12

2.5K 154 2
                                    

Arga tidak langsung pulang ke rumahnya. Arga lebih memilih menyibukkan dirinya di perusahaan.

Di dalam ruang kerjanya Arga melampiaskan segala emosinya.

Brakkk!!

Barang - barang yang ada di meja semua berjatuhan. Pecah tidak beraturan.
" Arghhhh" Teriak Arga dengan nada yang frustasi. Arga berjalan ke arah kaca, melihat penampilannya yang kacau. Dengan rambut acak - acak an, seragam sekolah yang sudah terbuka kancingnya memperlihatkan kaos hitam yang melekat di tubuhnya.

Pyarrr!!

Pecahan kaca di depannya jatuh tepat di bawah kakinya. Akibat pukulan yang dilayangkan oleh Arga. Dengan tangan yang berlumuran darah Arga berjalan ke arah kamar rahasia yang ada di belakang rak buku.

Arga hanya tinggal memutar miniatur kapalnya, dan terpampanglah kamar minimalis miliknya.

Arga langsung merebahkan badannya tanpa menghiraukan darah yang masih mengalir di tangannya. Rasa sakit itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang dirasakan hatinya sekarang.

Mencoba memejamkan mata untuk menetralkan emosinya. Namun, tanpa dia sadari air mata itu menetes menunjukkan seberapa terlukanya dia.

Tak berapa lama kemudian suara teriakan Bundanya mengalihkan fokusnya. Dengan berjalan tertatih, Arga keluar dari kamar dan berjalan ke arah Bundanya yang nampak khawatir melihat kondisinya.

" Astaga Arga. Kamu kenapa nak." panik Bunda sambil memegang tangan Arga yang masih mengeluarkan darah.

Dengan mata memerah Arga menjawab " Sakit Bun "

" Yaiyalah sakit, orang darahnya banyak banget ini. Gamau berhenti. " Saut bundanya kesal.

" Bukan di situ Bun yang sakit. Tapi di sini. " jawab Arga sambil menyentuh dadanya dan menunduk.

Bunda yang memahami situasinya segera menuntun Arga di sofa.

" Duduk di sini dulu, Bunda ambilin kotak P3k sebentar. "

Arga hanya pasrah,sudah tidak mempunyai energi untuk membantah Bundanya.

Setelah menemukan kotak P3k, Bundanya mulai membersihkan darah yang ada. Sambil sesekali menanyakan apa yang terjadi.
" Kamu kenapa? Jujur sama Bunda! "

Namun, masih belum ada balasan dari Arga. Dia masih memejamkan matanya.

" Apa ini ada kaitannya sama El? " lanjut Bunda sambil membalut tangan Arga dengan perban.

Mendengar El dibicarakan, Arga membuka mata dan menatap bundanya. " Gaada sangkut pautnya sama El bun. "

" Terus karena apa Ga. Bunda tanya loh. " paksa Bundanya. Bundanya yang merasa tidak mendapat jawabannya kembali memancing anaknya agar mau menjawab.

" Oh...yaudah kalau kamu gamau cerita sama Bunda, biar Bunda sendiri yang tanya sama El. Dia pasti tau kamu kenapa. " Ujar Bunda sambil mulai membuka ponselnya dan akan menelfon Elia. Namun sebelum menekan panggilan, ponsel Bundanya sudah berada di tangan Arga.

" Bunda apaan sih! " balas Arga kesal.

" Mangkanya cerita sama Bunda. "

Dengan menghela nafas kesal, Arga menjawab dengan singkat." El punya pacar. "

Mendengar jawaban anaknya, bundanya sudah bisa menebak situasi apa yang sedang dialami oleh anaknya.
" Oh jadi kamu ini ceritanya cemburu, gara - gara El udah punya pacar hmm" tanya bundanya jahil.

" Emang kamu udah mastiin kalau itu beneran pacar El? Kamu liat dan denger langsung ? " lanjut bundanya.

" Udah " jawab Arga singkat. Udahlah Bun gausah bahas itu lagi.

Friendzone (COMPLETED)Where stories live. Discover now