30. Keputusan

117 10 0
                                    

Dua mingu kemudian…

Atika memperhatikan lemari hias di sudut kamarnya, semua hadiah sidang skripsi plus hadiah wisuda seminggu yang lalu ia pajang dengan rapi. Acara wisuda kemarin berlangsung dengan meriah, walapun tanpa doi sebagai pendamping, ia tetap bersyukur dengan kehadiran keluarga sahabat, dan teman- temannya.

Pepatah bilang life must go on, Atika harus menguatkan hatinya yang telah patah dalam waktu berdekatan karena Shandy obsesinya dan Kevin yang mulanya pilihan orangtuanya namun membuatnya jatuh hati. Dengan atau tanpa Kevin, Atika harus tetap bahagia.

“Koper kamu udah abang masukin ke mobil,” ujar Rivan mendekati adiknya disusul Anggun calon istrinya.

Atika memeluk abangnya sangat erat, menenggelamkan kepalanya di dada Rivan. “Aku akan rindu berat sama abang.”

“Kalau ada rejeki, abang bakal berkunjung ke sana,” bisik Rivan.

Atika beralih memeluk Anggun. “Kak, titip abangku ya, nanti aku nggak bisa hadir di nikahan kalian, sedih banget, Kak.”

Anggun mengusap rambut Atika, “Nanti kakak minta bulan madu ke Manchester deh, biar ketemu kamu.”

Kedua perempuan itu terkikik kemudian Rivan mengajak mereka turun.

Atika menghambur ke pelukan Nirma. “Kak I will miss you so much, di Manchester enggak ada kakak judes kaya lo.”

Nirma berdecak. “Gue ikut ke bandara kali, nggak usah lebay gitu.”

“Gue malu dong nangis di bandara, tutun citra gue.”

“Nampar orang di GI lo nggak malu?” goda Nirma.

Atika memutar bola mata, lalu menghampiri ketiga sohibnya. “Girls, gue bakal rindu ngopi cantik bareng lo semua.”

“Pokoknya selama di sana jaga kesehatan, jaga komunikasi ke kita, jangan nguntit orang lagi,” ceramah Kayna.

“Baik-baik di negeri orang, gue doain lo dapat pacar bule, kita sering- sering video call curhat –curhat cantik,” Vita cengengesan.

Nova menaikkan alis. “Jaga diri ya.”

Mereka berempat berpelukan.
“Yaudah deh kita jalan sekarang, lo semua harus nganter gue ke bandara,” perintah Atika disambut cengiran sohibnya.

“Kamu udah siap sayang?” tanya Bu Ratna.

Mata wanita paruh baya itu sembab karena menangis semalaman, hatinya berat melepas putri manjanya melanjutkan pendidikan ke negeri orang, namun ia tidak bisa mencegah, pendidikan juga penting apalagi Atika berprestasi.

“Udah, Ma. Kita gerak sekarang.”

“Kalau semua sudah aman kita berangkat supaya tidak kena macet jalanan ke Tangerang suka padat.”

Baru saja Pak Juan menutup garasi, sebuah mobil memasuki halaman mereka.

“Atika,” pekik Tante Rima turun dari mobil langsung memeluk Atika.
 
“Tika pamit ya, Tan.” Atika menoleh pada Om Surya. “Om, doakan kuliah Tika supaya lancar.”

“Pengunit, ada yang mau ngomong sama lo,” celutuk Marc.

Atika melirik pada Kevin yang sedari tadi diam, wajahnya kaku.

Kevin memberanikan diri melangkah ke arah Atika, namun kening Atika berkerut ketika Kevin melewatinya. Lelaki itu menghampiri Pak Juan.

“Om, saya minta maaf sudah menyakiti putri om. Saya siap menerima hukuman apapun dari om. Tapi saya tidak sanggup jika berpisah dari Atika.”

Suasana mendadak kaku, Pak Juan menatap Kevin tajam, Atika sendiri tertunduk cemas menunggu respon papanya, karena ia sudah menceritakan bagaimana Kevin telah menyakitinya. 

“Maksud kamu apa?”

Jantung Atika mencelos, tangannya gemetar takut jika Pak Juan mengamuk.
Kevin tidak terintimidasi sedikitpun dengan mata tajam papa Atika. Ia menoleh pada orangtuanya, Bu Ruma dan Pak Surya mengangguk. Kevin menatap Pak Juan, dengan keberanian penuh ia mengutarakan isi hatinya dengan tegas.

“Saya Kevin Hadinata, di hadapan orang tua saya, di depan om dan tante, saya melamar Atika Sari Laksono untuk mendampingi hidup saya dalam susah maupun senang.”

Dalam satu tarikan nafas Kevin mengutarakan niatnya.

“Kamu serius, Vin?” tanya Pak Juan.

“Saya sungguh-sungguh, Om. Selama saya tidak bertemu Atika, saya berusaha memastikan perasaan saya, dan saya sangat rindu. Saya siap menunggu Atika pulang dari Manchester.”

“Om serahkan semua keputusan pada putri saya.”

“Terimakasih, Om.”

Keadaan masih tegang, Kevin mengahampiri Atika, ia mengeluarkan sebuah cincin cantik sebuah papar bag berlogo toko berlian lalu menunduk di hadapat Atika.

“Atika Sari Laksono, bersediakah engkau mejadi pendamping hidupku?”

“Lo lagi ngelamar gue nih?” tanya Atika polos.

Kevin mengangguk.
“Gue udah nampar elo,” balas Atika.

Kevin terkekeh. “Aku pantas kamu tampar.”

“Ini lo lagi sadar kan, nggak ngaco?” tanya Atika lagi.

Kevin lagi-lagi mengangguk.

Atika menghela nafas melirik paper bag di samping Kevin. “Loh itu bukanya…”

“Ia. Ini paper bag yang dibawa Seruni sewaktu di GI, sehabis meeting aku ajak dia buat nyari cincin yang cewek suka, soalnya aku bingung mau kasih kamu model gimana.”

“Jadi gue salah paham,” desis Atika.

Marc berdecak. “Lama banget sih dramanya, abang gue diterima nggak?”

Vita mengangguk. “Iya nih lama, tinggal bilang iya atau enggak aja lama banget, mirip sinetron.”

Atika nyengir.

“Will you marry me?” Kevin mengulang pertanyaanya.

Yes I will, tapi nanti tunggu gue S2, lo nggak kepepet banget kan”, kekeh Atika.

Kevin berdiri menarik Atika dalam pelukannya.

“Ingat penonton dong, lo kita dunia milik lo berdua,” cibir Nova disambut gelak tawa seluruh anggota Kevin dan Atika plus siulan Satria Baja Hitam.

Atika menarik dirinya lalu memeluk kedua orangtuanya.

Bu Ratna mendekati mama Kevin sambil melakukan adegan tos. “Mbak Rima, kita berhasil, kita bakalanjadi besan.”

“Ia jeng Ratna, saya senang banget.”

Marc mendekati Atika. “Kakak ipar ini gue bawain martabak coklat keju buat bekal lo di pesawat,” ucap Marc meneysahkan bungkusan pada Atika.

“Marc, gue sayang banget deh sama lo, makasih ya lo selalu baik sama gue.”
Atika merangkul Marc yang mengacak rambut abu-abunya.

“Ini nggak gratis, lo harus comblangin gue sama Vita.”

Atika melotot lalu sedetik kemudian mereka berdua terbahak.

Drtttt…

Sebuah pesan masuk ke HP Atika.
From: 081234346xxx
Atika, saya Seruni. Saya dan Kevin adalah teman dekat, saya harap kamu tidak salah paham. Kejadian kemarin saya minta maaf, saya hanya syok karena suami saya selalu kasar, tapi jujur saya tidak pernah punya perasaan lebih pada Kevin, believe me. Safe flight for you…

Atika mengela nafas, menatap Kevin sedang tersenyum padanya sangat manis lalu  mereka saling memandang. Perjodohan yang awalnya mereka jalani hanya karena ingin membahagiakan orangtua akhirnya membawa kebahagiaan bagi mereka berdua.
.
.
.
Hadehhh akhirnya selesai juga ceritanya, tinggal satu part lagi. Karena ada prolog jadi ada epilognya dong. Betewe ini cerita pertama yang aku buat, ngerjainya juga dikejar deadline, maaf endingnya jadi maksa gini. Tapi ini udah terbaiklah buat Atika dan Kevin, mudah-mudahan relationship mereka langgeng ya hahahaha
Untuk kekurangan di cerita ini aku mohon maaf ya. Terimakasih sudah membaca

INTEL???  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang