8. Undangan

158 63 17
                                    

Malam ini Pak Juan memberi ulimatum kepada Atika, jika ia tidak ikut mengantantar undangan pernikahan Rivan, maka Atika tidak akan kebagian martabak dari gerai milik Rivan.

“Tika, temani Paps mengantar undangan pernikahan abangmu, Rivan kan ke Solo, membagi undangan untuk keluarga di sana, Nirma lagi juga nginap di rumah temannya, jadi kamu harus ikut”, perintah Pak Juan.

Atika mencium aroma tak sedap, pasti ada maksud terselubung di balik ajakan papanya. Memangnya kenapa Atika harus ikut dengan papa dan mamanya hanya untuk menghantar udangan, kecuali kalau yang nikah itu dia.

“Mau diantar kemana, Paps”, tanya Atika penasaran.

“Itu udangan buat Om Surya dan Tante Rima, tapi kata Om Surya tidak usah ke rumahnya”.

“Jadi”, Atika bingung.

“Tante Rima mengajak bertemu di luar saja, sekalian makan malam”, akhirnya Bu Ratna angkat bicara.

“Paps, aku di rumah aja deh, kan bukan aku yang nikah”, rengek Atika.

“Kamu harus ikut, kalau tidak kamu tidak akan dapat ijin makan martabaknya si Rivan, jangan banyak maunya, diajak makan saja kok susah, atau mau Paps coret dari KK. Kamu siap- siap, jam tujuh kita berangkat”.

Atika malas- malasan beranjak ke kamarnya, tidak ada gunanya mencari masalah dengan Pak Juan Laksono,nukan karena martabak atau uang jajan namaun ayanhnya itu selalu memanjakan Atika, hal itu membuat Atika juga tidak ingin menolak perintah Pak Juan. Bukannya bersiap- siap mengindahkan perintah sang ayah, Atika malah sempat- sempatnya membuka grup chatnya.

Satria baja hitam
Me: Gue udah maafin lo semua karena kemarin enggak nemenin gue ngopi cantik!!! 😛

Kayna: Yeayyy, makasih Tika paling cantik seASEAN 😂

Nova: Akhirnyaaa Buk Atika nongol di grup

Me: Gue lagi syebelll 😣😣

Vita: kok bisa sihhh?

Me :Bokap ngajak gue makan di luar sekalian nganter undangan Bang Rivan

Kayna: Masalahnya?

Me: Ngasih undangan Cuma alesan doang, aslinya mau nyomblangin gue taukk, kesel aku tuh 😭

Nova: Bagus dong, lo dandan yang cakep dong, biar klepek2 tuh orang

Vita: Dasar Jomblo!!! 😛

Me: Gue gak bakal dandan, sekalian aja enggak mandi

Kayna: Dasar bocah, semangat dong, diliat dulu calonnya, manatau sesuai kriteria kamu

Me: Mapan, tampan, dermawan hahahha. Doain gue ya

Vita: Okay, good luck baby Atika 🤗

Atika menatap nanar pada layar ponsel itu. Bagaimana ia akan menjlani makan malam berkedok perjodohan itu. Atika bukan tipe orang yang suka dijodohkan, apalagi dengan orang yang sama sekali tidak ia kenal, lain ceritanya jika dijodohkan dengan target operasi, Shandy.

***

Pak Juan menggandeng tangan istrinya memasuki sebuah restoran nusantara dengan konsep interior sangat khas Indonesia, sederhana namum elegan dan berkelas. Restoran ini terkenal dengan menu- menu khas dalam negeri yang disajikan dengan sangat modern.

Atika yang tidak punya minat pada acara makan malam sekaligus menghantar undangan ini hanya mengekor di belakang kedua orangtuanya, berjalan malas- malasan, namun tetap memaksakaan agar raut kesal di wajahnya tidah terlihat.

Seorang resepsionis cantik dengan seragam dress batik menghantar langsung keluarga pak Juan ke depan private room. Gadis itu menjelaskan bahwa Om Surya memesan ruangan tersebut, agar acara makan malam lebih nyaman.

