18. Samyang

102 25 19
                                    

“Jadi sahabatnya Shandy calon adik ipar lo?”, ujar Nova seraya merapikan berkas- berkas pendaftaran sidang skripsi miliknya dan Kayna.

“Waduh emang bener ternyata dunia ini sesempit daun kelor ya, kalau dibuat sinetron mantap nih judulnya apa ya”, Vita menguyah Keripik kentang yang ia rampas dari tas Kayna.

Sekedar informasi, sahabat mereka, Kayna, adalah salah satu makhluk ciptaan Tukan yang ada di semesta yang ditakdirkan tidak bisa hidup tanpa keripik. Jadi, si gula aren itu kemana- mana selalu sedia keripik di tas atau di mobil. Hidupnya hampa tanta keripik, begitu ejekan satria baja hitam pada si manis itu.

“Gebetanku sahabat kental adik calon suamiku yang selalu melarangku bertemu gebetanku”, Kayna yang sejak tadi menangkupkan wajahnya ke meja kantin bangkit seketika.

Gadis manis pencinta keripik itu sedang kumat migrainnya, kepalanya berdenyut sebelah setelah semalaman begadang mengerjakan skripsi agar bisa mengejar sidang skripsi secepatnya. Bukannya mendapat apreasi setelah bekerja keras demi skripsi, dosennya malah memintanya mengundur pendaftaran sidangnya.

Kedua alis Atika bertaut seraya menoleh pada Kayna, “Gue kira lo tidur, ternyata nyimak juga”.

Kayna memijat pelipisnya, “Puyeng ya jadi mahasiswa, coba aja ada yang lamar, aku terima deh, ntar wisuda nyusul aja,nikah dulu,  pusing aku tuh, uang kuliah mahal, pengen tamat aja susah banget”.

“Maknya jangan buru-buru tamat dong”, ledek Vita disambut dengusan kesal Kayna dan Nova. 

“Kay, udah beres nih berkas kita, kita langsung ke kantor tata usaha aja ya”, Nova memasukkan berkasnya ke dalam tas merah marun miliknya.

Dengan ogah- oragan Kayna mengikuti arahan Nova, kalau tidak dikerjar deadline, Kayna akan lebih memilih rebahan di kasur empuknya atau pergi nonton dengan kekasinya Yovie daripada harus seharian mengejar dosen hanya demi tanda tangan. Di semester akhir, terkadang rasanya lebih mudah mencari tanda tangan artis daripada dosen.

“Ya udah deh, yuk”, Nova bangkit dari kursinya, “Kita berjuang dulu ya demi masa depan, aku enggak rela dong  Atika aja yang bisa sidang cepat, jangan galau ya Atika sayang ”, pamitnya pada Atika dan Vita.

“Gue juga ikut dong, mau ke foto copyan dekat dekat kantor tata usaha lo, mau foto copy daftar orang yang ngutang sama gue” Vita mengekor dua sejoli itu, “Sorry Tika, gue ada urusan mepet,”, Vita meninggalkan Atika melongo sendiri.

“Gue pulang aja deh, punya temen semuanya sok sibuk”, ujar Atika pelan.

***

Sebuah buket terletak di bagian depan mobil Atika. Gadis itu meraih buket yang terdiri dari bunga matahari dan bunga- bunga kecil berwarna putih yang Atika tidak tahu namanya. Have a nice day, Shandy. Sebuah kiriman dari Shandy. Keningnya berkerut, menoleh ke sekitar parkiran, mencari keberadaan lelaki itu, tetapi tidak Atika temukan.

Melihat nama pengirimmnya, Atika kembali teringat akan percakapannya dengan Marc, saat di perjalanan pulang dari kediaman Om Surya. Di perempatan jalan menuju belokan rumah Atika, Marc memarkirkan motornya se pinggir jalan yang lumayan sepi. Atika terkejut motor matic itu tiba- tiba berhenti.

“Penguntit, turun bentar”, Marc turun seraya membuka helmnya.

Atika menatap Marc bingung, namun tetap turun dari motor, ia mengikuti Marc yang berjalan ke arah gerobak bajigur. Mereka mengambil tempat duduk, Marc memesan satu minuman jahe tersebut, Atika menggeleng saat ditawari Marc.

“Gue baru tahu lo itu dijodohkan sama abang gue”, ujar Marc seraya terkekeh, “Sempit ya dunia, lo suka sahabat gue, lo malah dijodohin sama abang gue, dan lo selalu jumpa sama gue”, Marc menggulum senyum.

