Special Chapter: Our First Meet

3K 304 4
                                    

Aku menatap jengah Jungkook dari kejauhan yang tengah sibuk tebar pesona pada segerombolan wanita. Pemuda itu tidak bisa ya sehari saja bersikap profesional dan menjalankan tugasnya dengan baik? Selalu saja begini. Aku tahu ia tampan, tapi tidak begitu juga.

"Wajahmu sudah seperti penyihir yang siap mengutuk orang, Ji." aku menoleh dan mendapati Jimin berdiri di sampingku, ikut melihat ke arah Jungkook dan mendesah, "Aku tidak tahu kenapa Yoongi-hyung bisa memilihnya."

Aku ikut mengangguk, merasa bingung juga kenapa Yoongi bisa memilih pemuda bergigi kelinci itu untuk mengantikannya menjadi kapten team basket. Padahal masih banyak kandidat lain, Minggyu atau Yugyeom misalnya. Setidaknya yang lebih normal dari pemuda Jeon itu.

"Otak kekasihmu sepertinya sudah tidak waras saat memilih Jungkook."

"Yoongi memang selalu tidak waras." gumamku dan tak lama kami terkekeh bersama. Yoongi sudah lulus sekarang, jadi kami tidak perlu takut menghujatnya, toh ia tidak tahu.

Jangan ditiru, aku memang bukan kekasih yang baik.

Usai perkenalan eskul -dimana Jungkook tebar pesona terus-  para peserta orientasi diistirahatkan begitupula para panitia, dan di sinilah aku sekarang, duduk sambil mengipaskan kertas ke wajah. Kenapa masa orientasi harus dilaksanakan saat cuaca panas begini sih? Menyebalkan!

Aku menatap calon adik kelas yang sedang asik bercengkrama, adapula yang bersenda gurau, wajah mereka jelas tersirat tanpa beban, ingin rasanya berkata, "Tertawalah sepuasmu sekarang. Kau tidak tahu pelajaran menyiksa apa yang menunggumu di sini."

Dulu setahun yang lalu akulah yang berada di posisi mereka, duduk dan berkenalan dengan ketiga kurcaci -yang mengaku pangeran-. Saat itupula aku bertemu dengan 'si pucat datar dari team basket' begitulah aku menjuluki Yoongi dulu.

Sebelum bertemu dengannya aku tidak pernah tahu bila ada manusia yang memiliki wajah tanpa ekspresi begitu. Bertemu dan kenal dengan Yoongi mengajarkanku kalau ada begitu banyak jenis manusia (termasuk yang berwajar datar), pula aku belajar arti 'sabar' yang sesungguhnya.

Aku terdengar seolah sangat sebal pada Yoongi ya? Tapi memang itu kenyataannya, dulu sih. Sekarang ya tinggal sedikit, lebih banyak rasa sayangnya. Okay, aku jadi terlalu chessy dan itu mengelikan.

Waktu itu aku tidak sengaja menabrak Yoongi dan kami terlibat adu mulut, Yoongi dengan mulut siletnya membuatku mengumpat di hari terakhir orientasi.

"Tidak punya mata ya?"

Pertemuan kedua kami terjadi di lapangan indoor, saat itu aku dihukum membersihkan lapangan karena tidak membawa pakaian olahraga. Aku tidak tahu harus merasa senang atau tidak, akan kehadiran Yoongi saat itu, ia memang membantuku, tapi dengan mulut yang berceloteh,

"Masih muda tapi sudah pikun."

"Sudah lelah? Kenapa kau lemah sekali?"

Aku hanya diam menahan kesal karena tenagaku sudah habis untuk membersihkan lapangan, "Pulang saja sana. Biar aku yang bereskan."

"Tapi, sunbae-"

"Aku tidak mau menjadi saksimu mati karena kelelahan. Lebih baik pulang." walaupun menyakitkan aku tidak membantah dan pulang.

Setelah kejadian itu pandangan jelekku tentang Yoongi sedikit berkurang. Kami lalu sering bertemu tiap hari jumat saat team basket mengadakan latihan. Awalnya aku menonton latihan bersama Taehyung dan Jimin karena Jungkook, namun tak lama niatanku berubah.

Aku tidak tahu sejak kapan aku jadi tertarik untuk memperhatikan Yoongi,  memperhatikan bagaimana ia mengatur teamnya dan bagaimana ia bisa terlihat sangat manis saat tersenyum.

Aku juga tidak tahu kalau aku sudah terjebak ke dalam pesona pemuda es itu.

Pertemuan yang paling teringat dengan jelas di otakku dan yang paling membuatku malu setengah mati saat membahasnya dengan Yoongi adalah,

"Hei, anak baru!" Aku memutar tubuh dan menatap kesal Yoongi, untung ia senior.

"Kenapa, sunbae?" Yoongi lantas tidak menjawab dan melepas jaketnya. Ia berjalan mendekat ke arahku, aku diam mematung saat merasakan tangan kekarnya di sekitaran pinggang.

Dadaku berdegub kencang menyadari Yoongi berjarak sangat dekat denganku, mengikatkan jaketnya di pinggang lalu berujar sesuatu yang membuat pipiku memerah,


"Rokmu merah. Kau sedang datang bulan ya?"

===End===

Gotta Be You [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang