•°°• _32_ •°°•

2.1K 192 11
                                    


Sana merasakan ada benda yang melilit tubuhnya, membuat gerakannya menjadi terhalang. Tangan dan kakinya bahkan sudah tidak bisa digerakan. Matanya membuka perlahan, menyesuaikan netranya dengan suasana kamar yang berbeda. Keningnya berkerut melihat tempat yang masih asing baginya. Dia belum pernah mendatangi tempat seperti yang ditempatinya saat ini.

Sana hendak melangkah, tetapi langkahnya terhenti karena dia sadar, kakinya tidak dapat digerakan. Ketika wajahnya menunduk da melihat kondisinya saat ini, Sana membelakak kaget. Dia hanya duduk di kursi kayu jati dengan tangan dan kaki terikat.

"Apa-apaan ini?" Ujarnya dengan perasaan kesal yang mulai merayap. Ingatannya pudar dan hanya menginat sebagian saja. Dia ingat saat ini harusnya dia melihat kejutan yang diberikan Jin untuknya.

Jin? Mengingat nama tersebut membuat Sana semakin tidak tenang. Matanya mencari keberadaan pria tersebut dan tidak menemukannya. Apa terjadi sesuatu sampai dia ada di rumah kumuh tanpa Jin? Pikirannya saat ini benar-benar kacau dan kekhawatirannya lenyap ketika sebuah tepukan keras menggema di ruangan tersebut.

Sana menengok, melihat ke asal suara dan melihat Jin yang tengah berdiri dengan tubuh di sandarkan di tembok kayu rumah tersebut, menatap dengan senyum yang sulit diartikan. Sana yang melihat Jin masih bersamanya langsung menghela napas panjang. Lega.

"Jin, kamu di sana? Aku khawatir jika terjadi apa-apa denganmu." Ucap Sana dengan senyum sumringah.

"Tentu, aku tentu baik-baik saia, sayang." Jawab Jin dengan langkah pelan mendatangi Sana. "Apa kamu suka dengan kejutannya?"

"Kejutan? Jadi ini keiutan yang kamu maksud?" Tanya Sana bingung.

"Tentu, sayang. Aku harap kamu akan menyukai tempat ini." Ujar Jin dengan tubuh yang sudah setengah membungkuk, menatap Sana dengan senyum manis yang dibuat-buat.

"Apa? Aku tidak mengerti, Jin. Tapi, sebelum kamu menjelaskannya, bisa kamu lepas tali ini? Aku tidak nyaman." Sahut Sana sembari menunjukan wajah memelasnya. Dia tau, Jin akan luluh dengan wajahnya yang menunjukan rasa lemah.

Jin malah berdiri tegap dengan wajah yang sudah tidak menunjukan keramahan sama sekali. "Melepaskanmu? Jangan bercanda." Kata Jin dan tertawa lantang, setelahnya dia menatap Sana yang mengerutkan kening bingung. "Aku bahkan tidak ingin melepaskan ikatan itu sama sekali, sayang."

"Apa maksudmu, Jin? Aku tidak bisa terus duduk di kursi dengan tangan dan kaki terikat. Jadi, lepaskan aku!" Teriak Sana mulai geram. Dia seperti melihat Jin yang berbeda.

"Berhenti memerintahku, Sana!" Bentak Jin dengan mata yang sudah mengelurakan emosinya. Dia menatap Sana yang langsung diam mendengar bentakannya. “
"Aku tidak suka kamu memerintahku."

"Jin.." Panggil Sana pelan. Ini pertama kalinya dia mendapatkan bentakan dari Jin dan jantungnya benar-benar terasa akan lepas dari tempatnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marriage HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang