🍋6💡

40 4 0
                                    

"Watch out!" Kepalaku langsung sempoyong saat Ryan dengan tak berperikemanusiaannya melempar sebuah bantal padaku.

Kami sedang berada di Target sekarang untuk membeli perlengkapanku di Dorm. Aku menjemput Ryan di hotel tak jauh dari Dorm. Di kamar baruku itu memang sudah ada ranjang dan bantal serta almari. Tapi terlepas dari itu, penghuninyalah yang bertanggung jawab mengisinya. Roommate-ku sepertinya belum datang ke Dorm itu, jadi hanya aku sendiri di kamar itu semalam.

"Berhentilah bertingkah bodoh!" Aku balas melemparnya dengan bantal yang sama.

"Sorry Eve." Ryan memasang cengengesan menyebalkannya yang hanya membuatku mendengus.

Setelah membeli semua daftar yang harus ku beli, kami akhirnya kembali ke Dorm. Kali ini Ryan ku beri izin untuk ikut melihat kamar yang akan ku tempati itu.

Tepat saat aku membuka pintu, mataku tertuju pada seorang gadis yang sedang meletakkan barang-barangnya di lemari pakaian.

Aku memicingkan mata. Ini pasti roommate-ku. Aku menatap Ryan yang juga terlihat bingung. Yang membuatku bingung adalah, apa aku perlu menyapanya atau aku pura-pura tidak melihatnya. Sepertinya opsi kedua terdengar tak berperikemanusiaan.

"Hai, apa kau roommate-ku?" Aku mengeluarkan suara akhirnya. Pertanyaan klise yang sudah jelas hanya basa-basi.

Perempuan itu menoleh ke arah pintu tempatku dan Ryan berdiri sejak tadi. Dia mengangguk akhirnya dengan senyum manis.

Aku meletakkan barang-barang yang baru saja ku beli di atas ranjang dan di susul Ryan setelahnya.

"Aku Camryn Swatt." Perempuan itu mengulurkan tangannya padaku dan tentu saja aku membalasnya.

"Aku Evelyn Skyler. Ku harap kita bisa menjadi teman baik." Aku balas tersenyum.

"Tentu saja."

Ryan menyikut dan aku baru sadar kalau dia sedari tadi hanya diam.

"Ini Ryan temanku," ucapku pada Camryn yang sebenarnya mencuri pandang ke arah Ryan dengan tatapan menyelidik. Karena aku takut ia mengira aku membawa kekasihku ke kamar ini jadi aku dengan cepat mengenalkan Ryan padanya sebelum salah faham.

"Hai Camryn, aku Ryan, senang bertemu denganmu." Ryan mengulurkan tangannya meski terlihat ragu.

Camryn terlihat tertawa.

"Senang bertemu denganmu Ryan," balasnya kemudian. "Omong-omong kau sedikit kaku."

Aku menoleh ke arah Ryan yang terlihat salah tingkah sejak tadi. Tentu saja ia selalu begitu. Selama ini, aku adalah satu-satunya teman perempuannya. Aku memang selalu membantunya untuk mendapatkan seorang gadis ketika masih di High school dan sebagian besarnya gagal. Ia pernah berkencan dengan seorang gadis berwajah Asia, namun hanya bertahan satu minggu karena gadis itu ternyata sudah memiliki kekasih. Aku tertawa memegangi perut saat Ryan menceritakan hal itu dengan wajah di tekuk.

"Yah, kau tau dia agak sedikit buruk dalam mendekati perempuan karena sikapnya yang kaku itu." Aku mengangkat bahu acuh sementara Ryan menatapku seperti singa menatap makan siangnya.

Camryn hanya tertawa ringan. Kurasa dia tidak buruk untuk menjadi teman sekamarku. Dia membuat kami seolah kenal lama dengan kepandaiannya mencairkan suasana.

Aku akhirnya beranjak merapikan barang-barangku dan menata area tempat tidurku. Kamarku berada di dekat pintu masuk sedangkan Camryn di dekat jendela.

Akhirnya aku dengan di bantu oleh Ryan dan Camryn berhasil menyelesaikan pekerjaan melelehkan itu. Aku menghela nafas saat Camryn menceritakan kalau Ibunya baru saja kembali dari Dorm karena harus membantunya menata semua barang-barangnya di sini. Seandainya Mom seperti ada di sini.

Catch Me Back (Zach Herron) •Why don't we•Where stories live. Discover now