27

2.1K 113 0
                                    

Suasana hening meliputi mereka berdua, Rafa dan Gita. Tidak ada yang mengeluarkan suara. Duduk saling berdampingan di jembatan kayu yang di depannya ada danau buatan yang sangat indah. Rafa dan Gita memandang lurus kearah danau. Sesekali Rafa menoleh ke arah samping melihat Gita, Namun tidak ada balasan yang berarti dari Gita.

" Danaunya bagus ya Git.. Airnya tenang, jernih juga. " Ujar Rafa yang memecah keheningan mereka.

Gita sekilas menoleh ke arah Rafa, mengangguk kemudian melihat ke arah depan lagi. Rafa tersenyum pahit, melihat tingkah acuh Gita.

" Git, gue ganyaman kalo lo kaya gini. Gue lebih milih jadi musuh lo daripada jadi orang yang suka sama lo. Jadi musuh gue masih bisa ngobrol sama lo, liat senyum lo. Tapi, saat gue udah nyatain perasaan gue ke lo, lo berubah sama gue. Berasa orang asing gue. "

" Jangan berubah sama gue Git. Anggep aja gue gapernah nyatain perasaan gue ke lo. Hapus ingatan lo tentang gue yang nyatain perasaan gue. Gue lebih rela lo ngilangin moment itu daripada kaya gini. Gue gasanggup. " Lanjut Rafa dengan tersenyum getir memandang Gita.

" Gue benci cowok Playboy,kasar,seenaknya sendiri!. Dan lo masuk list, bahkan semuanya. " balas Gita dengan singkat tanpa memandang Rafa.

Rafa yang mendengarnya hanya tertawa. Tertawa getir lebih tepatnya." Haha... Git. Atas dasar apa lo cap gue kaya gitu? Lo cuma denger apa kata orang! Bukan asli dari mulut gue. Alasan klasik yang lo buat, gue gaterima. Setidaknya kasih gue ruang buat nunjukin diri gue sebenarnya. Lo terlalu menutup rapat semua celah yang ada. Hingga akhirnya gue gabisa masuk, dan hanya bisa terdiam, menunggu celah itu terbuka dengan sendirinya. Tapi pertanyaannya, kapan Git?? Nunggu gue nyerah? Apa nunggu gue pergi? "

Tanpa ingin mendengar jawaban Gita, Rafa berdiri ingin beranjak pergi. Namun sebelum itu dia manatap Gita lekat. " Saat lo udah capek lari, berhenti Git. Setidaknya tengok ke belakang sejenak, ada gue di situ. Gue selalu ada di belakang lo. " Setelah mengatakan itu, Rafa langsung berjalan meninggalkan Gita seorang diri.

Hikss...Hikss..
Isakan kecil Gita menggema, suasana yang tadinya hening kini terisi suara tangisan Gita.

' Maaf Hikss...'
' Kasih gue waktu, sebentar aja. '
Batin Gita bergejolak.

Pikiran Gita semakin tidak beraturan antara perasaannya kepada Rafa serta ingatan masa lalunya. Selama 20 menit Gita masih terdiam di sana bersama isakan kecilnya. Tak lama kemudian Gita mengusap sisa air matanya, mendongakkan kepala menghadap danau sejenak. Kemudian beranjak pergi kembali ke Vila. Takut Elia dan Angel khawatir kepadanya.

Gita berjalan lurus dengan tatapan kosongnya. Tidak menyadari bahwa ada yang mengikutinya di belakang sejak dia pergi dari danau. Ya, dia Rafa. Rafa menunggu Gita di belakang pohon yang lumayan jauh dari tempat Gita. Rafa melihat Gita yang berjalan di depannya, tersenyum miris.

Jadi gini rasanya ditolak sebelum berjuang. Sakit juga.

Mereka berjalan dalam diam, hingga sampailah di halaman depan Vila. Gita berjalan menghampiri temannya yang sedang berfoto ria.

" Gitu gak ajak gue foto... Jahat lo pada. " Ujar Gita dengan kesal kearah Elia dan Angel.

" Lagian lo lama. Kemana aja sih sama Rafa? " jawab Angel

" Nggak kemana - mana, masih area kebun. Tapi tadi kita nemu Danau buatan, bagus banget. "

" Ohh pantesan lama. Yaudah yuk makan siang. Bibi udah buatin makan, ini juga udah jam 12 siang. " Ajak Elia.

Friendzone (COMPLETED)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