Kilas Balik CPNS 2019

56 4 0
                                    


Aku dari Jawa Timur. Udah pada tau kan? Ku rasa iya. Kali ini aku mau bercerita tentang kisahku di Surabaya.

Untuk pertama kalinya kaki ini menginjakkan kaki di kota itu lagi setelah sekian lama. Karena yang ku ingat, terakhir kali ke sana itu aku SD. Dan sekarang aku sudah lulus SMA. Itu artinya sekitar 7 tahun aku gak bertandang ke Surabaya.

Saat pertama kali aku sampai di terminal Bungurasih. Aku binggung mau naik apa ke alamat itu. "Politeknik Perkapalan Surabaya." ya karena di sana lah esok tesku diadakan. Untung saja aku gak sendirian, tapi sama Ibuku.

Kami bertanya pada bapak-bapak di sana, untuk dapat info tentang kendaraan apa yang harus kami tumpangi hingga ke alamat itu?
Tapi dibilang, "Tidak ada." Mereka menyarankan untuk naik taksi, atau ojek online. Aku mikir ulang dong, kan uang yang ku bawa gak banyak. Hanya cukup untuk pulang-pergi. Bagaimana jika semisal ongkos buat pulang gak ada?

Yang gak habis pikir, di sana lumayan keras ya. Ya wajar sih kota besar, dan aku si ndeso yang baru datang ke kota. Mungkin sasaran empuk bagi mereka-mereka. Maksudku bukan menyindir siapa-siapa ya, aku hanya bercerita dan ini nyata terjadi.

Beberapa bapak-bapak yang mengaku sebagai supir ojek online, menawariku untuk ikut dengannya. Dengan ongkos 100k dua orang. Jujur aku gak mau, karena aku yakin duitku gak cukup. Dan coba bayangkan, sejauh apa lokasi itu, jika dibandingkan dengan perjalanan dari kotaku ke Surabaya hanya perlu ongkos 80k, itu pun kami tempuh dalam waktu 8 jam perjalanan. Itu artinya jika sekarang aku dan Ibuku menumpang mobil itu, dan membayar ongkos 100k. Apakah perjalanan yang akan kita tempuh 10 jam lamanya? Ku rasa tidak.

Berbagai alasan pun aku lontarkan, supaya orang itu menjauh. Sampai-sampai aku harus berpura-pura untuk menelpon temanku, dengan begitu kami Alhamdulillah bisa lepas dari si bapak-bapak itu.

Ya jujur sih, aku orang desa. Tapi bukan berarti aku se'bego itu untuk mereka bodohi. Kalaupun kami ingin pesan ojek online, sudah seharusnya ada aplikasi yang jelas. Dan bisa dipertanggungjawabkan jika ada apa-apa kemudian. Dan upah yang harus dibayar pun akan sesuai sama jarak tempuh nantinya, bukan?

Untuk itu aku tak mau berurusan dengan bapak-bapak tadi. Ya bukannya aku berfikir negatif. Tapi apa salahnya untuk berjaga-jaga, apalagi aku anak gadis yang jauh dari rumah ingin mengejar cita-cita.

Akhirnya kami pun keluar dari terminal itu, sampai di halte. Alhamdulillah lagi karena ads angkot yang menawari untuk mengantar kami ke Politeknik Pelayaran Surabaya, hanya dengan membayar upah 20k saja. Aku pun tersenyum, "Alhamdulillah. Masih banyak orang baik ternyata," batinku.

Sesampainya di depan Politeknik Pelayaran, kami pun langsung mengecek lokasi dimana esok akan ku datangi. Barulah kami menuju ke rumah kos harian yang kapan hari sudah ku pesan lewat online.

Lagi-lagi ada pengalaman di sini. Sudah jelas dari pintu belakang Politeknik Pelayaran Surabaya menuju rumah kos itu, hanya perlu waktu berjalan kaki dua menit. Tapi bodohnya, aku malah jalan ke pintu utama, dan mendadak jarak itu berubah menjadi 25 menit jika harus berjalan kaki. Kaget dong.

Aku sudah bertanya sama Pak satpam di depan. Tapi rupanya beliau kurang paham dengan alamat itu. Ya sudah lah, akhirnya kami duduk dulu dan aku donwload aplikasi ojek online wkwk.

Beberapa menit setelahnya ojek itu datang dan mengantarkan kami ke alamat tersebut. Dan ternyata, diluar dugaan wkwk. Bapak ojek itu tertawa dan bertanya, "Mbaknya dari mana? Bukan orang sini ya?"

"Iya, Pak. Saya dari ******," jawabku.

"Oh pantas saja," kata Pak supir.

"Kenapa, Pak?" tanyaku.

"Sebenarnya lokasi ini di belakang Politeknik, Mbak. Tadi kalo Mbak jalan lewat pintu belakang, gak perlu naik ojek saya."

"Tapi gak apa-apa. Besok lagi kalo ke sini jalan kaki aja, Mbak." imbuhnya.

"Ternyata di sini banyak orang baik juga ya," gumanku.

Setelah sampai di kos, kami memesan untuk dua malam. Satu malamnya 30k untuk satu kepala. Dan karena aku memilih untuk dua malam. Alhasil harus keluar duit 120K deh.

Dan di sana aku punya teman satu kamar. Namanya Yuni. Anak Kediri yang sama-sama mengikuti tes CPNS. Dia anaknya baik, ramah pula. Biarpun kami hanya bertemu sehari saja.

********

Tes CPNS pun berlangsung.

Kalau tidak salah, tanggal 19 November 2019 pukul 13.00-15.00 WIB.

Pertama kami harus antri nomer urut dulu, nomer urutku 4000 sekian wkwk. Dan selama menunggu itu aku punya teman baru lagi, namanya Letta dari Banyuwangi. Dan beberapa orang lagi yang kami belum sempat berkenalan dan keburu nomerku dipanggil duluan.

Pertama kita disuruh duduk dulu, dan di proses sesuai nomer. Lalu mengisi formulir lagi, tes tinggi badan, cek kelengkapan data, dan setelah itu selesai. Alhamdulillah aku lolos tahap satu. Dan untuk sementara, aku pulang dengan membawa kegembiraan untuk Ibu dan keluarga di rumah.

Nih. Foto aslinya, supaya kalian gak bertanya-tanya.

 Foto aslinya, supaya kalian gak bertanya-tanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'm Colage 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang