14. Lima Menit

4.9K 800 120
                                    

.
.
.
.
.

Bel pulang sekolah SMA 127 berbunyi, membuat para murid berhamburan keluar dari kelas. Beberapa dari mereka ada yang langsung menuju gerbang, menghampiri orang tua masing-masing yang sudah menunggu, dan ada juga yang ke parkiran untuk mengambil kendaraan masing-masing. Tidak terkecuali Jaehyun dan Malik,

"Ettdah Jahe kunyit, lo mau kemana? Buru-buru amat?" Malik menahan tangan Jaehyun yang akan menaiki motor ninja miliknya.

Jaehyun tidak menjawab, ia memilih memakai helmnya dan menyalakan mesin motornya.

"EH KURANG AJAR LO JAHE! GUE MAU NEBENG KOK MALAH DITINGGAL?!" Protes Malik seraya menunjuk-nunjuk Jaehyun. Sedangkan yang ditunjuk fokus mengikuti sesuatu dari belakang secara diam-diam.

Di dalam helm, Jaehyun mengangkat kedua sudut bibirnya melihat gadis yang tak lain, dan tak bukan adalah Ivana yang sedang menggoes sepeda berwarna merah muda, lengkap dengan memakai helm khusus pesepeda di kepalanya.

Hobi Jaehyun akhir-akhir ini memang memperhatikan dan mengikuti Ivana diam-diam. Ia merasa tertarik dengan gadis itu setelah kejadian beberapa minggu lalu di kantin sekolah. Jaehyun merasa Ivana adalah gadis yang misterius. Ivana jarang berbicara jika di sekolah, kerjaannya hanya duduk diam di perpustakaan, dengan tumpukan buku sebagai temannya. Terkadang Jaehyun merasa ingin menemaninya, tapi ia terlalu malu dan ragu untuk sekedar menyapa Ivana.

"Eh awas," Jaehyun menggumam pelan saat melihat Ivana oleng dan hampir saja jatuh ke dalam got, "Huh, hampir aja," Ucapnya lega melihat Ivana tidak jadi jatuh ke dalam saluran air.

Baru saja merasa lega, kening Jaehyun mengerut ketika melihat dua orang laki-laki berbadan besar yang Jaehyun yakini adalah preman, mendekati Ivana. Para preman itu menarik Ivana secara paksa, dan membanting sepeda milik si gadis.

Jaehyun mematikan motor miliknya lalu mengikuti ketiganya diam-diam. Sampai akhirnya Jaehyun tahu kalau tujuan para preman itu adalah kontrakan kosong yang tak jauh dari lokasi sebelumnya.

"Tolong!" Ivana terus berteriak, namun karena siang hari bolong, jadi tidak banyak orang yang berlalu lalang disekitar sini.

Para preman itu mendorong tubuh Ivana ke pojok ruangan dan bersiap untuk merobek seragam si gadis.

Srek!

Seragam Ivana terkoyak dibagian atas, membuat dadanya sedikit terlihat.

"Tolong jangan apa-apakan saya," Pinta Ivana berderai air mata seraya menyilangkan tangannya di depan dada. Ia sangat takut dan tidak bisa berbuat banyak untuk melawan kedua preman di depannya.

"Takut banget sih kamu? Kita nggak akan main kasar kok," Salah satu preman bersiap membuka bajunya.

BUGH!

Tiba-tiba saja preman yang sedang bersiap membuka bajunya, jatuh pingsan setelah dipukul oleh Jaehyun menggunakan kayu. Ya, pria itu masuk ke dalam kontrakan dengan membawa kayu panjang di tangannya.

"Siapa lo?! Kenapa bisa masuk?!" Preman yang belum di apa-apakan oleh Jaehyun terlihat panik. Dengan segera ia menghajar Jaehyun. Namun preman itu tidak tahu siapa lawannya. Jaehyun Restu Bimana, most wanted sekolah yang dikit-dikit kerjaannya menghajar orang bersama temannya, Malik. Buktinya baru beberapa kali di tendang dan dipukul oleh Jaehyun, preman itu langsung kocar-kacir pergi dengan keadaan babak belur.

"Va? Kamu nggak apa-apa?" Tanya Jaehyun khawatir.

Ivana menggeleng di sela tangisnya. Dengan segera Jaehyun mengambil jaket miliknya di dalam tas, lalu memakaikannya pada Ivana, "Kamu aman, sekarang nggak ada lagi yang berani nyakitin kamu," Ucap Jaehyun meyakinkan dan menarik Ivana ke dalam pelukannya, "Tenang ya."

"A-aku takut," Kata Ivana terbata.

Jaehyun mengelus punggung si gadis, "Ada aku, jangan takut."

Ivana menangis di dalam pelukan Jaehyun dalam waktu lama. Bukan satu jam, atau dua jam, tapi hampir empat jam. Gadis itu sangat syok dan ketakutan jika mengingat kedua preman yang hampir menyetubuhinya.

"Kita keluar dari sini ya? Kita cari minum," Jaehyun membantu Ivana untuk berdiri dan membawanya ke sebuah warung. Ia membelikan Ivana air mineral dan sebungkus roti, "Kamu minum dulu."

Ivana meraih botol mineral itu dengan tangan gemetar dan meminum airnya sampai habis setengah, "Makasih Kak."

Jaehyun mengangguk. Ia membukakan bungkus roti dan memberikan isinya pada Ivana, "Makan dulu. Aku tau kamu laper."

Ivana menggeleng sebagai jawaban.

Jaehyun menghela napas. Ia tidak tega melihat keadaan Ivana seperti ini, "Va?" Panggil Jaehyun.

Ivana menoleh, menanti apa yang akan Jaehyun katakan.

"Gimana kalau mulai besok kamu ikut taekwondo? Supaya kejadian kayak gini nggak terulang lagi. Karena aku nggak bisa setiap saat ada di sisi kamu," Jaehyun menarik sleting jaketnya yang dikenakan Ivana ke atas lebih tinggi, mencegah angin masuk ke dalam tubuh si gadis, "Aku mau, kamu harus jago bela diri untuk melindungi diri kamu sendiri."

Ivana menatap Jaehyun dengan mata berkaca-kaca.

"A-aku suka sama kamu Va, aku nggak mau liat kamu terluka lagi."

***

Jaehyun membuka kembali matanya. Selama Ivana menceritakan kejadian-kejadian saat SMA dulu, pria itu mendengarkan sembari mencoba mengingat-ngingat. Dan hal itu ternyata membuahkan hasil, Jaehyun ingat bagaimana ia yang menyelamatkan Ivana dari preman meski tidak terlalu jelas. Tapi satu hal yang pasti, ia ingat kalau dirinya pernah menyuruh Ivana untuk ikut taekwondo.

"Mas ingat?" Tanya Ivana, lagi.

"Iya, saya ingat sedikit. Dan sekarang kepala saya pusing karena berusaha keras untuk mengingatnya," Keluh Jaehyun yang justru terdengar lucu di telinga Ivana.

Ivana terkekeh, ia mengeluarkan minyak angin yang biasa ia bawa di tasnya dan memberikannya pada Jaehyun, "Aku nggak tau ini ngebantu ngurangin pusingnya atau enggak, tapi coba aja pakai."

"Kamu yang pakaikan, boleh?"

Ivana mengangguk, ia mengoleskannya di kening Jaehyun. Pria itu kembali memejamkan matanya karena merasa tenang setelah mencium aroma minyak angin itu.

Jaehyun tiba-tiba saja merengkuh pinggang Ivana, membuat gadis itu terhenyak kaget, "Mas..." Ucap Ivana tertahan.

"Seperti ini dulu. Lima menit saja," Pinta Jaehyun dengan mata yang masih memejam.

Dan benar, selama lima menit itu Jaehyun memeluk Ivana dalam diam.

Lima menit berlalu, mata Jaehyun terbuka perlahan, kemudian ia menatap Ivana tepat di maniknya, "Perceraian saya dan Sinta akan dilaksanakan empat bulan lagi. Apa sampai saat itu kamu masih bisa menunggu?"

Ivana mengangkat kedua sudut bibirnya. Ia mengusap rahang tegas milik Jaehyun, "Hanya empat bulan kan? Itu nggak ada apa-apanya Mas, dibanding dengan tiga tahun Mas Jaehyun menghilang tanpa kabar."

Jaehyun tersenyum. Ia memajukan wajahnya dan mengecup kening Ivana, "Saya menyayangi kamu Iva."










VOMENTNYA GAES JAN LUPA!

Kak Jaehyun [END✔]Where stories live. Discover now