34. Pingsan

921 56 0
                                    

Raina duduk di bangkunya. Shela sudah datang,  tapi entah di mana Shela berada. Di kelas hanya terlibat tasnya saja.

Shela datang memasuki kelas dengan wajah gembiranya. "Eh Na, udah berangkat aja." Shela duduk di samping Raina.

"Iya."

"Berangkat sendiri atau sama Rayhan?"

"Di antar tadi sama Papa."

"Shel, gue ke toilet bentar ya." Raina berdiri.

"Ya."

Raina memasuki toilet. Tak lama kemudian ia keluar. Di pertengahan jalannya, tangan Raina di tarik oleh seseorang.

"Woi, maen tarik-tarik aja," teriak Raina.

Orang yang menarik Raina berhenti,  otomatis Raina ikut berhenti. Irang itu menoleh pada Raina.

Rayhan!

"Kenapa? Maen tarik aja," gerutu Raina.

"Ikut bentar." Rayhan menarik kembali tangan Raina. Ia berhenti saat sudah sampai di taman sekolah.

"Kenapa malah ke sini sih?" tanya Raina langsung.

"Rain, bolos yuk," ajak Rayhan.

Raina melebarkan matanya. "Lo ngajak gue bolos? Nggak salah orang kan?"

"Nggak, udah yuk. Keburu ketahuan nanti." Rayhan kembali menarik tangan Raina.

"Ketahuan siapa?" tanya seseorang di belakang mereka.

Rayhan langsung memberhentikan jalannya, seperti familar dengan suara di belakangnya itu.

Rayhan berbalik, diikuti Raina.

"Bu Sukmi?" kaget Raina.

"Iya, mau bolos kan kalian?" ujar Sukmi itu.

"Nggak kok, Bu. Kita mah mau balik ke kelas," alibi Raina.

"Iya bener Bu, apa yang di katakan Raina." Rayhan ikut beralibi.

"Nggak! Ke ruang BK sekarang!" tegas Sukmi. Kalau kalian pengen tahu Sukma itu adalah guru BK di sekolah.

"Bu,  janganlah," suara Raina terdengar memelan.

"Hormat bendera sampai jam istirahat, sekarang!" tegas Sukmi.

Rayhan langsung menarik Raina menuju tiang bendera. Raina Dan Rayhan hormat.

Sudah dua jam setengah mereka menjalani hukuman. Apalagi panasnya lumayan terik meskipun masih pagi,  tapi sangat menyengat. Raina sangat berat menahan sakit di kepalanya. Apalagi tadi pagi Raina tidak sarapan.

Wajah Raina sangat pucat. Rayhan menoleh pada Raina. "Rain? Lo sakit? Muka lo pucet banget."

Raina hanya diam menggeleng.

"Kita ke UKS ya, muka lo pucet," ajak Rayhan. Raina menggeleng.

Rayhan semakin merasa sangat bersalah. Tak lama kemudian Raina ambruk.

Rayhan dengan sigap menggendong Raina ala bridal style, dan membawanya ke ruang UKS.

Dokter UKS, memeriksa Raina. Rayhan mendekati Dokter itu setelah selesai memeriksa Raina. "Gimana keadaan Raina, Dok?"

Dokter itu tersenyum. "Keadaannya baik-baik saja,  hanya karena kecapean dan mungkin saja tadi pagi dia tidak sarapan. Saya perhatikan kamu sangat khawatir dengan dia, pacar kamu ya?"

Rayhan tersenyum kikuk. "Hehe iya, Dok."

Rayhan menghampiri Raina, yang masih memejamkan mata. Dokter itu keluar dari ruang UKS. Suara pintu di buka kasar oleh seseorang.

"Raina gimana Ray?" tanya Shela.

"Dia baik-baik saja kok, hanya kecapean. Gue minta tolong dong, beliin sarapan buat Raina."

"Lo tuh ya, barua aja gue datang,  udah maen nyuruh aja lo."

"Kan demi sahabat lo."

"Terus lo apa,  bambang!?"

"Gue? Gue calon suaminya," jawab Rayhan enteng.

"Oke, mana duitnya?"

Rayhan merogoh saku celananya. "Nih." Rayhan menyodorkan satu lembar uang seratus ribu.

"Sisanya buat gue kan?"

Rayhan memutar bola matanya malas. "Iya-iya, ambil sana."

Shela langsung beranjak keluar dari ruang UKS. Tak lama setelah Shela keluar Daffa masuk.

"Gimana kondisi Raina, Ray?"

"Baik kok, cuma kecapean aja. Eh lo kok bisa ke sini,  ngga ada guru? Tadi Shela juga ke sini."

"Tadi Shela sih izin, tak lama guru itu keluar ada urusan katanya. Gue langsung ke sini deh."

Rayhan hanya menganggukkan kepalanya.

Tak lama kemudian Raina perlahan membuka matanya.

"Rain, kamu udah sadar," unar Rayhan.

"Ha-us."

Rayhan langsung mengambilkan minum di meja, yang tadi memang sudah di siapkan petugas PMR.











28-06-20

Cinta masa SMA (End) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora