•°°• _Epilog_ •°°•

3.2K 185 20
                                    


Nayeon menatap orang yang berlalu-lalang di depannya. Bibirnya menyunggingkan senyum bahagia yang selalu ditunjukan. Meski hatinya tetap merasakan pedih yang teramat ketika mengingat kakinya yang masih belum juga bisa digerakan. Kembali, Nayeon mulai berpasrah dengan takdir yang pernah membuatnya menyerah dan menyalahkan Tuhan.

Tanpa sadar, air matanya mulai mengalir, menitikan tetesan yang terasa memilukan. Nayeon hanya menghela napas, tetapi setiap kali mengingat Taehyung yang merawatnya selama ini, rasa sakitnya kembali muncul. Rasanya dia belum bisa percaya dengan apa yang terjadi padanya. Harusnya dia yang merawat Taehyung dan anaknya.

"Mom, jangan menangis." Tegur seorang bocah kecil yang sudah menatap Nayeon dengan pandangan datar. Namun, wajahnya menunjukan kasih sayang yang memang ditunjukan kepada kedua orang tuanya.

Nayeon yang mendengar tersenyum kecil dan menghapus air matanya. Menatap Daeho, putra semata wayangnya dengan penuh cinta. "Kamu dari mana, sayang?" Tanya Nayeon lembut.

Daeho hanya diam dan memberikan es krim yang baru saja dibeli. Tangan kecilnya mengulur memberikan kepada Nayeon dan langsung diterima dengan senang hati.

"Terima kasih, baby." Ucap Nayeon dan mendapat anggukan. Matanya menatap sekeliling dan kembali menatap Daeho yang sudah duduk di dekatnya dan mulai menikmati es krimnya. "Sayang, kamu sendiri? Daddy ke mana?" Tanya Nayeon karena setahu dia, Daeho pergi bersama dengan suaminya.

Daeho hanya mengangkat bahu ringan dan masih menatap lurus pemandangan sebuah keluarga yang baru saja memiliki bayi berusia satu tahun. Sedangkan mulutnya masih asyik menikmati makanan yang ada di tangannya.

Nayeon menghela napas perlahan dan mengelus puncak kepala Daeho pelan, membuat anaknya menatap ke arah Nayeon dengan wajah tanpa ekspresi sama sekali.

'Persis seperti Taehyung.' Batin Nayeon menyadari sikap Daeho yang memang sama seperti Taehyung. Tetapi, Nayeon berharap, Daeho akan jauh lebih bisa mengontrol emosi dan tidak melakukan semua sesukanya.

"Ada apa, Mom?" Tanya Daeho dengan mata kecil yang menatap Nayeon lekat.

Nayeon hanya menggeleng dan tersenyum. "Kamu bahagia di sini?"

"Tentu." Jawab Daeho singkat.

"Baiklah. Kalau kamu mau main, main saja. Mom bisa di sini sendiri." Ujar Nayeon tidak tega karena jika Taehyung pergi, Daeho tidak pernah mau pergi darinya.

Daeho menggeleng pelan. "Tidak perlu. Daeho suka sendiri."

Nayeon yang mendengar hanya menghela napas perlahan dan mulai menikmati es krim sore itu bersama dengan Nayeon. Sesekali matanya melirik ke arah anak kesayangannya dan mengulum senyum karena apa pun yang ada di hadapannya, Daeho masih tetap saja sama. Tidak pernah terlihat senyumnya sama sekali.

"Apa karena keadaanku, dia jadi bocah kecil yang begitu dingin? Atau ini karena Taehyung yang terlalu banyak menyebar?" Tanya Nayeon dengan diri sendiri dan mengamati Daeho lekat. Namun, bagaimana pun dia menyangkal, semua orang juga akan tahu bahwa Daeho adalah anak Taehyung. Semua yang melekat padanya benar-benar mirip Taehyung, kecuali bagian mata Daeho yang sama seperti Nayeon.

Nayeon baru menutup mulut dan menatap ke depan untuk berpikir. Namun, tidak berselang lama, dia dikegatkan dengan seikat mawar merah dan putih yang diberikan oleh seseorang di belakangnya tepat di depan wajahnya.

Seketika, Nayeon membalik badan dan menatap Taehyung tengah berada di belakangnya dan tersenyum begitu manis.

"Sorry, Sayang. Aku terlalu lama meninggalkanmu." Ucap Taehyung sembari mengecup pelan kening istrinya. Matanya menata Daeho menatapnya tanpa peduli apa pun. Tangannya mengelus pelan kepala anaknya dan tersenyum kecil.

Marriage HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang