3. Hari ini, Panggil Saya Bima

7K 984 180
                                    

.
.
.
.
.

"Kak? Ini serius nggak apa-apa kita pergi berdua? Nanti kalau istri Kak Jaehyun tau gimana?" Tanya Ivana. Hari ini Jaehyun datang ke rumah gadis itu dan mengajaknya pergi. Ivana sebenarnya takut jika ada tetangga yang lihat, lalu mereka berdua malah jadi bahan gosipan. Apalagi ibu-ibu disekitar rumah ini sangat suka bergosip setiap kali ada kesempatan. Tapi yang lebih membuat Ivana takut adalah jika istri Jaehyun melihat mereka semobil seperti ini dan berujung salah paham. Ya meskipun di dalam mobil ini tidak hanya ada Jaehyun dan Ivana, melainkan bayi Tania ikut serta bersama keduanya.

"Ya, tidak apa-apa. Kamu tenang saja Iva, Mama Tania tidak akan masalah jika kita pergi bersama. Atau mungkin juga dia tidak akan perduli?" Balas Jaehyun terlihat santai.

Kening Ivana mengerut, Serius nggak masalah nih kalau gue pergi sama dia?

"Jadi kita mau kemana dulu?" Tanya Jaehyun mengalihkan topik. Ia tidak tahu harus berkendara kemana. Hanya sedikit jalan yang ia ingat.

Ivana yang sedang memangku Tania terlihat berpikir, "Ke SMA kita dulu aja Kak. Ingat jalannya?"

Jaehyun menggeleng.

Ivana tersenyum, "Yaudah jalan dulu, nanti aku tunjukin Kak Jaehyun harus lewat mana."

"Hari ini, panggil saya Bima boleh?" Permintaan Jaehyun terdengar mudah, tapi efeknya begitu besar untuk Ivana. Ia memang rindu memanggil Jaehyun dengan sebutan Kak Bima.

Ivana mengangguk cepat yang membuat kedua sudut bibir Jaehyun terangkat. Entah mengapa rasanya begitu nyaman duduk berdekatan dengan Ivana seperti ini, "Kita berangkat sekarang ya?"

Selama di perjalanan menuju sekolah, Ivana sedikit banyak menceritakan mengenai masa lalu Jaehyun pada laki-laki itu. Memberitahunya bahwa Jaehyun adalah orang yang dingin, namun perhatian, bersikap tidak mau tahu tapi penasaran. Hingga tidak terasa kalau mereka bertiga sudah sampai di depan sekolah. Keadaan di sekolah hari ini ramai, bahkan bisa dibilang ramai sekali. Karena mereka datang di hari Senin. Bahkan Ivana rela mengambil cuti bekerja hanya untuk menemani Jaehyun.

Jaehyun turun dari mobil lebih dulu lalu membukakan pintu untuk Ivana yang tengah menggendong Tania.

"Sini biar saya yang menggendong Tania," Jaehyun bersiap untuk mengambil Tania dari Ivana, tapi gadis itu menahannya. Katanya biar dia saja yang menggendong Tania.

Pertama mereka melewati lapangan sekolah yang kini ramai di isi oleh anak-anak yang tengah bermain bola, "Dulu Kak Bima sering banget main bola sama teman-teman Kakak. Apalagi Kak Malik."

Jaehyun mengerutkan dahinya, "Malik?"

Ivana mengangguk, "Kak Bima lupa juga sama Kak Malik?"

"Sepertinya begitu," Kata Jaehyun tak yakin.

Ivana menghembuskan napasnya, "Sayang juga ya. Padahal Kak Bima sama Kak Malik tuh deket banget," Kini ketiganya berjalan kearah kantin, Tania yang nyaman dalam gendongan Ivana sudah tertidur lelap entah sejak kapan.

Ivana mengajak Jaehyun duduk di pojok kantin, gadis itu juga memesankan beberapa makanan yang sering ia santap bersama Jaehyun dulu.

"Ini tempat pertama kali kita ketemu Kak," Kata Ivana yang membuat Jaehyun fokus menatap si gadis, "Tempat pertama kali Kak Bima natap mata aku, tempat pertama kali Kak Bima menyebut nama aku, dan tempat pertama kali aku sadar, kalau Kak Bima ternyata menganggap aku ada," Ivana tidak akan pernah bisa melupakan kenangan-kenangan itu. Semua akan selalu tersimpan rapih dalam memori ingatannya.

Mendengar penuturan Ivana, membuat Jaehyun penasaran. Ia memejamkan matanya, berusaha mengingat apa yang hilang.