Atika hanya memasang wajah datar, Atika sadari ucapan Marc benar.

“Lo gimana sama Shandy?”, tanya Marc seraya melepas jaket putihnya.

Atika  menoleh ketika mendengar pertanyaan Marc, “Cuma temen, habisnya lo selalu nongol kalau gue deket sama dia”, Atika memeluk tubuhnya karena udara malam ini sangat dingin.

Melihat Atika sedikit menggigil, Marc menyerahkan jaketnya, awalnya ditolak, namun akhirnya diterima gadis itu.

“Kalau lo sama Kevin gimana?”, Kevin menyeruput bajigur hangatnya.
“Cuma temen juga”.

“Jadi kemarin lo pernah minta gue anterin ke Cibuluh lo mau ketemu abang gue?”, tembak Marc.

“Iya”, Atika mengangguk. Atika teringat saat itu ingin memaksa Kevin agar tidak mau dijodohkan dengannya, “Mau batalin perjodohan tapi itu anak enggak mau, palingan mau ngerjain gue aja tuh”, Ujar Atika seraya memakai jaket yang diulurkan Marc.

“Gue pernah bilang sama lo, daripada suka Shandy lebih baik lo suka gue. Sekarang gue ralat deh, daripada lo suka sama Shandy mending lo suka sama abang gue aja”.

Atika menegelus pipinya yang dingin. Untuk sesaat dia hanya memperhatikan Marc, ada raut serius di wajah lelaki itu, pandangannya tajam, menunjukkan sarat kalau ia sedang memperingatkan dengan sungguh- sungguh.

“Gue nggak suka sama bang lo, dan dia juga mungkin udah ada pacar”.

“Soal dia punya pacar urusan belakang deh, mama gue aja sukanya sama lo,  yang penting lo pilih dia jangan Shandy” ujar Marc serius.

“Sebenarnya ada apa?”, tanya Atika seraya merogoh tas kecilnya, mencari keberadaan ponselnya yang sejak tadi bergetar.

Atika menatap sebuah pesan layar ponselnya, pesan dari Pak Juan menanyakan keberadaannya. Sepertinya Marc  bisa menebak isi pesan yang diterima gadis itu. Tanpa memperpanjang percakapan ia mengajak Atika pulang,
“Udah deh, nggak usah banya tanya, ikutin aja saran gue”, ujar Marc.

Atika mendesah kesal bercampur kesal, sampai detik ini Marc belum memberi penjelasan mengapa lelaki itu begitu gigih untuk menjauhkannya dari Shandy.
***

Atika menggelengkan kepalanya, mengusir percakapannya kemarin dari benaknya. Sebelum Atika mengetahui dengan jelas alasan Marc, ia tidak akan menjauhi Shandy, lagipula Shandy adalah pujaan hatinya, mengapa ia harus repot- repot menjauinya, dan kabar baiknya lagi Shandy mulai menunjukkan bahwa ia juga peduli pada Atika, jadi gadis itu tidak hanya seorang penggemar rahasia lagi.

“Atika, suka nggak bunganya?”

Atika menoleh ke belakang, mendapati Shandy terenyum cerah secerah bunga matahari yang ia beri. Atika menatap buket yang ia pegang, lalu beralih menatap Shandy. Bagaimana bisa lelaki itu tahu bunga kesukaan gadis manja Atika, atau jangan- jangan dari ungghan Atika beberapa hari lalu mengenai bunga matahari. Setitik perasaan bahagia terbit di hati Atika, ternyata Shandy juga peka terhadap dirinya.

“Gue suka bangetttt”, ujar Atika dengan sedikit nada manja.

“Aku senang kamu suka” Shandy menepuk pundak Atika, “Kamu lagi sibuk, gimana kalau kita nonton, kamu mau nggak?”

Atika menyambut tawaran Shandy dengan sumbringah, benar- benar kesempatan yang tidak baik untuk disia- siakan, mubajir. Ia mengangguk cepat, “Aku enggak sibuk kok”.

Di sudut parkiran, Marc menatap sinis kedua insan yang tampak bahagia itu. Bagaimanapun caranya dan apapun resikonyaMarc sudah sipa,  ia tidak akan membiarkan Atika jatuh cinta  terlalu dalam pada pesona dan kebaikan Shandy. Ia berjanji pada dirinya sendiri. Walaupun ia adalah sahabat karib lelaki itu, tapi ia tidak akan pernah sudi membiarkan Atika jatuh ke tangannya

Halooo terima kasih ya udah baca, makasih juga buat vote dan komen kamu.

INTEL???  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang