Part 12

942 102 6
                                    

..
.
..
.
..
.
Happy Reading
..
.
..
.
..
.

"Karena menangis tidak bisa merubah apapun. Namun, jika kamu tak sanggup maka diriku siap tempat bersandarmu"

KIM JUNMYEON



🎶🎶Taeyeon - Fine🎶🎶



Irene menghentikkan mobilnya di tempat yang setiap tahun sekali ia kunjungi. Ia menyandarkan tubuhnya dan terdiam beberapa saat sambil menatap ke sekeliling tempat di depannya. Sepi.

Disamping kursi sudah terdapat buket bunga yang sangat besar. Sebelum kesini Irene mampir dulu ke sebuah toko bunga. Setiap kesini hatinya langsung merasa sesak, ia memegang dadanya dan meremasnya mencoba menahan rasa sakit di hatinya. Mata indahnya mulai berkaca-kaca tapi Irene mencoba untuk tidak menangis.

Ia merapikan pakaiannya dan juga menyampirkan tudung hoodie putihnya ke kepalanya kembali serta kacamata hitam yang bisa menutupi matanya. Irene pun keluar dengan membawa buket bunga itu ke tangannya. Ia berjalan melewati beberapa pemakaman hingga ia berbelok dan berhenti. Irene berhenti di sebuah makam yang sebenarnya tak ingin ia lihat. Disana juga ia melihat beberapa buket bunga yang masih segar di atas makam itu. Irene menyimpan buket bunganya di atas makam itu bergabung dengan buket bunga lainnya.

Tujuannya pulang bukan hanya untuk bertemu keluarganya saja, tapi ia juga untuk pergi ke tempat ini dan memperingati hari kematiannya. Sudah empat tahun ini ia selalu pulang di tanggal yang sama dan selalu berdiri sendirian di tempat ini.

Satu tetes air mata terjatuh ke tanah dan disusul dengan beberapa tetes air mata. Irene langsung terjatuh terduduk di tanah dengan air mata yang sudah tidak terbendung lagi. Ia tidak bisa menahan tangisannya lagi. Ia menangis terisak-isak disusul dengan dadanya yang begitu sesak.

"Kau harus berjanji kalau kita akan tumbuh bersama-sama terus, dan juga bersama-sama mewujudkan cita-cita kita ini. Ayo sini kita harus berjanji, mana kelingkingmu Joohyuni." Joohyun kecil memberikan kelingkingnya untuk dikaitkan dengan bocah laki-laki didepannya ini.

"Aku janji. Aku gak bakal khianati janji kita. Tapi awas saja kalau kau yang berkhianat. Aku tidak akan memaafkanmu!"

"Aku tidak akan menghkhianatimu. Aku janji." mereka berdua saling tersenyum lebar sambil saling mengaitkan kelingking.

"Tapi kenapa kau berkhianat" lirih Irene menatap nisan makam di depannya.

"Aku berjanji kalau kau debut, akan ku traktir kau tteobokki sepuasnya sampai seminggu penuh dan juga akan ku buatkan lagu untukmu."

"Awas nanti kalau ingkar. Akan aku hancurmah studio musikmu itu!"

pemuda itu tertawa lebar.

"Aku janji Joohyuni. Memang aku pernah ingkar?" Joohyun remaja menggelengkan kepalanya. Pemuda itu pun mengusap-usap kepala Joohyun. "Kau manis sekali."

"Kau ingkar lagi." lagi Irene berbicara pada makam didepannya. Ia tetunduk sambil terus menangis.

"Katanya kau ingin membuatkanku lagu dan menjadi produserku, tapi mana? Kenapa kau malah meninggalkanku seperti ini. Kenapa?!" Irene ingin sekali meronta-ronta meminta orang yang sudah di makamkan didepannya hidup kembali. Tapi itu akan sia-sia dan tidak akan merubah apapun, walaupun ia nangis darah sekalipun orang yang dicintainya tidak akan hidup kembali.

Penyesalan terus merasuki pikarannnya dan sampai sekarang Irene tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Cita-citamu apa?" Joohyun kecil bertanya pada bocah laki-laki yang tengah memainkan piano di ruang musik sekolah mereka.

Behind Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang