29. Tugas Matematika

892 49 0
                                    

Pagi hari Raina berangkat ke sekolah tanpa ada Rayhan yang menjemputnya. Sejak di putuskannya pertunangannya dengan Rayhan, Raina memang berangkat sekolah selalu di jemput Rayhan,  tapi hari ini tidak.

Raina menuntun motor maticnya keluar dari garasi. Ia berangkat setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya.

Raina memakirkan motornya,  ia masih stay di parkiran dengan memainkan ponselnya.

Rayhan datang dengan membonceng seorang perempuan. Siapa? Raina menajamkan penglihatannya. Gita? Rayhan membonceng Gita,  adek kelas itu? Serius?

Rayhan juga melihatnya saat Raina menatapnya tapi ia bersikap acuh.

Raina menghampiri Rayhan mencoba mencekal pergelangan tangan Rayhan, tapi di tepis secara kasar.

"Ray,  aku bisa jelasin, dia siapaku!" ucap Raina cepat saat Rayhan sudah melangkah.

"Nggak ada yang perlu di jelasin," jawab Rayhan datar.

"Kamu tahu kalau dia-"

Perkataan Raina di seka oleh Rayhan.

"Gue udah bilang, nggak ada yang perlu di jelasin." Rayhan melangkah dengan tangannya menarik tangan Gita. Raina melototkan mata tak percaya.

Raina langsung berajalan ke arah kelasnya. Di kelas Raina hanya duduk sendiri, Shela masih belum berangkat, entah kapan anak itu berangkat.

"Raina!!"

"Aaa gue kangen banget ama lo." Perempuan itu menghampiri Raina dan memeluknya.

"Shela? Lo kok udah pulang aja?" kata Raina seraya membalas memeluk sahabatnya itu.

"Lo nggak suka kalau gue balik?" Shela melepas pelukannya dan duduk  di sebelah Raina.

"Nggak gitu,  kok nggak ngabarin sih?" Raina menatap sahabatnya.

"Kan biar surprise."

"Terus gimana hubungan lo sama Daffa? Udah baikan?"

Shela mengangkat bahunya acuh. "Entah lah, tapi udah ah bodo amat gue udah nggak peduli. Yang penting gue nggak salah."

"Bener nggak peduli?"

"Iya, gue ya di singapur nggak ada kontek-kontekan sama dia. Gue malah sering kontekan sama-" Shela hampir keceplosan.

"Sama? Siapa hayo," tanya Raina penasaran.

"Udah ah, nanti kalau udah srek, gue ceritain. Terus lo sama Rayhan gimana?"

"Bener lho ceritain,  awas kalau nggak." Shela membalas dengan mengangguk. "Gue sama Rayhan baik sih,  tapi di salah paham sama gue."

"Salah paham gimana?" tanya Shela, Raina menceritakan semuanya.

"Eh iya gue belum ngasih athu lo kan?"

"Apaan?" tanya Shela.

"Sebenarnya gue di jodohin sama Rayhan."

"Serius lo? Wah bagus deh."

"Soal salah pahamnya gimana? Gue nggak tenang nih."

"Gini,  sementara ini lo ikutin permainan Rayhan. Maksudnya Rayhan kan ngejauh dari lo kan?  Lo juga harus jaga jarak juga sama dia. Gue tahu dia nggak suka jauh sama lo."

"Tapi kan gue emang salah."

"Gue tahu kalau lo emang salah, tapi lo juga udah mau jelasin sama Rayhan kan? Tapi Rayhan? Nggak mau dengerin penjelasin lo. Jadi lo harus jaga jarak sama dia. Kita kasih hukuman sama Rayhan."

"Kalau terjadi apa-apa lo yang tanggung jaeab loh."

"Iya, Raina."

Bel masuk berbunyi semua siwswa memasuki kelas masing-masing. Seprti biasa Rayhan duduk di depan Raina. Raina mencoba mengikuti saran dari Shela.

Guru masuk. Kelas saat ini sedang pelajaran Matematika. Dan hari ini ada tugas matematika dan harus di kupulkan. Shela melototkan matanya tak percaya. Baru satu hari berangkat setelah satu minggu lebih tidak berangkat. Tapi sudah di hadapkan tidak mengerjakan tugas.

"Raina, gimana ini ada tugas?" bisik Shela pada Raina.

"Lo bilang sama bu Tini, oke."

Shela mengambil nafasnya dalam, lalu menghembuskan perlahan.

"Baik,  tugas nya silahkan di kumpulkan!" ucap tegas bu Tini.

Tugas di kumpulkan oleh Ari setelah keliling mengumpulkan tugas teman-temannya.

Guru itu menghitung jumlah bukunya. "Hari ini siapa yang tidak berangkat?" tanya Tini.

"Berangkat semua Bu!" jawab
serentak

"Kenapa bukunya hanya 27? Seharusnya kan 30!" tanya Tini dengan nada yang masih tegas. "Siapa yang tidak mengumpulkan?!"

Daffa, Rayhna, dan Shela mengangkat tangan.

Tini berjalan ke araah mereka. "Kenapa kalian tidak mengerjakan?"

Shela menjawab lebih dulu. "Saya nggak tahu bu kalau ada tugas,  satu minggu kan saya izin," ucap Shela sopan.

Tini mengangguk memaklumi. "Kalau kamu Daffa,  Rayhan?"

"Tugas saya ketinggalan bu," jawab Daffa.

"Kalau saya lupa kalau ada tugas bu," jawab Rayhan.

"Oke Shela saya kasih waktu 45 menit untuk mengerjakan tugas 20 soal itu. Dan untuk Rayhan dan Daffa,  kamu saya kasih waktu 30 menit untuk mengerjakannya."

"Kok beda sih bu sama Shela?!" protes Rayhan.

"Terserah sayalah, apa saya kurangi lagi waktunya?"

Daffa dan Rayhan langsung menggeleng cepat.

"Dan untuk hari ini saya,  tidak bisa mengajar, saya  di kelas ini hanya satu jam. Saya hari ini ada keperluan. Dan Raina! Kamu tulis tugas ini di papan tulis." Tini langsung kembali duduk di kursi guru. Raina maju mengerjakan perintah gurunya.

"Bu!" panggil Daffa. Tini menoleh. "Ada apa Daffa?"

"Saya nggak paham, bu soal nomor 3."

"Kamu cari teman untuk menjelaskan,  saya lagi malas menerangkan."

Daffa dan Rayhan menghebuskan nafas kasarnya.

Daffa langsung menatap Raina saat Raina kembali duduk di bangkunya.

"Na, ajarin lah," ucap Daffa pada Raina, meskipun ada Shela di samping Raina. Daffa bersikap bodoamat. Karena ini sangat penting. Hanya Raina yang sangat paham dengan pelajaran matematika. Lalu Rayhan? Ia ingin meminta tolong pada Raina tapi terlalu gengsi.

See you next part 😉

14-06-20

Cinta masa SMA (End) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora