|BAB 33| Ungkapan Hati

970 81 27
                                    

Saat hati sedang terluka, aku membutuhkan orang yang bisa menenangkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat hati sedang terluka, aku membutuhkan orang yang bisa menenangkannya.

Ketika hati kita tak lagi baik-baik saja, kita membutuhkan orang untuk membantu mengembalikan perasaan kita. Entah hanya sekedar untuk menghibur, atau memberikan kenyamanan pada diri kita. Kenyamanan akan kita dapatkan, ketika kita sudah menemukan orang yang pas untuk mendengarkan cerita kita. Itu lah kenapa, ketika hati kita sedang terluka, kita membutuhkan orang yang bisa untuk menenangkannya.

"Andalas," panggil Renata yang melihat Andalas keluar dari ruangan sembari berlari.

Tak lama setelah itu, Anita muncul dan hanya bisa menatap lorong rumah sakit dengan pandangan nanar. Ia tak bisa melakukan apapun sekarang. Bahkan untuk menenangkan Andalas, ia tak bisa. Pandangan Anita kemudian terarah pada Renata yang tampak khawatir dengan kondisi Andalas.

"Renata, aku tahu kau khawatir dengannya. Kejar dia. Dia butuh teman curhat." Anita tersenyum pada Renata yang terlihat tak percaya.

"Kenapa harus gue? Bukannya lo wanita yang ada dihatinya? Gue gak mungkin bisa bikin dia tenang." Renata pesimis.

Anita menepuk bahu Renata. "Tak ada hal yang perlu di bahas lagi. Aku minta sama kamu, tolong jaga Andalas. Sekarang kamu tenangkan dia."

Renata kemudian menatap kearah lorong. Ia pun segera berlari, mengejar Andalas yang tak cukup jauh darinya. Ia tahu, ini sebuah pilihan, yang membuat dirinya harus berjuang. Mungkin dulu ia bisa ikhlas, tapi ketika ia tahu bahwa mereka bersaudara, ia tak lagi mau menyerah.

Anita memegang hatinya yang sakit. Rasa nyeri dari perasaan yang sulit mengikhlaskan timbul dari dasar hatinya. Walau bagaimanapun, ia harus ikhlas menerima semuanya. Ia seorang kakak. Anita harus merelakan rasa cinta yang begitu besar, untuk lelaki yang tak lain adalah adiknya sendiri.

"Aku harus ikhlas," gumam Anita tersenyum samar.

Sementara Renata terus mengejar Andalas yang terus berlari. Ternyata pria itu menuju taman rumah sakit. Renata kembali berjalan santai. Ia terhenti, ketika Andalas sudah duduk di salah satu bangku taman. Renata hanya bisa melihatnya. Apa ia harus ikut duduk juga? Atau memperhatikan Andalas dari sini saja. Ia pun bingung.

"Gue harus bantu dia," gumam Renata kemudian berjalan dan duduk di samping Andalas.

Andalas yang terkejut dengan pergerakan di sampingnya menoleh. "Ngapain, lo kesini?"

Renata pun terdiam. Ia mencoba untuk terlihat baik-baik saja, walau hatinya senang. "Gue kejar lo. Anita yang suruh gue."

Setinggi Mimpi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang