Bab 16

116 7 0
                                    

Jangan lupa Vote wankawan~
.
.

"Papih," kaget Vio

"Bawa dia masuk ke mobil," perintah Rendy kepada kedua anak buahnya. Vio masih berusaha memberontak melepas cengkaraman anak buah ayahnya.

"Jangan memberontak Viona," ujar Rendy dingin.

"lepasin gue!" Cengkraman anak buah Rendy sempat terlepas dan ini dijadikan Vio kesempatan untuk lari. Tapi sayang, baru saja ia berlari, Rion lebih dahulu menangkapnya.

"Bang,"

"Masuk," sama seperti ayahnya, Rion juga menatap dingin adiknya.

Vio hanya bisa pasrah menerimanya. Keringat sudah membanjiri pelipisnya. Ditambah dengan tangan yang gemetaran. Rendy kemudian pamit dengan para guru dan segera masuk ke dalam mobilnya. Begitupula Rion yang juga mengikuti sang ayah masuk ke dalam mobil.

"P-pih," ujar Vio gemetaran.

"Kita bicarakan dirumah," ujar  Rendy memijat pelipisnya. Diperjalanan, Vio hanya bisa memijat jari jarinya untuk mengurasi rasa gugupnya dan menutup matanya. Setetas bulir bening terjatuh dari pelupuk matanya.

Sesampainya dirumah pun Vio dibuat terkejut. Halaman rumahnya itu telah dijaga oleh beberapa orang berjas. Bahkan pintu masuk rumah pun dijaga. Vio masuk sambil dikawal oleh anak buah ayahnya itu.

"Duduk!" Ujar Rendy dingin. Clara yang memang sudah ada di salah satu sofa diruang keluarga itu pun menatap anak gadisnya tak percaya. Vio duduk perlahan sambil menundukkan kepalanya.
Sraat

Rendy melempar beberapa lembar foto di hadapan Vio. Terlihat jelas di Foto itu Vio yang sedang berada di Club tadi malam. Vio membeku seketika. Bagaimana bisa ayahnya tau?

"I-ini-

"Jelasin ke papih kamu ngapain ke club hah! Kamu pikir papih bakalan ngebiarin kamu jalan sendiri tanpa pengawasan?. Sejak kapan kamu belajar bohongin orang tua vi?" Amarah Rendy memuncak.

"B-bukan gitu pih, Vio--"

Rendy mengambil remot Tv di hadapannya dan menampilakan vidio-vidio Viona yang sedang menindas Erika. Ia bahkan tidak sadar kalau dari jauh seseorang sedang merekam apa yang diperbuat oleh Viona Arabella.

"Dan ini maksudnya apa Vi? Buat apa kamu ngelakuin hal kayak gini? Siapa yang ngajarin kamu ngelakuin hal bejat kayak gini?! Kamu sadar kalau kamu ini akan menjadi penerus papih!" Viona hanya bisa menangis mendengar kemarahan ayahanya. Ya mungkin ini hukuman yang harus ia terima atas perbuatannya.

"Maapin Vio pih, V-vio benci liat Erika. Dia yang buat Faro selingkuh dari Vio. Erika pantas dapatin itu pih,"

"Viona, apa karna hal seperti itu kamu ngelakuin semua ini?" Tanya Clara lembut. Anak gadisnya itu mengangguk.

"Vio butuh pelampiasan pih, Vio nggak kuat nahan amarah Vio. Makanya Vio ke club malam itu,"

"Kamu minum alkohol?" Tanya Rendy  to the point. vio terdiam kaku untuk menjawab.

"Jawab Viona Arabella!" Bentak Rendy.

"I-iya pih, iya vio minum!" Rendy mengacak rambutnya frustasi. Begitu pula dengan Rion yang menatap adiknya tak percaya.

"Masuk ke kamar sekarang! Dan jangan pernah keluar kalau bukan mamih atau papih yang suruh! Dan seluruh aset kamu papah sita. Termasuk rekening dan kartu kredit kamu," Viona sontak menatap ayahnya terkejut.

"T-tapi pih--"

"Nggak ada bantahan Viona, dan besok ikut papih ke sekolah kamu" Rendy memberi aba-aba kepada anak buahnya untuk membawa Vio ke kamarnya.

An Agreement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang