08

2.9K 182 2
                                    

Melihat Elia yang mulai tenang, Arga melepaskan pelukannya.
" Udah, gausah nangis lagi. Semua bakal baik - baik aja. " ujar Arga seraya mengusap lembut air mata Elia.

Elia yang mendapat perlakuan itu hanya bisa menunduk, enggan mengangkat kepalanya.

" Udah malem, gue pulang duluan ya. " Lanjut Arga

Mendengar itu Elia langsung mengangkat kepalanya melihat Arga yang telah berdiri dan siap akan pulang.

" Ga... Makasih buat semuanya. Lo sahabat gue yang paling gue sayang. " Ujar Elia.

" Apaan sih, kaya sama siapa aja sih lo. Alay!! "

" Besok gue jemput, awas kalo lelet. " lanjutnya.

Arga pun keluar dari kamar Elia dan berjalan ke bawah menuju pintu keluar. Sebelum itu, Arga melihat Mama Elia keluar dari pintu kamarnya.

" Ma, Arga pulang dulu ya, udah malem. " Ujar Arga saat melihat Mama Elia berjalan menuju kearahnya.

Arga tersentak melihat Mama Elia dengan tiba - tiba memeluknya.
" Ga, makasih udah nenangin El, dan nyadarin Mama juga. Nyadarin atas kesalahan Mama. " Bisik Mama Elia pelan di telinga Arga.

Setelah mengatakan itu, Mama Elia mengajak Arga duduk di sofa.
" Mama sadar, perlakuan dan sikap Mama sama Elia salah. Selama 9 tahun sikap Mama, El selalu sabar ngadepin Mama. Dia gapernah ngeluh. Sekalipun Mama melukai perasaannya, El tetap sabar. Hari ini Mama sadar, melihat El juga merasakan kehilangan Ersa, bahkan rasa kehilangan lebih parah dengan apa yang Mama dan Papa rasakan. Melihat itu membuat dada Mama sesak, Mama belum pernah melihat El menangis histeris seperti tadi. Apa El sering seperti itu Ga?"

" Aku senang Mama udah sadar atas perlakuan yang Mama lakuin ke El. Mama tanya apa El sering menangis histeris seperti tadi? Aku pasti bakal jawab Iya Ma. " Ujar Arga

" Setiap kali El rindu sama Ersa dia selalu ngalamin mimpi itu Ma, mimpi saat kejadian Ersa kecelakaan. Dan saat bangun dia pasti bakal nangis histeris menyalahkan dirinya sendiri. Sejak peristiwa itu juga El pribadi yang lebih tertutup. Dia memendam segala emosinya, enggan berbicara dengan orang asing. Bahkan dulu sama Arga El masih gamau ngomong. Dan baru - baru ini El udah mulai kembali ke sifat lamanya Ma. El yang gampang ketawa, manja dan cerewet. Bukan El yang ketus,dingin. " lanjut Arga.

Mendengar apa yang diucapkan oleh Arga seketika membuat Mama Elia meneteskan air matanya.
Mamanya merasa tidak becus menjadi orang tua karena tidak pernah mengetahui apa yang terjadi pada anaknya.

" Mama bisa rubah sikap Mama mulai sekarang, Mama masih punya kesempatan. Jadi jangan disia - siakan ya Ma. " ujar Arga.

" Iya Mama pasti bakal rubah sikap Mama. Makasih ya Ga, udah mau mendampingi anak Mama. "

" Iya Ma, kalau gitu Arga pulang dulu, udah malem, dicariin sama Bunda. "

" Kenapa ngga nginep sini aja Ga? Biar Mama yang bilang sama Resti. "

" Ngga usah Ma, Arga pulang aja. Besok pagi Arga udah kesini lagi kok. Jemput El. "

" Yaudah kalau itu mau kamu, tapi besok pagi harus ikut sarapan di sini. Mama gamau tau. "

" Iya Ma iyaa..." Balas Arga. Dan kemudian Arga berpamitan kepada Mamanya Elia.

" Arga pulang dulu Ma, Assalamualaikum. " Lanjut Arga.

Setelah mengantar Arga ke depan rumah, Mama Elia kembali masuk ke dalam rumah. Menghampiri suaminya yang berada di dalam kamarnya.

####

Keesokan paginya, Elia sudah bangun dan bersiap -  siap pergi ke sekolah. Dengan mata yang masih bengkak akibat menangis kemarin malam.

