PROLOG

4.4K 387 149
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

~.~

Pupilnya terus mengikuti setiap pergerakan lelaki paruh baya yang dia sebut abah. Membiarkan visual korteksnya untuk terus menerjemahkan segala aktivitas yang tersaji. Keringat hasil ekskresi saat dia bermain tadi bahkan masih mengucur melewati pelipis, tapi kini sudah dipancing dengan rasa ingin tahu yang menguat.

Meski begitu, dia mencoba untuk tetap bersabar. Menunggu dengan kalem, duduk di salah satu sudut ranjang besi dengan kaki menggantung. Sistem ekstremitas bawahnya mulai dia gerakan guna menstimulan hipotalamus agar suasana hati tidak menurun akibat lamanya menunggu.

Berulangkali pula dia menghitung jumlah jari kakinya yang tetap sama dengan berpikir, "Mengapa jumlah jari kaki itu sepuluh? Apakah itu akan berhubungan dengan kemampuan manusia dalam melangkah?"

Dia menggeleng, merasa aneh dengan pemikirannya dan lebih memilih untuk kembali melihat ke titik fokusnya beberapa saat lalu.

Seakan tidak memberikan waktu untuk bertanya, lelaki itu kini membuka salah satu laci yang berada di sudut lemari. Tiga menit berselang, barulah apa yang dia cari berada di dalam genggamannya.

Sesuatu itu terbungkus rapat oleh kain sorban berwarna hijau dengan bercak putih sebagai coraknya. Dahi gadis kecil itu mengerut, memberi tanda bahwa cerebrumnya  tengah berpikir dengan keras.

"Itu apa, Bah?"

Lelaki itu tersenyum mendengar pertanyaan terlontar dari bibir mungil cucunya. Duduk perlahan di samping gadis kecil kesayangannya, dan membuka kain sorban dengan pelan.

Sebuah buku kecil terlihat dari balik sorban. Mata si kecil berbinar, dalam pikirannya berspekulasi bahwa abahnya kembali memberikan dia buku sains yang menjadi favoritnya.

"Untuk Rai?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Untuk Rai?"

Abahnya mengangguk.

Namun, pergerakan tangan mungil itu terhenti saat akan membuka buku bersampul coklat tua yang kini berada di pangkuannya. Abahnya memberikan isyarat untuk tidak terlebih dahulu membukanya.

"Kenapa?"

"Karena abah mau, kamu membukannya nanti."

"Nanti kapan? Setelah Rai shalat dan mengaji?"

Abah kembali menggeleng, dia mengusap puncak kepala cucunya dan membenarkan ikat rambut yang sudah melorot.

"Neng, buka buku ini saat kamu merasa kekosongan di hatimu, dan kamu sudah tidak memiliki arah."

Meski sedikit membingungkan bagi anak usia enam tahun, tapi gadis kecil itu tetap mengangguk dengan mantap. Selalu saja merasa sangat senang saat diberi bahan bacaan baru. Dia segera turun dari ranjang dengan kedua tangan yang merangkul buku baru pemberian abah.

Setelah berucap terimakasih yang dibalas dengan tepukan di kepala, langkah kecil itu segera mendekati pintu. Tepat saat dia menutup pintu kamar, tangannya dengan lancang membuka sedikit buku tersebut hingga memberikan celah untuk melihat lembar pertama.

Di lembar pertama itu tertulis Raina Syahlaa.

"Ups," ucapnya secara spontan saat tangannya menutup dengan cepat buku yang semula dia buka.

Sembari terkekeh geli, gadis kecil itu kembali berucap, "Punten Abah, Rai noong saalit. Mugia enjing panon Rai henteu cicindileun Ya Allah.¹"

~.~

Footnote:
• Visual korteks = bagian yang memproses informasi visual yang berasal dari mata.
• Sistem ekstremitas = sistem gerak.
Hipotalamus = sekelompok sel saraf yang bertanggungjawab untuk mengontrol rasa lapar, haus, emosi, siklus tidur dan suhu tubuh.
Cerebrum = otak besar.

Terjemahan:
(1) Maaf Abah, Rai ngintip sedikit. Semoga besok mata Rai gak bintitan Ya Allah.

~.~

Assalamualaikum.

Apa kabar? Sudah merasa sangat klop sama kasur setelah beberapa bulan ini mendadak jadi spesialis rebahan?

Buat yang selama ini patuh tetap di rumah aja dan mengikuti protokol kesehatan dengan baik, aku acungi jempol👍🏻.

Kali ini kedua kalinya aku menulis untuk SWP. Rasanya sangat uwuw dan dagdigdug ser. Semoga kalian suka dan terhibur.

ENIGMA ini salah satu bagian dari gelombang santri, dan sudah pasti tokoh utamanya salah satu anggota Geng Micin yang sudah terkenal di Darul Akhyar. Sudah siap untuk mengikuti kerusuhan para anggota Geng Micin yang selalu membuat para asatidz berkacak pinggang sembari geleng-geleng?

Di sini aku juga akan menggunakan dua sudut pandang (1 & 3). Jadi, jangan kaget jika nanti tiba-tiba berganti sudut pandang. Hehe

Untuk yang ingin berkenalan lebih jauh dengan Raina Syahlaa, boleh follow dia di instagram (@)kanyaahasatidz

Sebagai pembuka, boleh tuliskan di sini komentar terbaik kalian untuk menyambut bab 1 sabtu besok?

Syukron katsiir

Ketjup jauh💕

FinaSundari

ENIGMA [TERBIT] ✔Where stories live. Discover now