Egonetik

6 3 0
                                    

JADIKAN VOTE SEBAGAI PRANTARA RASA SAYANGKU PADA KALIANNN ><  VOTE DULU GAESS, BIAR CERITA INI GAK NGEGANTUNG KAYAK PERASAAN AKU KE KAMU :v



Sebelumnya tadi juga Dimas datang ke rumah, mengajakku pergi ke Teropong Kota, sebuah tempat di mana kalian bisa menikmati indahnya Kota Bandar Lampung di malam hari di atas bukit dengan ketinggian kurang lebih 200 Mdpl. Tempatnya bagus, aku sering berkunjung ke sana untuk sekedar memastikan kalau kota ini masih bersahabat untuk diajak termenung bersama di malam hari, tapi karena terlalu sering, aku jadi sedikit bosan, jadi aku tolak ajakan Dimas, mungkin lain kali, kalau tempat itu tambah tinggi lagi. Lagi pula ajakan Dimas lumayan keji bagiku, dia mengajakku ke tempat itu untuk menemaninya bertemu dengan perempuan yang ia sukai sejak pertama kali masuk SMA, anak IPS, lumayan cantik, tidak bisa aku bayangkan jika Dimas bertemu lalu mengobrol seru dengannya, sudah pasti aku hanya akan jadi nyamuk yang tidak tau harus ngapain dan lebih memilih diam sambil mendengarkan nyamuk lain mengganggu telingaku. Lagipula aku juga tidak mau membayangkannya.

Jadi aku lebih memilih masuk ke kamar dan mengumpulkan kemauan sebanyak-banyaknya untuk menulis, tadinya aku bingung harus mulai dari mana, tapi karena kejahilan bapak yang menghibur tadi membuat mood-ku menjadi naik dan membantuku berpikir untuk memulai bab ini. Bapak memang terkadang lucu, menghibur dan tidak membosankan. Tapi hanya terkadang, tidak seperti dua hari yang lalu, malam itu Kak Lia pulang larut malam bersama Mas Abi, pacarya Kak Lia, mereka sudah berpacaran sudah 5 tahun lamanya, bukan waktu yang sebentar tentunya, di waktu yang lama itu, seharusnya mereka sudah bisa mengenal satu sama lain, tapi sayangnya Bapak belum bisa mengenal mas Abi sepenuhnya.

"Habis dari mana? Kok baru pulang? Lembur?" tanya Bapak ke Kak Lia yang baru saja ingin masuk rumah.

"Tadi mampir dulu, makan bareng Abi, Pak" jawab Kak Lia. Mas Abi pun turun dari motornya dan menghampiri Bapak, "Assalamualaikum, Pak" ucap Mas Abi.

Bapak hanya diam, tidak menjawab salam mas Abi, tapi aku lihat mas Abi masih tersenyum, padahal Bapak menatap sinis kepadanya.

"Lain kali kalau mau pulang telat, kabari orang rumah, apalagi kalau mau makan di luar, kamu tau kan, Karin harus membagi waktunya untuk ngurus rumah, masak dan lain-lain, dia sudah masak buat kita, buat kamu"

"Iya Pak, tadi kemauan Lia, ngajak Abi makan di luar."

"Lain kali, belajarlah menghargai orang yang sudah berbuat untuk kamu, Bapak sudah bilang berkali-kali ke kamu, keluargamu itu yang harus kamu pentingkan, bukan orang lain, jangan jadikan egois berkembang biak dalam diri kamu!" ujar Bapak tegas.

Bapak lalu masuk, Kak Lia sempat terdiam sejenak dan Mas Abi lalu berpamitan dengan Kak Lia, aku bisa melihat Mas Abi merasa sangat bersalah akan hal itu, tapi aku paham dengan sikap mas Abi, dia pasti akan tetap sabar akan apa yang selalu Bapak perlakukan ke dirinya. Sudah menjadi hal yang wajar ketika Bapak seperti merasa tidak suka kepada mas Abi, tidak tau kenapa dan apa alasannya, padahal mas Abi orang yang sangat baik.

Mereka sudah berpacaran sejak masa kuliah, mas Abi dan kak Lia bertemu di satu perguruan yang sama. Berawal dari KTP Kak Lia yang hilang, kak Lia panik saat itu, kartu yang menjadi bukti sah bahwa dia adalah bagian dari negara dengan umat muslim terbanyak di dunia ini hilang. Kak Lia membuat sebuah pengumuman melalui mading kampus, karena memang hilang terakhir kali di kampusnya. Tidak lama, sehari setelah pengumuman itu di pajang, seorang mahasiswa dengan senyum manis menghampiri yang sedang makan di kantin kampus.

"Permisi ..." ujarnya.

"Iya?" jawab Kak Lia mengerutkan dahi.

"Mba, Aulia Syahiddan Anissa kan?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 25, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kita Hanya Perlu MengertiWhere stories live. Discover now