Saat Elia berjalan hendak ke luar rumah, Elia merasa ada yang memanggilnya.

" El.... Sini sarapan dulu sama Mama. " ujar Mama Elia sambil menghampiri Elia dan menariknya kearah meja makan.

Elia merasa heran dengan sikap Mamanya yang tiba - tiba berubah 180° . Elia terdiam mengikuti kemana Mamanya menggiringnya.

Saat sudah sampai di meja makan, Elia melihat ada Arga yang sudah duduk di kursi dan sedang melahap makanannya.

" El... Sini duduk samping Arga, makan dulu. " lanjut Mamanya

Elia hanya menurut tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Karena di otaknya banyak pertanyaan yang perlu di jawab. Dan entah siapa yang bisa menjawab segala pertanyaan di otak cantik Elia.

Akhirnya Elia memakan masakan Mamanya dalam diam. Senang, karena bisa merasakan kembali masakan Mamanya. Hingga tak terasa air mata itu keluar dari mata Elia.

Arga yang melihat itu langsung menghentikan makan nya dan memilih mengusap air mata yang ada di pipi sahabatnya.
" Gausah cengeng jadi cewek. Jelek lo! " ujar Arga

Mama Elia hanya tersenyum melihat interaksi antara Arga dan Elia.

Saat mereka sudah selesai sarapan, Mama dan Papa Elia berjalan menghampiri Elia.

Seraya memeluk Elia, Mamanya berucap" El... Maafin Mama ya nak, Mama udah banyak salah sama El. Maafin Mama... "

Tangis Elia tidak tertahan mendengar kata - kata Mamanya. Elia langsung membalas pelukan Mamanya.
Elia rindu. Rindu dengan segala perhatian manis Mamanya dulu, dan sekarang saat itu akhirnya tiba.

" Hiks...El juga minta maaf Ma, gara - gara El, kak Ersa meninggal. " balas Elia sambil menangis sesenggukan.

" Ngga sayang, ngga... Ini bukan salah kamu. Ini udah takdir, Mama yang salah karena selalu nuduh kamu yang bunuh Ersa. Maafin Mama " ucap Mamanya.

Papa Elia juga turut mengelus rambut halus Elia, Elia yang merasakan itu segera melepaskan pelukan Mamanya dan beralih ke Papanya.

" Pa... El sayang sama Papa, El kangen sama Papa, El kangen saat Papa mengelus rambut El kaya dulu Pa. Hikss.." Ujar Elia

Mendengar hal itu, rasanya seperti ada yang menghujaminya dengan panah. Sakit dan sesak secara bersamaan. " Iya, Papa bakal lakuin hal itu lagi. Sama El, dan cuma sama El. " Bisik Papanya pelan.

Melihat interaksi satu keluarga itu membuat Arga terharu sekaligus senang. Akhirnya Elia akan mendapat kebahagiannya kembali. Gadisnya akan tersenyum kembali.
Bisakah Arga menyebut Elia gadisnya?

Seraya tersenyum Arga berucap " Udah - udah kalau pelukan terus kita bakal telat El. " Ujar Arga yang merusak suasana haru yang tercipta.

Seketika semua yang ada di meja makan tertawa mendengarnya. Elia pun melepaskan pelukan dari Papanya.

"Iya udah El buruan berangkat " ujar Mamanya seraya mengusap kepala Elia.

" Iya Ma " Jawab Elia dengan senyuman lebarnya.

Setelah Arga dan Elia berpamitan, mereka pun berangkat ke sekolah.

Dari balik helm full face nya, Arga tersenyum melihat Elia yang tak hentinya tersenyum lebar.
Senyuman Elia menular ke Arga. Hatinya terasa lega melihat senyum tulus yang dikeluarkan Elia.

Ditambah dengan pelukan hangat di pinggang Arga semakin menambah euforia Arga.

" Ga... Gue seneng banget hari ini.!! " ujar Elia.

" Ini hari terbaik menurut Gue. Mama dan Papa balik sama gue dan ada lo di sini bareng sama gue. " lanjutnya.

Arga yang mendengar itu hanya tersenyum membalasnya.

" Gue juga seneng kalau lo seneng" Balas Arga sambil menambah kecepatan motornya.

Sepanjang jalan itu mereka sibuk dengan dunia mereka masing - masing namun saling terikat di dalam hati.

#####


























      To Be Continue¤¤









Typo Bertebaran 👾
Vote
Coment
See youuu....

Friendzone (COMPLETED)Where stories live. Discover now