Dua Belas

3.8K 405 47
                                    

Awkward

Lena benar-benar bingung harus bagaimana.

Saat ibunya Romeo mengenalkan dia sebagai calon mantunya, Lena benar-benar dibuat speechless. Bukan untuk itu tujuan dia menerima ajakan Romeo hari ini. Dan belum juga sadar dari keterkejutannya, Marwa membawanya mendekati satu persatu menghadap anak mantunya. Mengenalkan mereka dengan menyebut siapa namanya. Anak nomer berapa. Istri atau suaminya yang mana. Cucunya kelas berapa. Tinggalnya di mana. Detail. Pokoknya detail. Lena sampai lupa tadi namanya siapa-siapa saja. Ngebul dah ngebul itu otak.

Romeo yang datang tak lama kemudian dengan baju rumahan juga sama sekali tak membantunya. Dia memilih membantu yang lain membakar daging.  Tersenyum, melambai pada Lena dari jauh. Sama sekali tak ada niatan mendekat atau mengambil alih Lena dari ibunya. Untuk kali ini Lena benar-benar ingin dekat-dekat dengan Romeo saja rasanya.

Marwa meninggalkannya untuk mengangkat telfon sesaat setelah mengenalkannya pada wanita yang menikah dengan anak ke tiganya,  yang semula Lena tebak juga ada darah arabnya. Namun ternyata berdarah Turki.

Lena hanya duduk canggung di gazebo. Sendirian. Bingung harus ngapain. Niatnya ingin bantu motong-motong bawang atau cabai yang biasanya ada pas bakar-bakar, lah ini enggak ada. Nggak ada adegan yang cewek bagian bumbu, yang cowok bagian bakar. Yang cowok emang sebagian ada yang bakar-bakar sih, termasuk Romeo, tapi ada juga yang memilih renang, ngobrol, atau berduaan dengan pasangnnya. Sedangkan yang cewek. Selain kakak ke empat Romeo yang tengah menggendong bayinya, yang lain memilih kalo nggak bicarain fashion terbaru ya masalah kerjaan atau anak. Lena tentu tak cocok dengan pembicaraan itu.

Urusan perbumbuan udah diurus pembantu mereka. Jadi gini ya rasanya bakar-bakar ala orang kaya. Beli daging nggak tanggung-tanggung. Mata nggak kepedesan karna motong bawang. Mau bakar sendiri atau dibakarin juga bisa diatur. Beda banget sama bakar-bakarnya dia waktu SMP. Inget Len, beda kasta!

Sedangkan untuk cucu-cucu Marwa. Yang paling besar seingat Lena masih SMP kelas tujuh. Sedangkan sisanya kalo nggak SD, TK ya belum sekolah. Masih piyik-piyik. Saat dikenalkan tadi, Lena sempat melihat kalo cewek yang masih SMP itu tengah mendiskusikan drama korea yang  mereka tonton di handphone dengan cewek lain yang terlihat lebih muda darinya. Entah drakor apa yang tengah mereka perdebatkan. Tapi sepertinya seru. Hiks... Lena pengan gabung sama mereka mami. Pengen ikut. Pokoknya pengen ikut grombol sama mereka. Hiks...kezel!

Tapi apalah daya. Mau ikut gabung kok rasanya insecure sekali saat melihat penampilan dan gadget mereka yang tak sebanding dengannya. Mau ikut gabung para emaknya kok lebih insecure. Lagian Romeo kenapa sih ngajak dia ke rumahnya. Kezel kezel kezel. Pengen marah tapi pengen nangis.

Jika ditotal ada hampir dua puluhan orang di halaman yang tengah dia tempati. Belum termasuk dia dan Romeo. Lena baru tahu kalo Romeo mempunyai saudara sebanyak itu. Enam bersaudara, dengan Romeo anak yang paling bontot. Saudara-saudaranya yang lain sudah menikah dan memiliki anak. Hari biasa aja kalo kumpul rame banget kayak gini. Apalagi kalo lebaran. Ck ck ck.

"Len, bisa titip Deka sebentar nggak? Mbak mau ke toilet. Titip bentar ya." Shinta, anak ke empat Marwa memberikan bayi tujuh bulan ke gendongan Lena. Yang langsung Lena tangkap tanpa sempat protes karna Shinta langsung ngacir pergi.

Ditatapnya bayi laki-laki digedongannya. Cakep banget ya ampun. Putih. Mancung. Matanya bulet. Gembul lagi. Bibit unggul!

"Dek, kamu kok ganteng banget sih. Kalo gede jadi pacar Kakak  ya. Hihihi..." Lena menggoyang-goyangkan gendongannya. Kecilnya aja ganteng gini apalagi gedenya.

Pengen cium. Boleh nggak ya?

Lena melihat sekelilingnya. Takut-takut kalo ada yang melihat dan memarahinya karna cium anak orang sembarangan. Dia cuma orang asing di sini, sendirian. Lena ngerasa ngenes kalo inget itu.

LUGUWhere stories live. Discover now