Tante Rima orang pertama menyadari kedatangan keluarga Pak Juan, ia segera berdiri dan cipika cipiki dengan Bu Rahma dan Atika. Wanita paruh baya itu sangat cantik malam ini. Usianya bukan suatu penghalang, untuk menunjukkan pesonanya yang eleganan.

“Wah, calon besan cantik sekali malam ini”,  puji Bu Rahma tulus.

Atika memicingkan matanya, menyaksikan mamanya sangat antusias dan heboh dalam acara sambutan ini, memakai istilah calon besan, rasanya Atika ingin pulang saja, bisa turun citra dirinya. Sejak ide perjodohan ini muncul, Atika biasa saja, malah Bu Ratna dan tante Rima  yang paling semangat. Gadis itu bahkan tidak pernah setuju dengan ide ini, namun ia belum memiliki alasan kuat untuk menolak.

“Bisa aja kamu jeng, wah wah wah Atika juga cantik, pasti Abang bakal suka”, balas Tante Rima serama mempersilahkan duduk.
Sebenarnya Atika tidak ada niat sama sekali untuk berdandan malam ini, namun saat Bu Rahma mendapati dirinya ingin berangkat dengan tampilan lusuh seperti dandanan ibu-ibu komplek baru bangun tidur , wanita itu mengamuk, mengancam pemotongan anggaran uang jajan Atika.

Mau tak mau Atika mengenakan mini dress Korea berwarna hitam polos, dipadu dengan scarf merah muda, rambutnya ia biarkan terurai, dan karena acara makan malam Atika memilih sneakers merah muda agar kakinya lebih nyaman, daripada harus memakai heels.

“Tante bisa aja”, Atika menyerahkan sebuah undangan pernikahan seraya melirik orang yang disebut- sebut abang oleh Tante Rima.

Lelaki itu tidak menunjukkan ekspresi apapun, sejak Atika sampai ia hanya diam saja di tempat  duduknya, memberi salam pada Pak Juan dan Bu Rahma saat disuruh oleh Om Surya, dan Atika bisa- bisanya pemuda ini cuek saja ada gadis cantik di hadapannya, bahkan saat pertama pandangan mereka bertemu, Atika mencoba tersenyum sebagai bentuk kesopanan, namun ia langsung membuang muka.

Untung saja wajahnya lumayan tampan, tapi rasanya wajah itu familiar bagi Atika.

“Nak Tika, ini si abang anak pertama Om, namanya Kevin, Vin kenalan dong sama Tika, dari tadi Atika dicuekin”, perintah Om Surya.

“Kevin, Kevin Hadinata”, Kevin mengulurkan tangannya pada Atika.

Gadis itu menyambut tangan kokoh itu, sedetik kemudian ia tersenyuml icik, entah ide aneh apalagi yang muncul di kepalanya.

“Halo Bang Ke”, Atika terkekeh.

Sontak semua mata tertuju pada Atika, tapi mata Kevin melotot paling tajam pada Atika,   “Bang Kevin maksud Atika, kan ngomongnya belum selesai, Jangan ngambek ya Bang Kevin, ntar gantenggnya pudar”, goda Atika.

“Ternyata anakmu ini lucu juga ya, Juan, pasti cocok dengan Kevin”, tukas Om Surya.

“Atika sejak kecil memang begitu, saya harap Kevin tidak tersinggung”.

“Jadi gimana bang Kev, setuju kan mama jodohkan sama Atika”, tanya Tante Rima dengan semangat.

Atika ingin angkat bicara menolak mentah- mentah acara perjodohan ini.

“Tan, sebenarnya….”

“Sangat setuju, ma”, suara parau Kevin memotong cepat ucapan Atika.

Atika melirik Kevin, kini senyum licik terbit di bibir Kevin. Sial, Atika pasti dikerjai oleh pemuda itu. Saat makanan sudah terhidang di hadapan mereka, Atika sudah kehilangan selera makannya.

Haloooo , makasih buat yang sempetin waktunya ngikutin Atika, jangan sungkan kasih vote dan komen ya, salam sayag ❤ yolaww

INTEL???  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang