Chapter 7

2.7K 259 18
                                    

Gue membuka kelopak mata gue saat dirasa ada yang mengganggu tidur panjang gue. Ternyata suara pengganggu itu adalah suara alarm. Segera langsung gue matiin tuh alarm biar gak berisik. Gue lagi sakit sekarang dan bisa gak sih gak usah ganggu istirahat gue?

Pintu kamar yang berada di pojok tiba-tiba terbuka, menampilkan mama yang sedang membawa nampan berisi bubur ayam dan air mineral. Mama masuk dengan langkah yang hati-hati. Dia tersenyum melihat gue namun terlihat sedih.

"Tine, kamu kalo ada masalah bisa cerita ke mama, mama bisa bantu kamu dengan saran dan nasihat ya walaupun mama juga ragu mama bisa ngasih nasihat atau enggak" mama tersenyum receh

"iya ma, mama ga perlu khawatir karena Tine sudah besar" jawab gue lantang dan itu sukses membuat kepala gue sakit lagi

"bertengkar sama pacar?" tanya mama tiba-tiba. apa? pacar? what the hell!

"apaan sih ma? Tine baru aja perawan masa disuruh pacaran?" jawab gue

"hihihi, mama ikhlas kok kamu menghilangkan keperawan kamu buat Sarawat, dia anaknya ganteng banget, nak. gasskeun!"

Mama gue ga waras ya lord

"mama kok tau Tine ada masalah sama Sarawat?"

"ya tau dong, kan mama fujo akut, jadi hal-hal yang berbau bl mama tau ahaq" jelas mama dengan senyuman bangga. Sedangkan gue? gue tersenyum ngeri melihat tingkah mama. kok bisa ya papa punya istri tingkahnya begini?

"yaudah makan dulu buburnya terus minum obat, cepet sembuh biar bisa ketemu sama pacarmu, xixi"

"ck! mamaa"

"bercanda, tapi mama serius"

Mama sudah pergi dari kamar gue. mama gue orangnya memang begitu, keliatannya polos tapi akhlaknya 0. dan sifatnya yang begitu nurun ke gue anjay.

Setelah beberapa menit gue makan bubur ayam, akhirnya habis juga. Gue makan dengan tenang dan saatnya untuk minum obat. Gue memasukkan pil tersebut ke dalam mulut gue lalu meneguknya dengan segelas air.

Tiba-tiba mama berdiri di depan pintu

"Tine, ada yang nyarin kamu tuh" ucap mama

"siapa, ma?" tanya gue

"Type sama 2 orang lagi, tapi mama gak tau siapa. Nak silahkan masuk, Tine ada di kamarnya!" suruh mama ke mereka bertiga.

"Ai Type? kenapa mereka bisa ada di sini?" tanya gue saat melihat 2 orang lainnya, mereka adalah Phukong dan Thanya, adiknya Sarawat sama Tharn

"mereka berdua pingin ngobrol sama lo, tapi mereka gak tau alamat rumah lo, jadi gue bawa mereka kemari" jelas Type

"oooo" kata gue menimpali

Phukong dan Thanya terlihat membawa 2 bungkus kresek yang ada di tangannya. Mereka lalu memberikannya ke gue

"ini sebagai permintaan maaf dari kami atas kelakuan bangsat kakak-kakak kami" kata Thanya. dia tersenyum ke arah gue, Phukong juga melakukan hal yang sama

"taruh aja di situ!" suruh gue ke mereka. gini nih, jaman now, siapa yang salah siapa yang minta maaf? ternyata adik-adik mereka lebih berakhlak ketimbang kakaknya.

"Kak Tine, gue minta maaf ya atas kelakuan Mas Sarawat ke kakak. Dia itu sebenernya baik, tapi rada error, jadi dia ga bisa bedain mana yang bener dan mana yang salah" Phukong meminta ijin buat duduk di ranjang sebelah gue. Dia meminta maaf atas kelakuan kakaknya, Sarawat atas apa yang telah dia lakukan ke gue.

"....."

"Thanya juga minta maaf atas kelakuan Mas Tharn dan Mas Thorn, mereka terlalu jantan buat punya mulut ember. Maafin mereka ya Kak Tine" Thanya duduk di samping Phukong, dia bahkan menyentuh tangan gue dengan lembut

"....."

Masih gak ada jawaban karena gue bingung harus jawab apa. Di sisi lain gue marah karena kelakuan bangsat Sarawat dan gengnya, namun di sisi lain gue juga kasian gitu liat dua bocah ini yang selalu minta maaf atas kelakuan kakaknya.

Type yang notabennya emosian juga terlihat gak tega ngeliat dua bocah ini, mereka terlalu muda buat merasa bersalah. apaan sih?

Gue hendak membuka mulut dan menjawab ucapan Phukong dan Thanya namun suara pintu terbuka membut gue mengurungkan niat gue. Mama membuka pintu kamar gue dengan membawa nampan berisi minuman dan cemilan untuk kami semua.

"Tine, kamu gak mau ngenalin temen kamu ke mama?" tanya Mama setelah meletakkan nampan tersebut di atas meja makan

"Dia ini Thanya, adik kelas Tine dan juga adiknya Tharn, Thorn" jelas gue ke mama sambil menunjuk ke arah Thanya

"oh, adik kelas ternyata, imutnya" mama nampak terpesona dengan wajah imut Thanya

"Kalo yang ini, dia juga adik kelas, namanya Phukong, adiknya Sarawat" jelas gue lagi

Mama terlihat kaget saat gue berkata dia adalah adiknya Sarawat. Dan hal itu sontak membuat mama kegirangan

"Sarawat mana? kok gak diajak? Oh mungkin dia ada tugas atau manggung musik lagi. Lain kali ajak Sarawat ke sini ya, tante pengen ketemu sama calon menantu tante" kata mama girang. Gue hanya bisa menegur mama dengan berdehem namun mama gak terlalu memperdulikan gue.

Mama belum tau aja kelakuan Sarawat gimana

Mama ijin pergi dari kamar gue dan menghilang saat melewati pintu kamar. Type tertawa mendengar omongan mama gue yang terobsesi dengan Sarawat. Phukong juga tertawa namun di sisi lain dia bingung dengan apa yang terjadi.

"Iya iya gue maafin kakak-kakak kalian. tapi setelah gue maafin, apa ada jaminan buat gue bisa idup tenang?" tanya gue memastikan

"Kak Tine jangan khawatir karena kami sudah mengancam Mas Sarawat, Mas Thorn, dan Mas Tharn, hihihi" Thanya tersenyum geli

"maksudnya apaan?" tanya Type yang sedari tadi diem di pojok kamar

"Gue udah ngancem mereka dengan video perkelahian mereka yang sengaja Thanya rekam kemarin di lapangan, kalo mereka berulah lagi, gue dan Thanya akan ngadu ke orang tua kita dan ke kepala sekolah dengan video itu" jelas Phukong

"Dan itu sukses membuat nyali mereka ciut. Walaupun mereka jantan abis tapi mereka juga takut sama orang tua dan kepala sekolah, hihi" Thanya melanjutkan

"terus apa lagi?" tanya gue lagi

"Thanya juga udah ngancem buat ngehapus postingan tentang Kak Tine di Instagram. Jadi, kakak gak perlu khawatir lagi dengan hal itu" Gue berpikir sejenak, ternyata mereka lebih cerdik otaknya ketimbang gue dan Type. Buktinya mereka bisa menyelesaikan masalah dengan otak, bukan dengan kekerasan kayak yang Type lakukan

"Yakin nih gue bisa idup tenang lagi?" tanya gue sekali lagi buat memastikan

"Yakin seratus persen. Gue juga ada kejutan buat Kak Tine, tapi besok, sabar yeu!"

"Kejutan apaan?"

"Besok pasti Kak Tine tau"

Kok? Kok gue ngerasa ya kalo cerita ini makin ngalay, bahasanya juga ngalur ngidul ga jelas
________________________________

Kok? Kok gue ngerasa ya kalo cerita ini makin ngalay, bahasanya juga ngalur ngidul ga jelas________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
VACHIRAWIT - BRIGHTWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang