[ Five ]

22 4 0
                                    

Selamat membaca!
 
 
 
"Jadi, kau ini seorang pemain bulu tangkis profesional?"

"Tidak seprofesional yang kau kira. Aku hanya bermain untuk salah satu klub di SF. Tahun lalu aku mencoba masuk ke klub nasional, tapi gagal."

"Coba lagi saja. Siapa tahu tahun lalu bukan keberuntunganmu."

Tak lama setelah itu, terdengar bel rumah Harry berbunyi dan Harry, si malaikat, hendak menawarkan diri untuk membukakan pintu, tapi aku mendahuluinya.

"Kuharap kau suka dengan apa yang kupesan," katanya setelah aku kembali.

"Aku pemakan segala, tenang saja," jawabku yang disertai tawa Harry.

Aku mengambil sebuah foto lalu menyodorkannya pada Harry. "Ceritakan siapa saja yang ada di sini."

"Ini pelatihku, Mark William, ini lawan sekaligus temanku, David White."

"Jadi kau ini bermain di tunggal pria?"

"Dulu sempat di ganda campuran, tunggal pria, ganda campuran, kembali lagi ke tunggal pria. Kurasa aku cukup baik di sini."

"Semua trophy ini dari bulu tangkis?"

Ia mengangguk. "Cukup tentang aku. Bagaimana denganmu?"

"Well, aku adalah seorang guru di taman kanak-kanak dan kursus piano. Dan, apalagi ya.."

"Kurasa kau bisa mengajariku bermain piano."

"Apa kau punya piano?"

Ia menggeleng. "Bisa pakai ponsel, kan?"

"Benar juga."

"Bagaimana tentang temanmu yang melahirkan itu? Bagaimana kalian bisa bertemu?"

***

"If you're happy and you know it clap your hands! If you're happy and you know it clap your hands! If you're happy and you know it and you really want to show it. If you're happy and you know it clap your hands! Giliranmu, Tammy."

Tammy menyanyikan lagu itu sebisa mungkin. Memang masih ada beberapa bagian yang kurang jelas, tapi setidaknya ia bisa mengikuti.

"What color is my shirt, Jackson?"

"Red!"

"Berapa satu ditambah satu, Sarah?"

"Dua, Nona Leynolds."

Tidak ada hujan dan angin, tiba-tiba Sarah menangis. Kurasa aku tidak melakukan hal apapun yang berpotensi membuatnya menangis. Baru saja aku ingin bertanya ada apa, aku mendengar Harry tertawa kecil di belakangku.


"Harry, sudah kubilang kau jangan menggangguku. Huft. Kau membuat muridku menangis. Cepat pergi."

"Aku kan hanya ingin membuatnya tertawa."

"Wajahmu terlihat seperti hantu makanya ia menangis. Daripada kau pengangguran, lebih baik kau perbaiki pendingin ruangan yang macet."

Oke, Harry tidak akan mengganggu lagi.

***

"Dengar, Harry. Setiap pagi hingga siang, aku akan mengajar. Setiap hari Selasa dan Kamis malam pukul tujuh hingga delapan aku mengajar piano. Hari Jumat ma-"

Fourteen DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang