Worried

3.8K 332 2
                                    

Karin menutup telponnya karena ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya. Karena para asisten rumah tangga sedang libur, mau tidak mau Karin lah yang membukakan pintu.

Sesuai dengan dugaannya, sang suami lah yang berada di hadapannya. Karin berusaha sebisa mungkin seperti tak mengetahui apa pun. Semua ini ia lakukan demi anaknya bukan demi keluarga yang sudah ternodai.

"Sayang, kenapa kamu tidak mengabariku kalau hari ini pulang? Aku kan bisa menjemputmu di bandara" ujar Karin sambil menarik koper Ardi.

"Cuma mau memberi kejutan saja, oh iya kamu udah bisa menghubungi y/n?" Tanya Ardi tiba tiba.

"Belum, tapi sekarang aku akan berpikir positif bahwa ia baik baik saja di negara orang" ujar Karin berbohong demi menutupi rencana sang anak.

"Begitu ya, yaudah aku mau mandi dulu gerah" ujar Ardi, sebelum berlalu Ardi mencium singkat kening Karin.

Setelah agak jauh Karin langsung mengusap keningnya. Ia hanya tersenyum miris kemudian menutup pintu rumahnya.

"Bertahanlah kurang 1 Minggu lagi, kau akan mengetahui semuanya dan memutuskan yang terbaik" monolog Karin sambil membereskan barang barang Ardi.

Skip

Sepasang suami istri sedang makan malam bersama, hening itulah gambaran yang mereka berikan. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring.

Beberapa saat kemudian makan malam mereka sudah selesai. Setelah mencuci piring, Karin langsung menuju ruang tengah guna menyaksikan acara telivisi malam.

Ardi tiba tiba berada disamping sambil merangkul bahu Karin. Karin hanya terdiam dan fokus dengan layar televisi.

"Sayang kamu kenapa?" Tanya Ardi heran dengan sikap Karin.

"Enggak papa, cuma lagi datang bulan aja moodnya sedikit ancur" ujar Karin.

Ardi hanya mengangguk nganggukan kepalanya. Mereka berdua menyaksikan televisi hingga larut malam.

***

Keesokan harinya Karin harus mengurus beberapa dokumen untuk surat tinggal beberapa bulan. Karin berusaha untuk tidak membuat Ardi curiga.

"Sayang kamu mau kemana? Kok udah rapi pagi pagi gini" tanya Ardi dengan heran.

"Mau ketemuan dengan teman, enggak papa kan?" Tanya Karin.

"Iya enggak papa kok" ujar Ardi.

Skip

Setelah selesai Karin tak langsung pulang, ia memutuskan untuk ke cafe hanya untuk menenangkan pikirannya. Jangan salah, Karin termasuk mama mama kekinian yang sangat mengikuti tren.

Karin hanya memandang jalanan yang ramai dan menyesap beberapa kali kopi miliknya.

Karin membuka ponselnya dan melihat kedekatan suaminya bersama sahabat anaknya yang sudah ia anggap anak sendiri.

Ia ingin sekali menangisi takdirnya, namun ia berpikir untuk apa menangisi orang yang sudah tega melukai hatinya dengan kejam. Karin terus menguatkan dirinya untuk tetap berdiri dengan kokoh pada tumpuannya sendiri.

TBC
Thx
Xoxoxo

Y/n Daily ✓Where stories live. Discover now