidup di sekolah ini.... kalau kamu enggak punya nilai bagus. Kamu akan mendapatkan sosial distancing oleh siswa siswi lainnya jika:
1. Nilai kamu jelek
2. Melakukan kecurangan saat ujian (kecuali jika kecurangan itu telah disepakati untuk dilakukan serentak dalam satu kelas)

Singkat cerita,
Aku yang dahulu menduduki peringkat sepuluh besar dari atas pd saat SMP, kini menjadi peringkat sepuluh besar dr bawah saat SMA.
Teman-temanku ada yang ikut OSN biologi, OSN fisika, OSN kimia. Dan aku? Aku rasa... itu bukan pationku.

Aku hobi menulis...
Sesuatu yang semua orang bisa lakukan, bukan?
Berbeda dengan menghitung rumus kimia atau menyusun deretan angka matematika.

Minder?
Ya. Minder.

Suatu waktu, aku mengikuti lomba menulis cerpen untuk pertama kalinya di bangku SMA. Lomba menulis yang akhirnya membawaku untuk pertama kalinya merasakan sebuah kemenangan. Juara 2, ya... juara 2 se kabupaten.
Kemenangan yang akhirnya membuatku nagih untuk ikut lagi dan lagi.
Kutekuni lah hobiku ini. Kuikuti setiap lomba menulis dari cerpen hingga novel. Ada yang kalah, ada juga yang menang. Dan .....
5 sertifikat kemenangan lomba menulis dari berbagai tingkat dan penerbit berhasil aku raih.

Aku,
Aku ingin sekali mengambil jurusan kesehatan.
Tapi nilaiku nggak bagus-bagus amat, termasuk biologi. Berbeda dengan anak bangku sebelah yang juara OSN biologi.

Pada saat naik ke kelas 3 SMA,
Orangtuaku memintaku untuk melanjutkan pendidikan di kemiliteran.
Alasannya, "Kuliah itu mahal. Belum tentu setelah wisuda bisa bekerja. Tapi kalau daftar tentara, gratis dan dapat gaji pula."

Akhirnya aku mengikuti keinginan orangtua. Meski demikian, aku tidak asal mendaftar tentara. Aku tetap berlatih dan belajar. Dari latihan fisik seperti lari, push up, sit up, chinning, lari angka 8: psikotest seperti warteg test, menggambar orang, rumah, dan pohon; mental ideologi dan wawasan kebangsaan: tes akademik TNI seperti bahasa inggris, matematika, fisika: dan belajar bersikap dalam pelaksanaan wawancara.
Aku terfokus hanya pada seleksi TNI. Aku tidak ada persiapan apa pun untuk kuliah.

Tiba waktunya pendaftaran SNMPTN,
Hanya peringkat 100 besar se satu sekolah yang memiliki kesempatan untuk bisa mengikuti seleksi SNMPTN. Alhamdulillah, nilaiku masuk di antaranya. Meskipun menjadi peringkat paling buruk di kelas, setidaknya di bawahku masih ada yang lebih bawah dari kelas lain.

Pada saat mendaftar online, akan ada tahap di mana kita dapat melampirkan sertifikat prestasi baik akademik maupun non akademik.

Sesuatu yang aku pikir akan berpengaruh dengan jurusan di mana aku akan diterima.

Aku ingin melanjutkan kuliah di jurusan kesehatan. Tapi apa bila dibandingkan dengan teman temanku yang lebih pintar, maka akan kalah.
Jika dalam satu kelas, ada 2 orang yang mendaftar di kampus dan jurusan yang sama, maka yang memiliki nilai tertinggi yg lebih mungkin untuk diterima.

Temanku memegang sertifikat OSN biologi. Sedangkan aku..... aku hanya memegang sertifikat juara lomba menulis *cerpen*.

Menurut kamu siapa yang lebih pantas untuk lolos SNMPTN di jurusan kesehatan? Aku? atau temanku?

"Temanku".

Dengan modal nekat,
Aku memutuskan untuk mendaftar:
1. Ilmu keperawatan Universitas Brawijaya
2. Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia Universitas Brawijaya
3. Ilmu Keperawatan Universitas Jember

Dan...
Aku dinyatakan lolos di Ilmu Keperawatan UB.

Setelah pengumuman SNMPTN, tiba saatnya pelaksanaan seleksi TNI. Aku tetap mengikuti rangkaian tesnya. Aku dinyatakan gugur di kesehatan 1.

Dan akhirnya, orangtuaku merestui aku untuk mengambil SNMPTN tersebut.

Menuju MahasiswaWhere stories live. Discover now