Bab 41

45 4 2
                                    

Keesokan paginya, polisi melakukan penyelidikan di SIHS dan membuat heboh para siswa siswi. Rumor mengenai penculikan Viona pun sudah tersebar di seluruh sekolah maupun di media sosial.

Sejak kabar diculiknya Viona, Rendy terus berusaha menemukan putrinya itu. Tak peduli berapa banyak uang yang harus ia keluarkan agar segera menemukan Viona. Dan ketiga keluarga itu saling bekerja sama demi menemukan Viona.

Mengetahui sahabatnya diculik, Bella dan Aldo juga begitu sangat syok. Bella bahkan dari tadi hanya bisa menangis di pundak tunangannya itu. Keluarga Bella juga ikut membantu dalam pencarian Viona.

"Masih belum dapat info dari bokap lo Dhit?" Tanya Aldo. Dhito menggeleng lemas dan menghembuskan nafasnya kasar.
"Lo dimana Vi hiks.." Bima mengusap air mata yang terus saja keluar dari mata Bella.

"Doain aja semoga Vio nggak kenapa-kenapa,"

"Lo tau kalo anting itu punya Vio dari mana Dhit?" Kini giliran Dian yang bertanya.

"Waktu itu Vio pernah bilang ke gue kalau itu salah satu anting kesukaannya dia. Anting yang neneknya kasih ke dia,"

Mengingat saat tangannya mengambil anting yang berada diantara bercak darah membuat Dhito memejamkan matanya. Ia tidak sanggup membayangkan apa yang terjadi dengan Viona. Dhito sejenak menatap ke arah Dav yang menutup mulutnya rapat-rapat. Dari tadi Dav hanya sibuk dengan handphonenya.

"Dav, ada yang mau gue omongin ke lo," tiba-tiba erika menghampiri mereka dan menepuk pundak Dav pelan. Dav mengangguk dan mengikuti Erika dari belakang.

Erika membawa Dav ke taman belakang sekolah. Sepertinya tempat itu cukup aman dan sepi dari para siswa siswi.

"Lo mau bilang apa?"

Erika sedikit ragu untuk berbicara kepada Dav. Beberapa kali ia sempat memperhatikan sekitarnya takut ada yang memata-matai mereka berdua.

"Tentang Viona," ujar Erika akhirnya.

"Kayaknya gue tau siapa yang udah nyulik Vio," lanjutnya

"Maksud lo?"

"Kemaren gue lagi jalan sama Faro, dan waktu itu dia kayak lagi ngurus sesuatu gitu karna gue liat dari kelakuannya dia yang terus mengawasi handphonenya. Saat dia ke toilet, gue sempat ngecek handphonenya dia karena emang gak dia bawa. Gue ngeliat isi chatnya dia sama seseorang dan ngebahas tentang Viona dan bahķan Faro ngirim fotonya Viona ke orang itu. Gue terlalu fokus saat itu dan nggak nyadar kalo Faro udah balik dari toilet. Dia marah dan ngancem gue buat nggak ngebocorin masalah ini ke siapa pun atau keluarga gue bakal celaka. Sorry gue nggak ngasih tau lo semua ini dari kemaren. Karena emang gur takut keluarga gue bakalan celaka," jelas Erika.

Dav tentu tak menyangka kalau Faro adalah dalang dibalik semua ini. Tentu Dav masih ingat dengan Faro. Lelaki brengsek yang membuat sahabatnya itu menangis. Mendengar penjelasan Erika, Dav bersumpah kalau ia akan membunuh Faro.

"Thanks buat info lo rik. Lo tenang aja, keluarga lo akan aman. Gue jamin itu. Apa lo tau dimana tempat Vio di sembunyiin?"

"Kalau soal itu gue gak tau Dav,"

"Kalau gitu, boleh gue minta nomornya Faro? Gue mau lacak dia," Erika lalu mrngambil handphone dan mengirimkan kontak Faro kepada Dav.

"Thanks rik. Gue janji kalau keluarga lo bakalan aman. Orang suruhan bokap gue bakalan jaga rumah dan keluarga lo,"

"Thanks Dav,"

"Kalau gitu gue diluan ya. Gue harus ngurus masalah ini," Dav lalu pergi secepat mungkin menuju parkiran mobil. Dan sebelum itu, ia menelpon Dhito.

An Agreement [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz