11. Couple

122 44 7
                                    

Untuk pertama kalinya Atika merasa, bahwa malam ini adalah malam sabtu paling kelabu. Sepanjang sore ia habiskan duduk berhadapan dengan manusia menyebalkan di warung, dengan alasan Kevin ingin menunngu hujan sampai reda, katanya suasana hujan itu romantis. Atika tidak peduli itu, romantis dari sisi mana, terjebak bersama orang yang tidak disukainya, saat Atika meraih ponsel ingin memesan taksi online, lelaki itu malah merampas paksa ponselnya.

Tidak hanya sampai disitu, di tengah perjalanan pulang, ia memarkirkan mobilnya di depan sebuah gerobak sate, yang katanya walaupun di pinggir jalan rasanya tidak kalah dari restoran bintang lima. Selepas menikmati sate, tepatnya hanya Kevin yang menikamati karena Atika sibuk mengomel, bukannya pulang, Kevin malah  berhenti di gerai martabak, yang katanya lagi rasanya enak banget, buat Om Juan begitu kata Kevin. Sepanjang perjalanan pulang Atika sengaja menutup matanya berpura-pura tidur agar Kevin tidak singgah di tempat lain lagi.

“Akhirnya gue kebali ke rumah! Balikin HP gue, gue mau turun, udah mual deket- deket sama lo”, ujar Atika ketika mereka sampai di depan rumah Atika.

“Saya akan kembalikan, tapi buka pinnya sebentar”, Kevin mengarahkan layar HP itu ke hadapan Atika.

Raut curiga tersirat di wajah Atika, apa lagi yang akan dilakukan Kevin pada ponselnya, “HP gue privasi gue, balikin sekarang”.

“Ya udah, saya tidak akan kembalikan”, Kevin memasukkan HP Atika ke dalam saku kemeja putihnya.

Atika mengepal tangannya erat lalu melayangkan tinjunya tepat di dada Kevin. Jelas tinjuan semacam itu tidak terasa apa- apa bagi lelaki itu, ia malah tertawa penuh kemenangan, melihat Atika merengut, sangat cantik dari sudut pandang Kevin.

“1223, itu PINnya”, Atika fokus menatap ke depan, tidak berniat melirik Kevin sedikitpun.

Sedangkan lelaki itu sibuk sendiri mengetikkan kombinasi angka, lalu tiba- tiba HP lelaki itu bergetar, setelah itu barulah ia menyerahkan HP Atika.

“Kontak saya sudah ada di HP kamu, oh iya besok malam minggu kita jalan ya, saya jemput kamu” Kevin menyerahkan bungkusan martabak kepada Atika, “Ini sampaikan buat Om Juan, sampaikan juga maaf saya tidak bisa mampir”.

Tidak perlu menunggu lama, bahkan saat Kevin belum menyelesaikan kalimatnya, Atika sudah turun, membanting pintu  dengan kasar, tanpa salam apa- apa ia bergegas masuk. Selepas Atika pergi Kevin merenung di dalam mobilnya, bingung sendiri dengan kelakuannya yang sengaja memancing emosi gadis itu, ia menggeleng pelan tanpa sadar tersenyum, lalu bergegas dari rumah Atika.
***

Atika mendapati kedua orangtuanya di ruang keluarga, ada Kak Nirma juga, mereka bertiga menonton acara komedi yang sedang hits akhir-akhir ini, sedangkan Bang Rivan jam segini sudah pasti dinas di gerai martabaknya. Mereka seketika menoleh meyadari kedatangan Atika. gadis itu mendengus sebal, mengambil posisi di samping Nirma seraya meletakkan bungkusan martabak di meja. Wajah Atika datar seperti papan setrikaan, menimbulkan pertanyaan di benak keluarganya.

“Gimana ceritanya tadi kok bisa sampai kantornya kevin? Si Kevin baik kan sama kamu?, Bu Ratna membuka percakapan.

“Baik apaan? Baik dari Hongkong”, pandangan Atika tetap fokus pada televisi, tapi hatinya masih sebal dengan Kevin yang mengulur waktu untuk pulang.

Pak Juan mencicipi sepotong martabak kelapa jagung titipan Kevin, “Enak nih, Kevin beli dimana?”

Atika mengusap wajahnya frustasi, menatap nanar martabak Kevin, lalu memandang kembali ke TV tidak berniat menanggapi pertanyaan Pak Juan. Lalu keningya berkerut, teringat dengan Kevin memasukkan kontaknya di ponsel Atika. penasaran, ia mencari di daftar panggilan, ada satu nomor baru dengan nama ‘Suami Idaman Atik’. Sial, Atika mengumpat dalam hati.

“Paps, kenapa sih jodohin Atika sama si Kevin itu?”, tanya Atika.

Pak Juan meletakkan martabak yang baru ia ambil, menatap lekat mata Atika, “Karena Paps syang kamu. Kevin itu anaknya baik. Keluarganya orang baik- baik juga, udah kenal lama sama Paps, mereka juga mendidik kevin dengan baik  Paps yakin dia bisa membimbing kamu jadi lebih dewasa, Paps Cuma takut kamu salah pilih orang”.

“Atika, ke kamar duluan, capek, pengen istirahat”, pamit Atika seraya bergegas ke kamar. Suasana hatinya sedang kacau, semua orang selalu membicarakan Kevin, Atika muak.

***

Nyatanya malam minggu akan lebih kelabu daripada malam Sabtu kemarin. Atika mengintip dari balkon kamarnya di lantai dua, mobil Kevin sudah terparkir manja di teras rumahnya. Ternyata lelaki itu tidak main- main akan mengajak Atika jalan. Samar- samar suara Nirma memanggil Atika. gadis itu membuka pintu kamar mempersilahkan kakaknya masuk.

“Belum siap- siap?”, Nirma melotot melihat tampilan lusuh adiknya itu.

Atika duduk di sudut tempat tidurnya, menatap memelas pada Nirma, “Kak, gue nggak mau ke luar bareng si Kevin itu”.
Nirma duduk di samping adik kecilnya itu, Nirma mengusap pelan pundak Atika, ia paham pasti berat rasanya dijodohkan dengan seseorang yang tidak disukai tetapi semua anggota keluarga menyukainya. Atika menyandarkan kepalanya pada pundak Nirma.

“Udah deh, gak usah drama, siap-siap aja, ntar Kevin kecewa, Paps juga. Lagian situ juga lagi joblo kan, lumayan malam minggu nggak mendongok di kamar”, Nirma mengakhiri adegan melow itu, mendorong adiknya menuju lemari.

Mau tak mau Atika menurut juga, ia meraih kaos hitam dan celana jeans bitu dengan model robek di kedua lutut. Rambutnya ia gerai dipakaikan headband pink, make up simple, ngomong- ngomong tentang make up, Atika mahir di bidang itu, diajari oleh si manis Kayna. Setelah merasa penampilannya layak dibawa ke pasar, Atika memilih sneakers putih andalannya. Nirma mengacungkan jempolnya untuk penampilan Atika.

Mereka berdua bergegas ke ruang tamu mendapati Kevin sedang berbincang dengan paps dan mams. Malam ini lelaki menyebalkan versi Atika itu, memakai kaos hitam polos dan celana jeans bitu, dan sepatu kets putih, mata Atika membulat, Atika rasanya ingin kembali  ganti pakaian, bisa saman sama Kevin warna pakaiannya.

“Wah, memang jodoh ini, baju aja bisa seragam gitu, padahal enggak janjian”, ujar Bu Ratna seraya menatap dua insan itu bergantian.

“Iya nih Tan, bisa couple”, ujar Kevin saeraya menatap Atika, ada binar kagum di matanya.

Atika melongo tak percaya, kemudian mengahampiri Kevin,menarik lengannya, “Udah deh kita berangkat sekarang, niat pergi kan”.

Kevin mengikuti Atika, mereka berdua pamit kepada Pak Juan, Bu Ratna, dan Nirma yang hanya tersenyum melihat tingkah kedua anak muda itu.

Halo halo haloooo
Makasih semua udah setia nemenin Atika. Kalo kamu suka kasih vote ya biar besok Atika makin rempong ngelanjutin ceritanya. Kasih saran kamu juga di komen loh.
Salam sayang yolaww

INTEL???  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang