Conosci

72 7 10
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Oh iya, lupa, mungkin aku harusnya mulai dari kenalan dulu ya ...

Aku Fahri, Fahri Hanif Purnomo, kebanyakan orang manggil aku Fahri, tapi ada juga yang manggil aku Hanif, cuman satu orang sih, Pak Sunarto, dia satpam sekolah, dia cedal alias gak bisa ngomong 'R' (bukan maksud menghina) jadi dia lebih memilih memanggilku dengan nama 'Hanif'... orangnya baik, dia pernah mengantarku pulang ke rumah karena hari itu aku baru selesai rapat OSIS dan hari udah mau gelap sedangkan aku belum dijemput-jemput, jadi dia antar aku ke rumah, tapi di hari berikutnya aku denger kabar kalau sekolah kehilangan lima monitor komputer dan dua proyektor di Lab Komputer, karena Pak Sunarto yang lupa mengunci gerbang sekolah dan pintu Lab Komputer sebab buru-buru mengantarku ke rumah, aku sempat di bawa ke ruang kepala sekolah untuk jadi saksi dan tentu saja pembela dari Pak Sunarto karena aku juga turut merasa bersalah karena hal itu, akhirnya sekolahpun memberikan maaf kepada Pak Sunarto.

Sebuah kebetulan yang sangat menyenangkan, kemarin, Sabtu 10 Februari tahun 2018 adalah hari ulang tahunku yang ke-16 tahun, pagi-pagi sekali, kak Lia, kakakku yang nomor dua, dan Kak Karin kakakku yang nomor tiga, menarik begitu saja tubuhku ke atas dengan cepat ketika aku sedang dalam posisi tidur, rasa kejut, jantung berdebar-debar, bola mata yang hampir keluar dan nyawa yang yang seolah masih tertinggal di atas kasur aku rasakan dalam detik yang sama, sungguh pengalaman bangun tidur yang sangat menyeramkan.

"HBDDDDD!!!!" teriak mereka berdua. Dan ada Bapak di depanku tersenyum dan membawa sebuah kue ulang tahun kecil dengan hiasan keju berbentuk burung perkutut di bagian atasnya, dan sebuah plastik besar di tangan kirinya yang ternyata adalah sebuah laptop baru sebagai hadiah ulang tahun.

"Kaget astaga ... gak ada cara lain apa banguninnya!?"

"Ada ... cuman kami maunya kayak gitu, kamu kan kalau udah tidur kayak snow white yang keracunan buah apel, banguninnya harus dengan kecupan pangeran" kata Kak Lia yang nyebelin. Sangat amat nyebelin, tapi aku sayang.

Dari hadiah laptop itu, aku kepikiran untuk mencoba apa yang Bu Rima katakan, dan saat ini, aku sedang mencobanya, akan aku tulis setiap hal yang bakal aku laluin nantinya, gak tau apa tujuannya, aku cuma mencoba, tapi ada satu hal yang menjadi alasan kenapa aku mau menulis, Kak Karin pernah bilang, "Manusia, adalah pecandu lupa, ingatan hanya menjadi sesuatu yang sementara ada di pikiran mereka, kemauan manusia itu lebih dari luasnya semesta, setiap hal yang mereka lewati akan ditimpa dengan yang baru." Begitu katanya, aku cuma gak mau, setiap kejadian yang aku lewati, lewat begitu saja. Harus aku inget, ya mungkin salah satu caranya dengan menulis, biar candu itu bisa dihalangi.

Gak tau cerita apa yang aku tulis, mungkin ini bakal jadi semacam catatan harianku, gak tau juga siapa yang mau membacanya, dan gak tau juga mau diapakan nantinya. Intinya aku harus betah dengan kegiatan baru ini. Bapak juga bilang untuk pakai laptop ini sebaik mungkin. Aku termasuk makhluk Tuhan yang kurang pengalaman, gak tau ada apa dan sedang bagaimana kondisi di luar sana, bagiku rumah adalah sarang terbaik untukku bisa terus betah bernafas di bumi. "Ngopinya kurang pahit." Begitu kata guru agamaku yang juga menjadi imam besar di mushollah sekolah, itu adalah perumpamaan orang yang kurang mengenal dunia luar, ya bisa dikatakan orang yang tertutup, ya lagi pula aku juga gak suka kopi.

Aku gak bisa memahami dan mengerti bagaimana bumi yang sebenarnya, karena kata Kak Karin, "Bumi gak cuma berputar karena gaya gravitasi, tapi juga karena manusia di dalamnya yang selalu berubah mengikuti putaran jarum jam, terlalu sulit memahami mereka yang berada di kejauhan, lebih baik pahami dulu mereka yang ada di dekat kita." Begitu katanya.

Jadi, mungkin aku akan mengisi catatan ini tentang orang-orang yang ada di sekitarku saja, karena mereka lah orang yang mengerti bagaimana aku, seperti aku yang mengerti bagaimana mereka. Untuk siapapun, di masa mendatang nanti yang membaca tulisan ini, maaf bila kalian tidak suka, aku cuma ingin jujur dengan situasiku sendiri. Apa yang aku tulis nantinya, adalah apa yang aku alami. Mungkin untuk hari ini cukup segini dulu, besok aku cerita lagi, tentang mereka yang akan selalu aku sayangi.


Kita Hanya Perlu MengertiWhere stories live. Discover now