19. Hadiah Ulang Tahun

3.9K 848 93
                                    

Yok, vote komen.
bullysalju/savesalju
Happy reading.
❤️

"Kamu sadap WA-ku."

Adalah kalimat pertama yang langsung Salju umpankan saat berhadapan dengan Rinto. Suasana perpustakaan rumah Rinto yang terang benderang membuatnya jelas melihat setiap gelagat yang Rinto tunjukkan.

"Kamu nemuin apa di sana?"

"Sal."

"Jawab aku, Kak." Salju terlihat sangat tenang, walau hatinya penuh dengan kemarahan.

Rinto mendekat ke Salju, tatapannya memohon. Ia meraih kedua tangan Salju dan menggenggamnya. Salju yang begitu tenang justru terlihat seperti orang lain bagi Rinto. Orang yang tidak ia kenal. "Aku salah. Ternyata kamu setia sama aku."

Satu sudut bibir Salju terangkat, membentuk senyum miring. "Sejak kapan kamu ngelakuin itu?"

Helaan napas lelah terdengar dari Rinto. Ia merendahkan tubuh, menyejajarkan wajahnya dengan Salju. "Sejak kamu minta break abis selesai ospek. Aku takut kamu beneran pergi dan menemukan laki-laki lain."

"Ternyata?"

Rinto tersenyum. "Ternyata aku salah. Maaf."

"Benar nggak ada yang kamu temuin dari hasil sadapmu itu?"

Rinto tidak mengerti ke arah mana pembicaraan mereka. Ia tidak mau Salju minta break lagi dengannya seperti beberapa bulan lalu. Walau ia selalu berhasil menemui Salju kapan pun ia mau meski tidak setiap hari seperti dulu.

"Kamu tahu Gavin?"

Pertanyaan itu seperti bom bagi Rinto.

"Kamu pukul dia." Salju menepis kedua tangan Rinto di bahunya, menatap kedua manik mata Rinto yang terlihat gelisah. "Atas namaku. Ternyata kamu pengecut?"

Secepat Rinto merasa bersalah, secepat itu pula raut sendunya berubah menjadi keras. Kilat marah dalam kedua bola matanya seperti menelanjangi orang di depannya. "Kamu bilang aku pengecut?"

Salju tidak gentar. "Ya."

"Berengsek kamu, Salju!!!"

Cukup menyentak, tapi Salju sudah mulai terbiasa. Ia menahan genangan air yang membayang di bola matanya. "Kalau nggak pengecut—"

"Kamu yang bikin aku melakukannya! Ada apa sama cowok cupu bajingan itu, ha?"

"Kakak angkatku hilang dan Gavin bantu aku nyari, puas?!"

Napas Salju menderu. Membuka luka itu ke orang lain sangat tidak mudah, kenapa Rinto membuatnya tersiksa seperti ini?

"Kamu ... nggak pernah cerita. Aku nggak tahu." Nada bicara Rinto mulai memelan.

Salju menelan ludah, menahan getir yang dirasakan. Memang tidak ada yang tahu, orang tuanya sekalipun! "Gimana aku bisa cerita kalau kamu nggak pernah peduli apa yang aku rasain?"

"Salju, aku cuma cemburu jadi ...." Rinto seperti kebingungan, tatapannya seperti hilang arah. "Apa kamu nggak tahu aku khawatir?" suaranya sangat pelan dan terluka. "Aku sakit waktu ngizinin kamu pergi sama Surya, aku cemburu lihat laki-laki lain deketin kamu, aku marah waktu Gavin chat kamu."

Salju meneguhkan hati. Ia mengeluarkan ponsel dan menunjukkan ke Rinto. "Aku harus apa biar kamu nggak khawatir dan berakhir marah-marah? Kamu selalu mempermasalahkan orang lain. Surya, Gavin, siapa lagi? Apa aku harus hapus nomor mereka? Oke, aku hapus." Tangannya bergetar saat menghapus nomor-nomor teman lelakinya. Ia merasa air matanya sudah menggenang di pelupuk mata. "Abis ini semoga kamu nggak bawa-bawa mereka. Karena permasalahan sebenarnya ada di kamu sendiri."

SURYA & SALJUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora