Bab 3-Kejadian Misterius

346 59 30
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Bangunan kumuh, gelap, dan tak layak huni itu menjadi saksi bisu akan kejadian yang begitu amat mengerikan. Di mana terdapat seonggok tubuh kaku manusia dengan tali tambang mengikat kuat di leher. Mata sipit itu terbuka dengan sempurna dan membuat ngeri siapa saja yang melihatnya. Sungguh pemandangan yang tak layak konsumsi.

"Kami akan mengidentifikasi jasadnya lebih dulu, Pak. Terima kasih atas laporannya, permisi!"

Gerombolan aparat negara itu pergi dan menghilang dari pandangan. Ustaz Rifki hanya mampu diam dengan tangan memegang dada bagian kiri yang berdenyut tak keruan. Aisyah yang selalu menemani, membantu sang ayah untuk sejenak menepi, hanya untuk sekadar menenangkan gejolak dalam diri.

"Abi, tenang, tarik napas perlahan dan embuskan," titah Aisyah lembut, sangat terlihat dengan jelas bahwa gadis muda itu mengkhawatirkan keadaan ayahnya.

Tanpa pikir panjang Ustaz Rifki pun mengikuti instruksi  yang diberikan oleh sang putri. Saat deru napas dan detakan di dada tak lagi berulah dengan sedemikan rupa, beliau pun menurunkan tangannya, merasa lebih baik.

"Ini bukan kejadian pertama, Aisyah," Ustaz Rifki berkata lirih dengan pandangan kosong. Beragam pikiran saling tumpang tindih dan membuat pening bukan main.

"Aisyah tahu, Abi. Biarkan polisi dan detektif yang menyelesaikannya, Abi istirahat aja."

Aisyah membantu ayahnya untuk berdiri dan berjalan menuju kamar, membaringkan tubuh ringkih sang ayah di pembaringan, serta menyelimutinya agar tak kedinginan, lantas ia pun bergegas keluar.

Selepas kepergian sang putri Ustaz Rifki membuka kedua mata. Tangan yang mulai keriput itu menyibak selimut, dan memerhatikan keanehan pada lengan bajunya. Terdapat bercak getah kering di sana, jari jemarinya bergerak menyusuri, segala asumsi buruk sudah mulai membayangi terlebih saat ia menyadari, bahwa bercak getah itu pun ada di tali tambang yang tadi sudah diamankan pihak kepolisian.

Pikirannya semakin tak tentu arah, ketakutan pun tak kalah ikut andil. Bagaimana mungkin getah itu bisa mengenai pakaiannya? Sebenarnya siapa dalang di balik peristiwa mengerikan tadi?

Suara pintu yang terbuka mengagetkan Ustaz Rifki dan dengan segera beliau pun memejamkan mata, takut Aisyahlah yang datang menyambangi. Gadis muda yang merupakan kembaran Ashilla itu pasti akan mencemaskan keadaannya jika tak mengikuti titah yang tadi sudah diberi.

"Jangan pura-pura tidur, Yah." Lengkingan suara yang berasal dari Ashilla berhasil membuat kedua netra Ustaz Rifki terbuka. Ia pun menarik tubuh untuk sekadar duduk dan menumpu punggung di kepala ranjang.

Dengan enteng tanpa beban Ashilla langsung mendudukkan tubuh di samping sang ayah, menatap wajah ayahnya yang terlihat tidak baik-baik saja dengan instens. "Siapa lagi yang gantung diri di gudang belakang?"

Ustaz Rifki menghela napas berat. Tak mampu untuk mengeluarkan sepatah kata pun, kepalanya semakin berdenyut sakit. Kejadian itu sudah sangat amat sering terjadi, dan anehnya sampai sekarang tak ada yang dapat mengungkap kebenarannya. Ia sudah bingung dan kehabisan akal untuk memecahkan masalah tersebut.

"Bunuh diri itu hanya untuk orang-orang yang lemah iman," cetus Ashilla tanpa beban, bahkan sunggingan tipis gadis itu berikan.

"Jadi maksud kamu itu adalah tindak pembunuhan?"

Ashilla terdiam sejenak, lantas setelahnya mengangkat bahu acuh tak acuh. "Mungkin."

"Kamu malah semakin membuat kepala Ayah pusing, Ashilla. Jangan berasumsi yang tidak-tidak," tegurnya.

"Itu kan cuma pendapat aku aja, Yah," sela Ashilla tenang, bahkan gadis itu masih sempat-sempatnya memakan biskuat cokelat yang disembunyikan di balik saku celana.

Ustaz Rifki menatap lekat anaknya, sebelum berbicara, "Ashilla, Ayah butuh bantuan kamu ...."

Suara gemericik air di bak pencuci piring menggangu gendang telinga Ashilla yang memang tengah berdiri di balik pintu, dengan rasa penasaran penuh ia berjalan lebih mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara gemericik air di bak pencuci piring menggangu gendang telinga Ashilla yang memang tengah berdiri di balik pintu, dengan rasa penasaran penuh ia berjalan lebih mendekat. Terlihat Aisyah di sana, tengah mencuci tangan dengan penuh semangat, serta sesekali mengumpat kesal karena noda di tangan yang tak kunjung hilang.

"Lo ngapain gosok-gosok tangan, ada kelainan psikis?" tanyanya asal tapi penuh selidik.

Aisyah mendengkus kasar. Tanpa melihat pun ia tahu siapa sosok yang sudah menggangu kegiatannya. "Bukan urusan kamu, Ashilla!"

Ashilla berdiri di samping Aisyah, menaruh siku pada meja untuk menumpu wajahnya. "Jelas urusan gue, karena yang lagi lo gosok itu getah yang sama di ta―"

"Kamu jangan sembarangan nuduh!" sergah Aisyah memotong cepat perkataan kembarannya. Senyum miring tercetak jelas di sudut bibir Ashilla.

Aisyah mematikan keran, gadis itu berjalan tergesa mengambil sebuah serbet kecil yang menggantung di tembok, tepat berada di sayap kiri wastafel. "Aku, kan, yang bawa talinya ke polisi. Pasti kena!"

Ashilla mendekati Aisyah, dan menjitak kepala saudarinya dengan sengaja. "Lo bego ya, udah tahu tanda bukti malah pegang pake tangan langsung."

"Lalu, kamu kira jitak kepalaku itu biar gak bego?"

Ashilla terkekeh. Lucu rasanya mendengar Aisyah mengucapkan kata-kata kasar semacam tadi.

"Ups!" Ashilla berlaga menutup mulut. "Kayanya emang bener," lanjut Ashilla.

Aisyah sudah bersiap untuk melempar serbet yang masih berada di tangan tepat di depan wajah Ashilla, akan tetapi Ashilla lebih dulu pergi, gadis itu berlari cepat dengan langkah mundur dan jangan lupakan juga tingkah Ashilla yang masih sempat-sempatnya memeletkan lidah, tanda mengejek.

Kembaran kurang ajar!

Tanpa banyak pikir panjang Aisyah segera berlalu untuk memasuki kamar, perasaannya sudah diliputi rasa tak enak hati. Ia takut saudari kembarnya menuduh yang macam-macam, padahal jelas ia tak memiliki sangkut paut apa pun dengan kejadian beberapa waktu lalu.

Ia harus segera menghilangkan bekas getah di tangannya, karena hanya dengan cara itulah ia mampu terbebas dari segala tuduhan. Walau tak dapat dipungkiri bahwa kecerobohannya tadi bisa saja menjadikan ia sebagai tersangka. Jangan sampai hal buruk itu terjadi.

 Jangan sampai hal buruk itu terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Written by Khia_fa & idrianiiin

Klandestin || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang