Past stories

2.3K 227 13
                                    

"Jadi?" Tanya Doyoung.

Sekarang keduanya berada di ruang rekaman, hanya ada mereka berdua. Y/n masih terdiam sambil menerawang jauh. Doyoung masih setia menunggu hingga y/n mau berbicara.

"Hhhaaahhhh" helaan napas y/n yang sangat panjang yang diakhiri dengan senyuman miring.

"Aku bingung ingin menceritakan dari mana" ujar y/n dengan mata yang sudah mulai berkaca kaca.

"Apa pun yang ada dipikiranmu, coba katakan saja. Aku akan mendengarkan nya" ujar Doyoung.

"Dulu eomma menikah dengan pria yang memiliki nama Lee Sumin. Dan mereka berdua memiliki anak perempuan yaitu, aku. Namun, saat aku berusia 10 tahun mereka bercerai dan aku diasuh oleh eomma. Beberapa tahun kemudian eomma menikah kembali dengan Ardi Saputra. Sejak eomma menikah dengan pria tersebut, aku sama sekali tidak menyukainya. Saat usiaku menginjak usia masuk kuliah, aku pun memilih untuk berkuliah di luar negeri saja" ujar y/n mengawali ceritanya.

"6 bulan sekali aku akan pulang untuk bertemu dengan eomma, namun saat di bandara aku melihat pria tersebut dengan wanita lain. Aku pun langsung menelpon eomma saat itu juga. Dan eomma pun mengatakan bahwa pria itu sedang dalam perjalan bisnis. Pada saat itu aku mencoba berpikir positif bahwa pria tersebut hanya bersama rekan bisnisnya. Dan aku menyimpan kejadian itu dari siapa pun, tak ada yang tau. Hingga aku berkali kali menemukan pria tersebut selalu bersama wanita wanita yang sangat murahan itu" lanjut y/n sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Kemudian aku mendapati pri tersebut bersama salah satu sahabatku. Dan mereka memiliki anak yang sekarang selalu bersamaku, Kevin. Dulu Kevin memiliki penyakit mental tak diperoleh karena perlakuan ibunya. Hingga pada akhirnya aku memindahkan hak asuh Kevin kepadaku. Dan setelah beberapa tahun aku lewati bersama Kevin, aku berusaha untuk memulihkan kesehatan mentalnya agar tidak terulang kembali" ucap y/n melanjutkan ceritanya.

"Tiba tiba dengan mudahnya pria tersebut datang dan ingin meminta Kevin untuk bertemu dengannya. Bukannya apa, aku hanya takut mereka membuat kesehatan mental Kevin jatuh lagi. Tapi aku juga bingung aku harus berbuat apa, menurut orang lain mungkin ini permasalahan yang sepele. Namun bagiku, jika permasalahan ini dibawa gampang resikonya akan lebih besar. Kesehatan mental Kevin akan terganggu, dan aku tidak mau itu terjadi" ujar y/n mengakhiri ceritanya.

Y/n menitikan air matanya, ia menunduk sangat dalam. Kemudian terdengar suara sesegukan pelan. Doyoung yang melihat itu tak sanggup. Ia pun mendekatkan dirinya dan merengkuh y/n ke dalam pelukannya.

Y/n sama sekali tidak menolak ia hanya pasrah dan hanya bisa menangis. Doyoung menepuk nepuk pelan punggu y/n.

"Menangis lah, jika itu membuatmu tenang" ujar Doyoung sambil mengelus kepala y/n.

Dan diruangan itu hanya terdengar suara tangisan y/n. Doyoung yang bisa memeluk dan memberi usapan lembut, dengan harapan dapat menenangkan y/n.

Beberapa menit kemudian suara tangis y/n sudah mulai mereda. Doyoung pun melepas pelukannya dan melihat keadaan y/n. Keadaan y/n sedikit kacau, mata sembab, rambut sedikit acak acakan, Doyoung tersenyum tipis kemudian mengambilkan tisu di meja.

"Nih tisu, lap dulu ingusnya" ujar Doyoung diakhiri tawaan pelan.

"Kamu mah" ujar y/n menerima tisu dan mengelap air matanya yang masih tersisa di pipinya.

"Maaf ya, dan makasih" ujar y/n yang diakhiri senyuman.

"Maaf untuk apa?" Tanya Doyoung.

"Ngotorin bajumu, dan membuang waktu istirahatmu" ujar y/n.

"Santai aja kali, bagaiman sudah lebih tenang?" Tanya Doyoung.

"Haaaah, sudah lebih mending dari sebelumnya. Menurutmu apa aku harus mengatakannya ke Kevin?" Tanya y/n.

"Sebaiknya katakan saja kepada Kevin, kalian berdua diskusikan hal ini" ujar Doyoung yang diangguki oleh y/n.

"Oh iya, kapan mulainya?" Tanya y/n.

"Sudah hari ini kita batalkan saja, kau tenangkan dirimu dulu. Besok aku libur, kamu bisa?" Tanya Doyoung.

"Besok aku bisa, mau jam berapa?" Tanya y/n.

"Jam 9 saja" ujar Doyoung.

"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu ya. Makasih udah mau dengerin ceritaku, rasanya beban ku sedikit terangkat" ujar y/n.

"Sama sama, kalau kamu ada masalah dan enggak tau mau cerita sama siapa cerita saja denganku. Kita kan seumuran jadi enaklah" ujar Doyoung.

"Hm, baiklah, aku pergi dulu" ujar y/n yang diangguki oleh Doyoung.

Y/n keluar dari ruangan tersebut, dan tinggallah Doyoung di dalam sana sendirian. Senyuman tipisnya terbit setelah y/n menutup pintu.

"Astaga aku akan gila" ujar Doyoung sambil tersenyum lebar.

"Haaaah, aku benar benar gila" ujar Doyoung kembali sambil tersenyum sangat lebar.

Doyoung keluar dari ruangan tersebut dengan senyuman yang tidak luntur. Kemudian di lorong ia bertemu dengan Chenle.

"Hyung, kau kenapa? Kau tidak sakit kan?" Tanya Chenle.

"Tidak kok, Hyung sehat" ujar Doyoung yang masih tersenyum.

"Terus kenapa Hyung senyum senyum gitu" ujar Chenle.

"Tidak ada" ujar Doyoung.

"Tadi aku bertemu dengan y/n Noona, jangan jangan" ujar Chenle menggantung.

"Tak ada apa apa" ujar Doyoung kemudian meninggalkan Chenle.

"Aaahhh Hyung!?!?!" Seru Chenle mengikuti Doyoung.

Dilain sisi y/n sedang dalam perjalanan pulang. Ia sudah menelpon Kevin, dan menyuruh Kevin untuk pulang.

"Aku harus bicarakan ini dan mendiskusikannya dengan Kevin. Semua keputusan ada di tangan Kevin, aku tidak mau menjadi kakak yang egois" monolog y/n kemudian menambah kecepatan mobilnya.

TBC
Thx
Xoxoxo

Y/n Daily ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang