12. Misalnya, kamu

5.3K 895 158
                                    

.
.
.
.
.

Suara sendok dan piring yang beradu terdengar di ruang makan keluarga Ivana. Pagi ini baik Mama Retno dan sang suami, juga kedua anaknya kembali makan bersama-sama setelah berhari-hari tidak pernah melakukannya. Alasannya tidak lain tidak bukan karena Mama Retno yang selalu menghindar untuk makan bersama Bella.

"Benar kata Iva? Semalam Ayah dari bayi kamu datang dan menyuruh kamu untuk menggugurkan kandungan?" Pertanyaan Mama Retno yang terlalu tiba-tiba membuat Bella menghentikan aktifitasnya, begitupun dengan Ivana dan Papa Yuda. Ketiganya menatap Mama Retno secara bersamaan.

"Ma, lagi makan. Bisa dibicarakan lagi nanti kan?" Kata Papa Yuda, bermaksud agar acara sarapan keluarganya tidak terganggu.

"Jawab Mama, Bella," Pinta Mama tak memperdulikan perkataan Papa.

"Iya Ma. Tapi Bella nggak mau. Anak Bella cuma korban, dia nggak salah apa-apa. Bella nggak mungkin tega menggugurkannya," Jelas Bella.

Mama menghela napas dalam, "Kemari," Titah Mama. Bella menurut, ia bangun dan menghampiri Mama dengan wajah tertunduk, "Jangan hidup dengan wajah menunduk begitu. Kamu benar. Mama sangat mendukung keputusan kamu Bella," Bella mendongak, menatap Mama dengan mata berkaca-kaca.

"Ma..." Mama tersenyum, ia menarik Bella ke dalam pelukannya, "Maafin Bella ya Ma."

Mama mengangguk dan menepuk-nepuk punggung Bella, "Iya, Mama sudah memaafkan kamu," Ivana yang melihat Mama dan Kakaknya sudah berbaikan, ikut meneteskan air matanya.

"Pagi-pagi udah bikin aku nangis aja," Celetuk Ivana seraya mengusap air matanya.

"Bell, maaf kalau selama beberapa hari ini Mama mendiamkan kamu. Mama hanya terlalu kaget dan nggak menyangka sama sekali. Maafin Mama. Mama sebetulnya sangat sayang sama kamu," Kata Mama.

"Iya Ma Bella ngerti. Bella paham banget gimana perasaan Mama sama Papa," Bella menarik diri. Ia mengusap air mata Mama yang ternyata juga turun, "Bella janji sama Mama, kalau Bella nggak akan mengecewakan Mama lagi."

Mama mengangguk, "Tepati janji kamu dengan cara sayangi cucu Mama dan besarkan dia dengan baik."

"Pasti Ma."

Benar kata orang, semarah-marahnya orang tua pada kita, dia akan tetap menyayangi kita. Contohnya saja apa yang terjadi pada Bella. Meskipun beberapa hari belakangan Mama sempat mendiamkannya dan mengomelinya, tapi akhirnya Mama luluh juga. Ia tidak akan bisa berlama-lama lagi mendiami putrinya meski ingin. Tapi bukan berarti dengan alasan orang tua yang mudah memaafkan anaknya kita malah seenak jidat menyakiti hati mereka. Justru dengan kesempatan ini, kita harus bisa sebaik mungkin menjaga hati orang tua kita dan jangan sampai membuat mereka terluka karena sikap kita.

Seusai sarapan dan bersiap untuk berangkat ke kantor, Ivana di kagetkan dengan kedatangan Jaehyun yang tiba-tiba, "Kak Jaehyun ngapain kesini?" Tanya Ivana sedikit gugup. Mengingat kejadian saat Jaehyun menembaknya di depan Mama Rima, membuat jantung gadis itu berdegup cepat.

"Mau ngajak kamu berangkat bareng," Kata Jaehyun.

"Ih nggak usah. Aku bisa berangkat sendiri," Sangkal Ivana.

"Tapi saya tidak mau melihat pacar saya berangkat sendiri."

"Lho nak Jaehyun?" Baru saja Ivana ingin protes, tapi ia harus mengurungkan niatnya karena Mama yang tiba-tiba keluar dari dalam rumah dengan membawa seember pakaian basah untuk di jemur. Melihat itu, Jaehyun segera membantu Mama Retno dan membawakan embernya, "Makasih ya Jaehyun," Ucap Mama.

Kak Jaehyun [END✔]Where stories live. Discover now