Bab 12

3.6K 401 59
                                    

"Jongin," panggil Sehun. Dengan sebelah tangan ia mengetuk pintu ruangan Jongin. Tak ada jawaban, dan Sehunpun mengetuk pintunya sekali lagi sebelum ia membuka pintu tersebut. Jongin berada di meja kerjanya, tumpukan dokumen terletak di depannya dan jika Sehun hanya melihatnya secara sepintas maka ia akan berpikir kalau Jongin tertidur. Lelaki itu memelankan langkahnya, ia meletakkan rantang makanan di atas meja tamu dengan hati-hati sebelum kembali meneruskan langkahnya menuju Jongin. Jongin masih menundukkan kepalanya, terlihat sekali jika ia tengah kelelahan dan hal ini membuat Sehun merasa tidak tega untuk mengganggunya.

Namun telpon dari sekretarisnya yang mengatakan jika Jongin belum makan siang, membuatnya membulatkan tekadnya dan menyentuh pundak suaminya dengan lembut.

Jongin tampak terkejut ketika mendapatkan sentuhan itu, ia menegakkan kepalanya dan matanya yang memerah karena kurang tidur menatap ke arah Sehun. "Kau datang...."

Sehun menunduk dan memberikan ciuman lembut di bibirnya sebelum ia beralih ke belakang kursi Jongin dan mulai memijat pundak Jongin. "Kau tampak lelah, sebaiknya istirahatlah dulu."

"Masih banyak yang harus ku kerjakan," gumam Jongin. Ayahnya telah membuat kekacauan dan jika ia tidak membereskan masalah itu dengan benar maka ia tak akan bisa memenuhi janjinya pada kakeknya untuk mempertahankan kejayaan perusahaan ini.

"Istirahatlah sebentar, kau juga butuh makan Jongin." Sehun menarik tangan Jongin dan memaksanya untuk bangkit dari kursinya. "Aku tak ingin kau sakit."

Jongin tersenyum, "Senang rasanya ketika ada orang yang memperhatikanku seperti ini." Ia mengelus lembut pipi Sehun, sudah seminggu lebih ia jarang menghabiskan waktu bersama dengan istrinya dan ia merindukan saat-saat itu. Jika masalah di perusahaan ini sudah selesai, ia berjanji akan lebih memperhatikan istrinya lagi. "Maaf," gumamnya.

"Maaf untuk apa?" tanya Sehun yang tengah sibuk menyiapkan makanan untuk Jongin.

"Kau pasti kesepian di rumah."

"Kalau aku bilang tidak aku pasti berbohong padamu, tapi aku mengerti perusahaan ini juga penting untukmu, karena itu tak perlu minta maaf padaku."

"Aku tidak bisa membiarkan perusahaan yang sudah berjalan lama ini hancur begitu saja hanya karena kekacauan yang ayah dan ibu tiriku lakukan."

Jongin membiarkan Sehun menyuapinya makanan. Sejujurnya ia masih tidak berselera makan, namun karena ini adalah masakan yang dibuatkan oleh istrinya, Jonginpun menghabiskan makanannya tanpa meninggalkan sisa.

"Kau tahu Sehun, terkadang aku berpikir jika aku sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengan ayahku. Maksudku, apakah ada seorang ayah yang akan bertindak sejauh ini hanya untuk menjatuhkan anak kandungnya sendiri ?"

Sehun mengambil tissue dan menyeka sudut mulut Jongin dengan telaten. "Orang yang sudah dibutakan oleh uang bisa memutuskan ikatan keluarga demi mendapatkannya. Karena itu aku tak heran jika mereka akan nekat melakukan ini."

"Kau benar...." Jongin menarik tubuh Sehun ke dalam pelukannya. "Bagaimana situasi di rumah ? Orang tuamu tidak mengeluh bukan karena kau harus tinggal disana untuk sementara ?"

Karena rumah mereka yang mengalami kebakaran dan Jongin yang disibukkan dengan pekerjaannya di kantor, keduanya belum memutuskan untuk pindah ke rumah yang baru. Sebab itulah Sehun untuk sementara pulang kembali ke rumah orang tuanya sampai masalah di perusahaan Jongin selesai.

"Ibu memang mengeluh tapi bukan karena aku yang harus tinggal kembali disana, tapi karenamu."

"Huh ?"

"Ibu mengeluh setiap hari kepadaku, katanya kenapa kamu lebih memilih untuk tidur di kantor dari pada kembali ke rumah. Dan terus bertanya-tanya apakah karena rumah kami kecil hingga kamu merasa tidak nyaman berada disana."

My FlashlightWhere stories live. Discover now