"Aw! S-sakit," Jaehyun memegangi kepalanya saat mendengar suara-suara aneh. Kilasan-kilasan masa lalunya mulai sedikit terlihat.

Semakin Jaehyun mencoba lebih dalam untuk mengingat, kepalanya semakin sakit. Tangan pria itu tanpa sadar meremas rambutnya sendiri, peluhnya bercucuran.

"Lepasin gue!" Kepala Jaehyun seolah ditimpah batu berat, semakin sakit rasanya.

"Kak!" Jaehyun tersentak kaget, ia membuka matanya dan melihat wajah Ivana yang tampak khawatir. Napas Jaehyun memburu, tangannya bergetar hebat, wajahnya tampak pucat, "Minum dulu," Kata Ivana.

Jaehyun mengangguk, ia meminum air yang disodorkan Ivana kepadanya.

Sejujurnya Ivana merasa sangat kasihan pada Jaehyun. Pria itu berusaha mengingat semuanya meski menyakitkan, "Kak Bima ingat sesuatu?" Tanya Ivana ragu.

"Saya mendengar suara wanita yang meringis kesakitan dan meminta di lepaskan. Hanya itu yang saya ingat," Kata Jaehyun setelah air mineral itu melewati kerongkongannya yang terasa kering.

"Kak, hari ini sampai di sini aja ya? Aku nggak tega liat Kak Bima kesakitan," Ivana meringis. Tidak tega jika harus melihat Jaehyun kesakitan lagi.

Jaehyun menghembuskan napasnya. Ia ingin sekali mengingat semuanya dengan jelas, "Ivana, tidak tahu kenapa, tapi saya merasa sangat dekat dengan kamu."

Ivana terhenyak sejenak. Tidak tahu harus merespon perkataan Jaehyun dengan apa. Hatinya merasa senang karena Jaehyun mulai menyadari tentangnya, "Kita memang dekat Kak. Sangat dekat. Tapi semua berubah ketika Kak Bima pergi ke Jerman. Kita kehilangan kontak. Padahal sebelum Kak Bima kesana kita saling berjanji satu sama lain."

"Janji?" Tanya Jaehyun.

Ivana mengangguk, "Janji yang entah kapan akan ditepati, atau justru nggak mungkin untuk ditepati," Ivana menatap Jaehyun tepat di bola matanya, jantungnya selalu berdegup cepat setiap kali menatap mata pria itu. Getaran di dadanya tidak pernah berubah sedikitpun, meski sudah bertahun-tahun dirinya di pisahkan dengan Jaehyun.

Jadi apa ini artinya Ivana masih mencintai Jaehyun?

"Loh Va?" Ivana dan Jaehyun mengalihkan atensi mereka pada seseorang yang baru saja memanggil nama Ivana.

"Kak Malik?" Ivana terlihat sumringah, "Kak Malik kok ada di sini?" Tanyanya pada pria yang ia panggil Malik.

"Gue kebetulan jadi guru di sini," Malik kini mengalihkan pandangannya pada Jaehyun. Ia menatap Jaehyun lamat-lamat, "WOI LO JAEHYUN KAN?!"

Malik memegang kedua pundak Jaehyun, membuat Jaehyun risih sendiri, namun tidak berani mendorong Malik, "Jaehyun Restu Bimana kan?!" Malik masih tampak tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Yaampun Jae," Malik memeluk Jaehyun erat, "Lo kemana aja? Gue kangen banget."

Jaehyun melirik Ivana, meminta pertolongan.

Ivana terkekeh pelan. Ia berdehem, "Kak Malik, maaf banget, pelukannya bisa di lepas nggak?" Pinta Ivana.

Malik menarik diri, "Kok lo diem aja sih Jae ketemu gue? Nggak kangen hah?!"

"Sebenernya Kak Bima itu lupa ingatan Kak," Sahut Ivana.

"HAH LUPA INGATAN?! ANEMIA?!" Tanya Malik syok.

"Amnesia, bukan anemia," Ralat Ivana.

"Kok bisa?" Tanya Malik lagi.

"Ceritanya panjang," Kata Ivana.

Kini Malik beralih melihat Tania yang berada di gendongan Ivana, "Ini anak siapa Va? Kan lo belum nikah."

"Anak Kak Bima..."

"ASTAGA! LO KUAT BANGET GENDONG ANAK PACAR LO SENDIRI?!"








Doyoung Malik Adrian, 26 tahun

Doyoung Malik Adrian, 26 tahun

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Kak Jaehyun [END✔]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt