🍋5💡

44 7 1
                                    

Sepagi ini aku harus bergegas mandi dan bersiap-siap. Sialnya aku harus membangunkan Ryan yang punya kelainan 'sleeping ugly'. Aku sebagai pendiagdonosanya. Dia adalah manusia yang memiliki kecanduan tidur akut yang pernah ku temui.

Setelah bersiap-siap aku menuju ke kamar yang terletak di sebelah kamarku. Iya, Ryan menginap di sini seperti yang terkadang ia lakukan, dan untungnya rumahku memiliki tiga kamar yang satunya tidak pernah di pakai, tentu saja kecuali jika Ryan menginap di sini.

Ryan akan mengantarku ke Los Angeles. Aku tak habis pikir dengan jalan pikirannya. Ia membujuk Ayahnya untuk membelikan tiket ke Los Angeles dengan alasan ingin mengantar dan menemaniku mengurus segala sesuatuku di sana. Padahal aku tidak pernah memintanya. Benar-benar membuat nama baikku tercoreng. Meskipun tidak bisa ku pungkiri apa yang di lakukan Ryan membuatku terharu.

"Bangun Pemalas!" Aku meneriakinya dan tanpa permisi berloncatan di atas ranjang membuat tubuh Ryan yang sedang nyenyak terpantul.

Aku mengguncang tubuhnya sekuat tenaga tapi gerakan yang ia lakukan hanya menarik selimutnya sampai menutupi seluruh tubuhnya. Aku berdecak kesal.

"RYAN HENDERSON BANGUN ATAU KUTINGGAL! AKU BISA TERLAMBAT!"

Ryan langsung bangkit dengan gerakan kilat menuju kamar mandi. Aku hanya menatapnya jengkel. Astaga, kalau tau begini, aku tak akan mengizinkannya untuk mengantarku.

Aku keluar dari kamar itu dan mulai mengeluarkan koper berisi barang-barang yang akan ku bawa ke Los Angeles dari kamarku. Aku hanya membawa dua koper berisi pakaian dan beberapa barang penting lainnya. Aku tidak mau terlalu banyak membawa barang karena akan merepotkan.

Selang beberapa menit Ryan selesai dengan mandinya dan bersiap-siap. Mandi tercepat yang pernah ia lakukan--kurasa. Tujuh menit.

Aku melihat Mom dari arah pintu kamarnya hendak bersiap-siap pergi dan sedikit terkejut melihatku dengan dua koper  dia sisi kanan dan kirinya.

"Aku akan berangkat hari ini Mom." Aku berkata datar. Mom hanya terdiam.

Entah perasaanku saja atau bagaimana, tapi aku melihat mata Mom sedikit berkaca-kaca. Mungkin aku hanya terlalu berharap Mom akan langsung memelukku atau mungkin menawarkan diri untuk mengantarku ke Bandara. Tapi kurasa itu sedikit tidak mungkin.

"Aku akan mengantarmu ke Bandara," ucapnya datar. Aku seketika membulatkan mata persis ketika Ryan membuka pintu kamar dan hampir membuka mulutnya untuk berbicara. Tapi demi melihat suasana canggung dan dingin di depannya, kurasa ia lebih memilih merapatkan kembali mulutnya.

Aku lantas mengangguk dan menarik koperku.

"Biar ku bantu Eve." Aku menyerahkan salah satu koperku pada Ryan.

Aku dan Ryan akan menggunakan Taxi sedangkan Mom menggunakan mobilnya.

"Ibumu benar-benar mau mengantarmu?" Tanya Ryan terlihat tak percaya. Tentu saja siapapun yang mengetahui hubunganku dengan Mon akan bertanya seperti itu. Mom tak pernah ikut campur apapun dan kurasa lebih pantas di sebut tidak perduli dengan segala hal tentangku. Kecuali untuk masalah finansial Mom selalu rutin mentransfer uang di rekeningku meski aku sangat jarang memakainya. Ku rasa Mom hanya tidak ingin di sebut sebagai orangtua yang tidak bertanggung jawab.

"Kurasa." Aku mengangkat bahu acuh.

Kami sampai di Bandara dengan perjalanan kurang lebih 20 menit. Mom masih dengan wajah datarnya keluar dari mobil. Pesawat kami hanya hitungan menit akan berangkat dan aku tidak tau harus mengatakan apa pada Mom. Apa aku harus memeluknya?

Suara lembut seorang wanita dari pengeras suara menandakan pesawat kami akan segera berangkat. Aku menatap Mom dengan tatapan yang aku sendiri tak bisa mengartikannya.

Catch Me Back (Zach Herron) •Why don't we•Where stories live. Discover now