Epilog

35.9K 5.3K 3.6K
                                    

–––––
〃ABINAYA〃
–––––

JENO rasa-rasanya ingin sekali berteriak. Ternyata menaklukkan ratusan berkas dalam satu hari lebih mudah dari mengurus sosok makhluk berukuran mini yang terus mengoceh di sepanjang lorong lantai satu. Di tangan kiri Jeno terdapat semangkuk nasi tim yang masih mengepulkan asap.

"Leon! Makan dulu, ini udah mau siang!" Teriak Jeno.

"Ndak! Leon udah mam kue udah minum susu!"

Sosok makhluk berukuran mini itu adalah Leon Nata Abinaya, putera Jeno bersama Januar yang sebentar lagi berusia empat tahun. Bocah laki-laki itu begitu mirip dengan Jeno, bisa dibilang seperti copy paste. Januar hanya menyumbang mata bulat, selebihnya Leon terlihat persis seperti Jeno.

 Januar hanya menyumbang mata bulat, selebihnya Leon terlihat persis seperti Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu kan tadi pagi, minum susunya juga gak abis. Yuk makan dulu. Nih Ayah bawa nasi tim kesukaan Leon. Ini Buya yang bikin loh." Bujuk Jeno.

"Ndak! Nanti aja!"

"Kalo gak mau makan sekarang, Leon diem dong. Ayah capek muter-muter terus ngikutin kamu. Bikin berisik juga ganggu yang kerja. Mending mainnya di ruangan Ayah aja ya?"

"Leon mau cari Buya!"

"Buya lagi ada tamu penting. Kalo acaranya udah selesai nanti kita ketemu Buya."

"AYAH BERISIK!"

Jeno mamandang datar puteranya. Leon berlari menjauh dengan menyeret truk mainan yang sengaja diikat menggunakan dasi milik sang ayah. Ngomong-ngomong Jeno sendiri yang mengikatkan dasinya ke truk mainan milik Leon.

Beberapa jam lalu Leon sempat mengamuk saat Januar berlari meninggalkannya di ruangan Jeno karena ada pertemuan dengan beberapa mitra bisnis yang penting. Sempat terjadi juga beberapa drama pagi hari yang dibuat oleh cucu Sanjaya itu.

Leon menangis dengan nyaring sambil bergulingan di depan pintu ruangan Jeno. Bocah itu menangis begitu hebat sampai nafasnya sesak. Jeno sendiri sampai angkat tangan menenangkan puteranya yang keras kepala.

Sampai sebuah ide muncul di kepala Jeno. Ia membujuk Leon dengan mengajak bermain mobil-mobilan mengelilingi kantor dengan dasinya yang dijadikan korban. Untungnya, bocah itu langsung meredakan tangisnya. Tapi sekarang malah Jeno sendiri yang keteteran mengikuti langkah Leon yang sangat aktif.

"OM LUCAS!"

Leon berlari menyeret truk mainannya menghampiri Lucas yang berjalan santai dari arah barat. Abinaya kecil itu bersorak kegirangan saat bertemu dengan Om favoritnya di tempat kerja. Jeno yang melihat hanya bisa menepuk dahinya.

ABINAYA | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang