•°°• _56_ •°°•

1.8K 142 8
                                    


Sana menggeliat dalam tidurnya. Tubuhnya terasa begitu remuk. Namun, dia masih tetap bergelung dalam selimut tebal yang membalut seluruh tubuhnya. Matanya bahkan masih terpejam sempurna ketika dering ponsel terdengar begitu nyaring dan menganggu tidur nyenyaknya.

"Ish!, ini masih pagi. Siapa juga yang menelpon, sih!" Gerutunya dan tak ada niat untuk mengangkat panggilan tersebut.

Sana menarik selimut tersebut hingga menutupi sebatas leher dan kembali memejamkan mata. Dia masih ingin menikmati waktu santainya tanpa ada gangguan. Namun, lagi-lagi, dering ponselnya mengganggu rencananya untuk memejamkan mata dan menikmati hari bersantai.

"Ih, ngeselin banget sih ini orang." Celetuk Sana yang langsung meraba meja kecil di dekatnya. Tangannya mengambil ponsel yang sejak tadi berbunyi dan menatap layar ponsel. Papa. Menyadari nama tersebut, Sana semakin enggan menerimanya.

"Gak penting banget sih." Omelnya dan segera meletakan ponselnya di ranjang.

Namun, namanya Siwon, sekali tidak diangkat, dia akan terus menelpon dan seperti meneror. Dia terus menghubungi Sana dan mengganggu tidur nyenyak wanita tersebut. Sana segera meraih kembali ponselnya dan segera mengangkat panggilan dari nama yang sama.

"Kenapa?" Sapa Sana dengan wajah kesal dan suara tidak ramah.

"Kamu di mana, Sana? Sudah hampir satu minggu kamu tidak kembali ke rumah." Tanya Siwon tak menutupi rasa khawatirnya.

"Ke mana Sana pergi, apa peduli Papa?"

"Hey, kamu anak papa. Papa khawatir sama kamu. Pulang sekarang!" Ucap Siwon tegas.

"Sana masih males pulang. Nanti deh kalau udah minat, Sana bakal pulang." Sahut Sana dengan suara cuek. Dia sudah tidak peduli jika nanti papaya marah. Lagi pula dia masih merasa sakit hati karena papanya lebih membela Nayeon dari pada dirinya yang masih memiliki hubungan kekerabatan.

"Memangnya papa memberikan mu pilihan, Sana?" Tegur Siwon dengan suara tajam.

"Ada atau tidak, Sana tetap tidak akan menuruti apa kemauan Papa." Jelas Sana tanpa rasa takut.

"Kamu yakin?" Tanya Siwon dengan nada tajam. "Jika kamu memang tidak ingin pulang, jangan pernah kembali. Papa beri kamu waktu dua jam dan kamu harus sampai rumah. Jika kamu menolak, jangan salahkan Papa kalau kamu tidak akan bisa kembali kerumah ini." Ancam Siwon dengan suara menunjukkan keseriusannya.

Sana yang mendengar berdecak kesal. Jika tidak di rumah Siwon, ke mana dia akan pergi nantinya? Rasanya memang dia tidak akan punya pilihan lain. "Iya-iya. Sana pulang." Putusnya dengan terpaksa. Pasalnya dia masih enggan melihat wajah Siwon. Lebih tepatnya dia belum siap melihat pandangan hangat pria tersebut yang sudah mulai berubah menjadi dingin dan membencinya.

"Good gril." Sahut Siwon dan segera mematikan ponsel.

Sana menghela napas panjang dan segera bangkit. Namun, baru saja dia hendak melangkah, matanya dikejutkan dengan tubuhnya yang tidak mengenai sehelai benang pun. Apa yang teriadi?

Sana menepuk keningnya pelan dan segera melangkah ke kamar mandi, tanpa menghiraukan tubuhnya yang terekspos semuanya. Dia menatap pantulan tubuhnya yang dipenuhi bercak merah.

"Sial." Gerutu Sana sembari meneliti tubuhnya.

Sana memejamkan matanya. Ingatannya kembali berputar mengingat keiadian malam itu. Malam di mana dia bertingkah seperti wanita murahan. Tangannya langsung memijit pelan pelipisnya karena rasa pusing yang tiba-tiba diserangnya.

"Gila. Kamu gila, Sana. Kamu membiarkan pria tak dikenal menikmati tubuhmu? Bodoh." Gumamnya dengan rahang mengeras.

Namun, saat ini bukan waktunya dia merutuki kesalahan yang dibuatnya. Sana mengabaikan apa yang terjadi padanya dan segera mandi. Dia harus menghilangkah bau alkohol yang melekat di tubuhnya dan juga cairan bening yang sudah mengering di bagain bawahnya.

Sana segera mengganti pakaian dengan pakaian ganti yang memang selalu membawa ganti. Setelahnya, dia segera melajukan mobil menuju rumah. Meninggalkan klub yang masih terlihat sepi beserta kamar yang digunakan untuk meneguk kenikmatan semalam.

'Tuhan, jangan sampai ada hal buruk yang terjadi.' Pintanya dalam hati karena dia sendiri tidak sadar dengan apa yang terjadi padanya malam itu.

Nayeon menggeliat dalam tidurnya dan membuka matanya perlahan, melihat pandangan indah yang sudah menungu sejak tiga puluh menit yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nayeon menggeliat dalam tidurnya dan membuka matanya perlahan, melihat pandangan indah yang sudah menungu sejak tiga puluh menit yang lalu. Wajah Taehyung semakin tampak begitu ceria ketika mendapati Nayeon menatapnya dengan senyum tipis yang begitu manis.

"Morning, sayang," Sapa Taehyung sembari memberi kecupan ringan di kening Nayeon.

Nayeon yang disapa langsung merona malu dan hanya tersenyum tipis. Pipinya sudah bersemu merah dan itu membuat Taehyung tersenyum lembut. Tangannya meraih tengkuk Nayeon dan memeluk istrinya erat, meletakan kepala Nayeon tepat di dada bidangnya.

"Pagi juga, Tae." Sapa Nayeon sembari menenggelamkan wajahnya dia dada bidang Taehyung.

Taehyung yang mendengar hanya tertawa kecil. Dia tahu kalau istrinya saat ini tengah merona. "Apa kamu selalu semerona ini jika sedang malu, sayang?" Tanya Taehyung tanpa melepaskan pelukannya.

"Taehyung." Keluh Nayeon pelan. Bahkan, tanpa dia menjawab sekali pun, dia tahu jika Taehyung sudah mengetahui jawabannya.

"Baiklah-baiklah. Aku tidak akan menggodamu lagi. Tetapi ada syaratnya." Ucap Taehyung sembari menatap Nayeon yang juga mendongak menatapnya.

"Syarat? Apa?" Tanya Nayeon penasaran.

"Cium aku." Jawab Taehyung semangat. Dia bahkan sudah menyerahkan bibirnya untuk dikecup.

"Ih, gak mau." Tolak Nayeon cepat.

Taehyung yang mendengar hanya diam dengan bibir manyun dan itu membuat Nayeon tersenyum kecil. Matanya mengamati pria di hadapannya dengan lekat. Benarkah dia pria yang ditakuti di kantornya? Rasanya dia mulai ragu jika suaminya adalah CEO yang begitu ditakuti.

"Kalau begitu, aku juga harus memberikan syarat, dong." Ucap Nayeon dengan menaikan kedua alisnya berulang kali.

"Hah?" Taehyung mengerutkan kening heran. Sejak kapan istrinya juga bersikap seperti dirinya?

"Iya, Tae. Bukankah itu akan saling menguntungkan?" Kata Nayeon dengan wajah dipenuhi kebahagiaan.

Taehyung mencubit gemas pipi istrinya. "Siapa sih ini yang ngajarin?" Ucapnya gemas dan langsung menarik pinggan Nayeon agar mendekat kepadanya. "Jadi, apa yang kamu minta, sayang?"

Nayeon membalas pelukan Taehyung dan menatap lekat. "Satu hari ini saja, aku minta Sowon menemaniku. Hanya satu hari saja, Tae. Aku ingin berbicara empat mata dengannya." Ucap Nayeon mulai serius. Dia benar-benar berharap agar Taehyung mengabulkan keinginannya karena dia harus mencari tahu hal apa yang sebenarnya di sembunyikan Sowon. Dia yakin, jika Jaehyun mengatakannya kepada Taehyung, suaminya akan memecat Sowon tanpa mencari kebenarannya lebih dulu.

"Sowon? Untuk apa kamu ingin berbicara sama dia? Kalian tidak cukup dekat untuk mengobrol masalah pribadi." Ucap Taehyung curiga.

"Ada deh, urusan cewek." Jawab Nayeon diiringi senyum kecil, membuat Taehyung semakin gemas dengan istrinya.

***

TBC

Jgn lupa Voment 👉👈

See u 😘

Marriage HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang