1

70.6K 9.4K 4.1K
                                    

–––––
〃ABINAYA〃
––––

PAGI ini Jeno seperti biasa berkutat dengan pekerjaan di meja kerjanya. Hingga seorang wanita masuk ke ruangannya setelah mengetuk pintu tiga kali ketukan.

"Pak Abi, diminta Bos menghadap secepatnya."

Jeno tersenyum pada wanita dengan rambut dicepol yang berdiri di depannya. Wanita itu terlihat salah tingkah kala Jeno berdiri dari kursinya lalu menepuk pundaknya pelan. Wanita dengan rambut dicepol itu adalah sekretaris Jeno, Sonia atau yang lebih akrab disapa Somi.

"Kalau begitu, tolong kamu lanjutkan periksa proposal yang baru saya buat. Takutnya ada yang tidak sesuai dengan rancangan yang diminta Bos waktu rapat minggu lalu." Ucap Jeno sambil membenarkan letak dasinya.

"Baik, Pak."

Somi paham jika atasannya itu adalah orang yang sangat teliti. Jika boleh jujur Somi begitu bahagia kala tahu jika manajer pemasaran yang baru adalah Jeno Abinaya. Pasalnya manajer pemasaran sebelumnya yang kebetulan dipindah ke bagian distribusi menurutnya terlalu otoriter.

"Kalau ada laporan yang masuk kamu simpan saja di meja saya."

Setelah mengatakan itu Jeno keluar dari ruangannya. Ia berjalan menyusuri lorong dan tersenyum menyapa beberapa karyawan yang berlalu-lalang.

"Bapak ganteng mau kemana nih?" Tanya seorang wanita yang membawa setumpuk berkas di tangannya.

Jeno yang disapa tertawa, "Biasa dipanggil sama Bos. Mbak Irene kayaknya sibuk banget hari ini."

"Iya nih. Musibah banget manajer pemasaran lama dipindah ke distribusi. Ingin sekali kutendang kepala botaknya." Gerutu Irene sambil membuat gerakan menendang.

"Hush! Mbak gak boleh gitu. Nanti saya ikutan." Lalu keduanya tertawa.

Setelah sedikit berbincang dengan Irene, Jeno kembali melanjutkan perjalanannya menuju ruang direktur yang berada di lantai tujuh. Ia mengetuk tiga kali pintu dengan tulisan 'Direktur Utama' dan membukanya dengan pasti.

"Selamat pagi, Pak. Saya Jeno Abinaya dari departemen pemasaran." Ucap Jeno kala bosnya itu tidak merespon ketukan pintunya dan terus terlarut dengan sesuatu di layar komputer.

Pria di hadapan Jeno itu adalah sang Direktur Utama Human Corp., Jefri Sanjaya.

Masih tidak ada respon dan Jeno tetap mempertahankan senyum ramah. Ia sudah kebal dengan sikap bosnya yang acuh tak acuh. Hingga butuh beberapa menit sampai Jeno mendapat tanggapan yang berarti.

"Duduk, ada yang ingin saya bahas..." Ucap Jefri sambil melepas kacamata bacanya. Jeno tersenyum dan menunduk lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Jefri.

"Jadi... Ini tentang masalah proposal yang dua minggu lalu kamu kirim..."

Jefri memandang lekat wajah Jeno yang juga memperhatikannya intens. Ia tersenyum kecil kala Jeno selalu menampilkan wajah yang serius saat membahas pekerjaan. Jika boleh jujur Jeno adalah salah satu tipe karyawan yang ia sukai, tipe yang serius dan selalu melakukan kontak mata dengan lawan bicaranya.

"Apa ada yang perlu diperbaiki? Atau saya melakukan kesalahan?" Tanya Jeno.

"Tidak, bukan begitu. Saya sudah membaca semua isinya dan saya setuju dengan strategi yang kamu uraikan. Tapi ini menyangkut peluncuran yang akan dilaksanakan tahun ini. Ke depannya masalah anggaran, pengadaan, pendistribusian dan lainnya bukan saya lagi yang akan mengesahkan dan mungkin akan ada beberapa perubahan..."

ABINAYA | NOMINWhere stories live. Discover now