15

30.1K 6K 2K
                                    

–––––
〃ABINAYA〃
–––––

Ada dua jalan yang menjadi titik ujung dari ketertarikan hati
Kebahagiaan atau kebinasaan

–––––

JANUAR baru saja akan memejamkan mata bersiap untuk tidur kala ada panggilan video masuk. Ia melirik layar ponselnya yang ditaruh di atas nakas, ternyata Jefri yang memanggil. Januar kemudian menggeser ikon berwarna biru di ponselnya.

"Jelek banget!"

Baru saja Januar mengangkat panggilan, ia langsung disuguhi oleh ledekan Jefri mengenai penampilannya. Januar mendengus, wajar saja jika wajahnya tidak terlihat baik, ia baru saja akan bersiap tidur.

"Bacot! Kayak disitu ganteng aja!" Balas Januar kesal.

"Mau tidur ya?" Jefri tersenyum.

"Ya menurut ngana?"

Jefri tertawa sampai kedua cacat di pipinya terlihat begitu dalam. Rasanya ia jadi merindukan rumah. Meskipun Jakarta sangat macet dan panas, Jefri tetap merindukannya. Terlebih gerutuan Januar yang biasa didengarnya setiap hari, semuanya membuat Jefri ingin segera cepat menyelesaikan pendidikannya.

"Kerjaan gimana?" Tanya Jefri.

Januar mengganti posisi berbaringnya jadi menyamping. "Sejauh ini gak ada masalah berarti. Kemarin lusa Papa sama Mama datang ke Human Corp. minta laporan seperti biasa."

"Oh ya? Gimana tanggapan Papa? Kena kritik pedas kalian?"

"Gak kok. Papa tenang-tenang aja, mungkin lagi gak mood marah-marah."

Hening beberapa saat. Januar memperhatikan Jefri yang tampaknya sedang berjalan di apartemennya, terlihat dari gambar tampilan yang diambil dari samping dan agak bergoyang.

"Kemarin Kak Doni tiba-tiba dipanggil Papa, mereka bicara berdua..."

Saat Januar mengatakan itu, Jefri menghentikan langkah. Ia kembali menyorot wajahnya dari depan kemudian tersenyum tipis.

"Oh ya? Gimana kabarnya sekarang?"

"Baik. Setelah ditarik lagi dari Sanjaya Group ke Human Corp. performa manajemen riset kita jadi lebih baik. Terbukti tahun ini kita bakal mengeluarkan dua produk baru setelah beberapa bulan terakhir ngelakuin penelitian di lab."

Jefri lantas tidak langsung menjawab penjelasan Januar. Ia hanya tersenyum membuat Januar sedikit khawatir. Sampai beberapa saat kemudian Jefri membuka suara.

"Pilihan dia emang selalu yang terbaik. Kalo dulu dia memilih pilihan kedua, mungkin dia gak bisa sesukses sekarang."

"Bang Jef..."

Suara Januar nyaris tidak akan terdengar.

"Kamu pacaran sama Jeno?" Pertanyaan tiba-tiba dari Jefri hampir membuat Januar menjatuhkan ponsel di tangannya. Ia melotot, darimana Jefri tahu? Januar sama sekali belum memberitahunya.

"Darimana Bang Jefri tahu?" Januar bangkit dari posisi berbaringnya, menuntut penjelasan dari Jefri.

"Udah Abang duga Je..." Lagi-lagi Jefri terkekeh di seberang sana.

"Darimana Abang tahu?" Kini Januar menekankan setiap kata yang diucapkannya. Ia tidak puas dengan tanggapan yang diberikan Jefri.

"Status WhatsApp kamu yang ngefoto tempat minum beberapa hari lalu. Terus pake caption Anak Bumi titik dua bintang, itu milik Jeno kan? Soalnya Abang juga punya tempat minum yang sama kayak di foto kamu. Btw Jeno yang beliin waktu ada sales promosi di lobby."

ABINAYA | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang