24

24.8K 5.5K 1.9K
                                    

–––––
〃ABINAYA〃
–––––

Hanya satu yang bisa menyadarkan hati seorang manusia
Ketulusan yang menyentuh sampai hati yang hitam menjadi putih

–––––

SETELAH tragedi pagi tadi di kediaman Sanjaya, Jeno terus merasa tidak tenang. Januar marah besar padanya. Kekasihnya itu tidak bicara apapun lagi bahkan sampai Jeno berpamitan untuk pulang. Bahkan Januar menepis tangan Jeno saat ingin menyentuh pundaknya untuk meminta waktu bicara.

Sampai malam ini Jeno terus merenung. Ia duduk di ujung ranjangnya sambil terus memandangi kotak hitam beludru di tangannya.

Kotak itu adalah barang yang akan Jeno berikan pada Januar. Sebuah cincin platinum bertahtakan berlian kecil di tangannya. Jeno sudah membeli cincin itu setelah membawa Januar ke Bandung. Ia bermaksud menghadiahkan pada Januar saat lamarannya diterima.

Tapi angan hanya menjadi angan, belum mengutarakan niat baik untuk melamar sang pujaan hati pun Jeno sudah mendapat peringatan keras. Ia menjadi bimbang, haruskah dirinya memberikan cincin itu pada Januar.

"Onet, kalo Ayah ngasih ini ke Jeje bakal diterima gak?"

Jeno menunjukkan cincinnya pada si Onet yang diam memperhatikan di ambang pintu. Kucing itu tidak mengeluarkan suara, tapi malah menghampiri Jeno kemudian bergelayut di kaki si majikan.

"Bodoh banget ya saya udah ngecewain hati seseorang." Jeno mengelus kepala si Onet yang semakin menyamankan posisi di kaki Jeno.

Setelahnya niat Jeno ingin kembali memasukkan kontak cincin itu ke dalam lemari, tapi si Onet langsung naik ke pangkuannya dan mengeong keras. Kucing itu tiba-tiba seolah ingin merebut kotak di tangan Jeno. Sampai-sampai satu cakaran Jeno dapatkan karena kucingnya itu terus mencoba meraih kotak di tangannya.

"Apa sih? Ini barang mahal mau disimpan lagi."

Si Onet kembali mengeong, seolah tidak setuju saat Jeno mengatakan akan kembali menyimpannya. Jeno menatap sebentar kelakuan kucing kesayangannya itu. Ia kemudian mendekatkan kotaknya pada si Onet yang langsung terdiam.

Kucing itu mengendus pelan kotak yang disodorkan, kemudian menggesekkan ke wajahnya seolah memberi tahu sesuatu pada Jeno.

"Kamu mau cincin ini dikasih ke Jeje sekarang?" Si Onet kembali mengeong membuat Jeno tersenyum.

"Berarti malam ini kembali ke kediaman Sanjaya?"

Si Onet tidak menjawab, kucing itu langsung loncat dari pangkuan Jeno dan pergi keluar kamar. Jeno lantas bangkit dan memasukkan kotak hitam itu ke saku celananya. Ia merasa diberi pencerahan, bahwa dirinya harus kembali bicara dengan Januar apapun caranya.

"Emak, Bapak, doakan Abi yang mau berusaha sekali lagi." Gumam Jeno. Setelahnya ia mengambil jaket dan sarung tangan. Bersiap kembali menapakkan kaki di kediaman Sanjaya untuk kedua kalinya dalam satu hari.

–––––

Jeno menatap rumah megah milik Sanjaya yang begitu terang di kegelapan malam. Ini sudah pukul setengah delapan malam, dan Jeno nekat mengganggu ketentraman orang-orang di malam Minggu ini.

ABINAYA | NOMINWhere stories live. Discover now