Mistake

1.2K 84 19
                                    

BAPAK SIAPA ITU, WOOY!? MAU, DONG!! ~Ma

Mohon itu bapaknya dikondisikan, bisa kayang saya :) ~Mi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"... oi, (Name)!" panggil Aizawa dari lantai bawah. "Cepat turun atau kutinggal kau! Yuuei tidak membukakan gerbangnya 24 jam, kau tahu!?"

"Ya, ya, Sensei!" ucap gadis bernama (Name) sambil turun dari lantai atas dengan seragam lengkap. "... hm? Sensei bahkan belum ganti baju! Memangnya hari ini sensei tidak ke sekolah?!"

"Aku akan ke sekolah, tapi mesti mengecek adikmu Eri dulu..." gumam Aizawa ngantuk.

"Begitu," ucap (Name) perlahan. "... tapi Eri akan baik-baik saja, kan?"

"Ya, walau mungkin satu-satunya yang belum stabil adalah mentalnya."

"... itu wajar saja, mengingat apa yang Over—lelaki itu lakukan padanya..." sang gadis kemudian menunduk. "Kalau saja aku bisa membantu Eri sedikit saja... maka dia gak perlu menderita sendirian..."

"Tidak ada waktu untuk menyesal, (Name)," gumam Aizawa pelan sambil menepuk kepala sang gadis sambil lalu. "... kau harus bisa bedakan mana yang mengorbankan diri untuk menyelamatkan orang lain, dan mana yang bersikap bodoh dan sembrono. Lagipula kau bisa tetap berangkat sekolah dengan ceria begini... itu juga sudah cukup bagi kami para Hero."

(Name) diam sejenak, kemudian perlahan tersenyum. "... baiklah kalau begitu! Aku akan tetap ceria begini!" seru sang gadis memutuskan, membuat Aizawa bergumam keberisikan. "Tapi... karena sekarang kaulah ayah angkatku, apa boleh aku memanggilmu Aizawa?"

"Tidak boleh," geram Aizawa pelan, membuat (Name) mendesah kecewa. "... selama kau masih ada di area sekolah..."

Gadis itu terdiam, "Jadi, apa boleh kalau di luar sekolah!?"

"Pikirkan saja jawabannya sendiri," gumam Aizawa sambil lalu. "... ya sudahlah, cepat ke sekolah saja! Ini hari pertamamu, jangan sampai terlambat..."

"Baik! Sampai nanti, Aizawa!"

***

"... (Name)?" panggil Aizawa pelan, membuatku menoleh padanya. Lelaki itu perlahan mencoba bangun dan terduduk di tempat tidurnya. "... apa... yang terjadi?"

"Kau pingsan saat aku pulang sekolah tadi, kupikir kau mati!" jawabku. "Jadi aku hubungi Nezu, katanya kalau kau mati, langsung kuburkan saja, tapi kalau masih hidup, maka aku harus merawatmu..."

"Oh," gumam Aizawa pelan. "... kau merawatku, huh?"

"Iya, tahu! Aku bisa merawatmu, jangan memandangku begitu!" ucapku protes dengan tatapan tidak yakin Aizawa.

"... aku tidak mengatakan kalau kau tidak bisa..." gumam Aizawa sambil mencoba berdiri dari kasurnya perlahan. "Lagipula aku sudah merasa lebih baik... jadi aku akan lanjut mengerjarakan tugas dari Nezu sekarang—akh!"

Tepat sebelum lelaki itu berdiri dengan tegap, tubuhnya langsung goyah dan dia sudah akan jatuh kalau aku tidak memapah dan menahannya. "Tunggu! Aizawa, kau masih sakit, jangan memaksakan dirimu!" ucapku kesal. "Aku akan merawatmu dan izin pada Nezu-sensei, jadi jangan memaksakan diri!"

"Tidak, aku sudah biasa melakukannya... aku akan baik saja..."

"Tidak!" tegasku sambil kembali menidurkan lelaki itu ke kasur dan menatapnya lekat-lekat. "Karena sekarang aku sudah di sini, semuanya akan beda! Kumohon! Aku akan merawatmu, jadi percayakan semuanya padaku, Aizawa!!"

Aizawa diam sejenak, kemudian perlahan mendesah pasrah. "... kau memang tidak bisa didebat dan berisik, huh?" gumam lelaki itu pelan. "... kebalikan dengan Eri..."

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang