BAB 2 : Bad boy

4.6K 324 9
                                    

Happy Reading••

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Happy Reading

Sean pun sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Kini ia sedang dalam perjalanan menuju Mansion, dengan ditemani Dion dan juga supir pribadinya. Saat meninggalkan rumah sakit tadi, ia tidak sempat berpamitan dengan Vanilla, teman barunya.

Pandangan mata Sean terlihat kosong, memandangi jalanan dari kaca jendela mobil. Berkali-kali ponselnya terus saja bergetar namun Sean mengabaikannya begitu saja karena ia tahu siapa yang menghubunginya.

"Baik Tuan Michael. Akan saya sampaikan pada Tuan muda," jawab Dion pada si penelpon di seberang sana kemudian mengakhiri sambungan telponnya.

Dengan ragu Dion menoleh ke arah Sean yang duduk dibelakangnya. "Tuan muda... Tuan Michael ingin berbicara dengan anda karena itu beliau meminta saya untuk—"

Ponsel Sean bergetar lagi. Sean berdecak tak suka. Ia pun terpaksa menerima panggilan telpon dari seseorang yang tidak ia harapkan.

"Ya.. Aku sudah keluar dari rumah sakit."

"Papa sibuk sekali dan belum sempat—"

"Aku tahu, Papa memang super sibuk. Mungkin jika malam itu nasibku sama seperti Jason barulah Papa akan pulang menemuiku bukan? sesibuk apapun itu!" dengus Sean tak suka.

"Jangan mengatakan hal yang tidak-tidak. Papa benar-benar sibuk. Papa ahhh.."

Sean tersenyum getir. Tentu saja Sean tahu maksud dari kesibukan Michael. Sean sudah tahu, Michael dan sekretarisnya memiliki hubungan lebih dari sekedar atasan dan bawahan. Bahkan jika Michael pergi kemanapun, sekretarisnya itu akan selalu ikut. Dimana pun Michael berada, sekretarisnya akan selalu ada disisinya.

Beberapa kali Sean pernah bertemu dengan sekretaris Michael saat Sean datang berkunjung ke kantor. Sekretaris muda, seksi dan cantik. Menurut Sean, percuma cantik jika wanita itu murahan. Bagi Sean tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi Mama-nya di hatinya sekalipun Michael menikah nantinya.

Sean pun mengakhiri panggilan teleponnya secara sepihak. Sean malas mendengar alasan-alasan tidak masuk akal yang Michael katakan.

"Antar kan aku ke klub uncle Nick!" perintah Sean pada supir pribadinya.

"Ini masih sore Tuan, anda juga masih harus beristirahat. Tidak ingatkah pesan dokter tadi?" Dion mengingatkan.

Sean menggelengkan kepalanya. Bagaimana ia bisa istirahat dengan pikiran kacau seperti saat ini?

"Kalau kalian keberatan mengantarku, turunkan aku sekarang! Aku bisa pergi kesana sendiri."

Dion dan supir itu saling bertukar pandangan. Mereka tak ada pilihan lain, mereka pun terpaksa menuruti permintaan putra semata wayang dari majikannya.

***

Setelah menghubungi Kenzo via video call, seperti biasa Vanilla menyantap hidangan makan malamnya dengan khidmat di selingi perbincangan ringan dan senda gurau bersama kedua orang tua tercintanya, Sam dan Luna.

I LOVE YOU MY SUNSHINE [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora